Bab 4

Kedua

Hari ini mereka berdua ada janji untuk bertemu dengan seseorang di salah satu Mall yang terletak tidak terlalu jauh dari GOR Kertajaya. Rizky melihat jam tangan di pergelangan tangan kanannya menunjukkan tepat pukul satu, saat keduanya memasuki Lobby yang terlihat ramai. “Kok rame banget, ya?” tanya Rizky ke arah Tara yang berjalan tepat di sampingnya.

Perempuan yang matanya berbinar saat mendapati tanda diskon di salah satu gerai sepatu itu hanya mengedikkn kepalanya. Ia mengangguk paham ketika mengikuti arah kedikkan Tara, Rizky menemukan banyak tanda diskon menyambut ulang tahun kota Surabaya.

“Kerjo sik!”[1] perintah Rizky ketika matanya menangkap gerakan Tara menuju gerai sepatu. “Sepatu kamu sudah banyak, jangan ditambah lagi!” Ia tahu kelemahan keponakannya terhadap buku dan sepatu, pria itu beberapa kali mendengar keluhan Ara tentang kebiasaan anak perempuan satu-satunya itu.

“Cuma lihat, Mas!” kata Tara saat tangannya ditarik Rizky menuju salah satu kafe di lantai tiga. Meski terlihat enggan, tapi langkah Tara tetap mengikuti Rizky dengan langkah lebarnya.

“Bapakmu piye kabare, Ra?”[2] Tanya Rizky ketika keduanya telah mendapatkan minuman mereka masing-masing. Kopi hitam untuknya dan Avocado Coffee untuk Tara, minuman yang selalu dipesan perempuan itu, setiap kali mereka ada di gerai kafe tersebut.

Saat tidak mendapati jawaban dari keponakannya, Rizky pun mengangkat kepala dan menemukan Tara dengan wajah tertekuk. “Lagi bulan madu sama Ibu!" jawab Tara ketus ke arahnya. Ara—bapaknya Tara—menikah lagi setelah 5 tahun menduda. "Jangan tanya bulan madu keberapa, bosen aku ama pertanyaan itu melulu."

Rizky tak bisa menahan tawa mendengar jawaban Tara, ia kenal Ara, dan iapun bisa menduga kelakuan kakak sepupunya tersebut. "Iri, bilang, Bos!” ledek Rizky. "Cari pacar sana!"

"Sesama jomlo tahunan dilarang saling mendahului! Lagian ya, Mas, aku itu masih muda, perjalanan masih panjang,” jawaban Tara dengan dagu terangkat dan mengayunkan tangan kirinya ke atas. Menunjukkan perbedaan usia diantara mereka selalu menjadi kebiasaan Tara meledek Rizky. Membuat siapapun iri melihat keakraban mereka berdua.

"Terus aku sudah tua. Perjalanan udah mau finish, gitu!”

Tawa keduanya harus terjeda saat seseorang yang harus mereka temui berdiri di samping meja dengan senyum terkembang, “Saya ganggu sepertinya.”

Membicarakan tentang communal space, bersama salah satu penanam modal membuat mereka berdua harus menahan diri. Menyimpan semua bercanda dan ejekan yang sudah di ujung lidah masing-masing, karena ketika mereka berbicara bisnis, semua urusan pribadi harus disimpan di belakang kepala, seperti saat ini.

Lebih dari satu jam Rizky menceritakan konsep yang diinginkannya pada Ganindra Putra Mahardika. Pria yang secara tidak sengaja ia kenal di salah satu pembukaan kafe yang terletak tak jauh dari rumahnya. Ia dan Tara jarang melibatkan orang asing di salah satu proyek mereka. Namun ketika ia mendengar tentang beberapa proyek Ganin, Rizky merasa menemukan satu lagi sosok yang bisa diajak kerjasama selain Tara.

“Mas Ganin sepertinya beneran tertarik sama konsep kita, ya, Mas?” tanya Tara setelah pria dengan kemeja dan celana jeans berwarna biru meninggalkan mereka berdua. Gaya berpakaian Indra yang terlihat terlalu rapi dibandingkan Rizky membuat Tara sedikit ragu. Namun keraguan itu segera terhapuskan ketika mereka bertiga menemukan selera bercanda yang sama.

Rizky menandaskan sisa kopi dan berdiri mengajak Tara untuk keluar dari kafe yang sudah terlalu ramai. “Moga-moga aja, Ra. Skala proyek kita yang baru ini sedikit lebih besar dibanding rencana awal kita. Bismillah! Pulang?” ajaknya.

Namun, seperti kebiasaan Tara selama ini saat mampir ke Mall, ia harus rela ditarik menuju toko buku. Saat itulah langkahnya terhenti ketika bertemu pandang dengan perempuan  mungil yang beberapa kali terlintas di pikirannya.

 “Mas Rizky!” sapa perempuan yang terlihat cantik jari itu.

Dari sudut mata, ia bisa melihat ekspresi terkejut di wajah keponakannya. Namun, senyum jail yang menghiasi bibir Tara membuatnya menjadi semakin tidak nyaman. Karena perempuan yang belum lulus kuliah itu tahu saat ini ia tidak mengingat nama perempuan yang senyum ke arahnya dengan sopan. Setelah beberapa detik ia terdiam, “Gemintang, nama kamu Gemintang, kan?”

Dari semua orang yang pernah tidak sengaja bertemu di salah satu mall, Rizky tak pernah membayangkan akan bertemu dengan perempuan yang sesekali muncul di dalam mimpinya. Senyum yang dihiasi gigi kelinci, bahkan ekspresi terkejut paling lucu yang pernah ia lihat. Semua tersimpan rapi di otaknya, dan saat ini Rizky bertemu kembali dengannya.

“Ananta aja, Mas,” jawab Ananta. “Apa kabar, Mas?” Senyum manis Ananta membuatnya terdiam. Hari ini penampilan perempuan itu terlihat berbeda. Meski tetap dengan rambut berwarna abu-abu yang panjangnya hampir menyentuh pundak. Terusan kaos warna hitam di bawah lutut dipadu dengan jaket jeans warna biru dan sneaker putih seperti punya Tara menghias kakinya. 

Rizky menerima dengan senang hari uluran tangan Ananta. Jabat tangan perempuan itu seolah menjadi pelengkap semua ingatan tentangnya di kepala Rizky. "Maaf, saya paling payah mengingat nama orang. Hanya Gemintang ingatnya," goda Rizky. "Nama kamu cantik."

"Orangnya juga ccanti" celetuk Tara membuat moment di antara dia dan Ananta pun rusak karena kemunculan perempuan itu. "Hai, temennya Mas Eky?"

"Ra, yang sopan!” Teguran Rizky hanya mendapati cengiran dari Tara yang terlihat bersemangat memandang Ananta. Perempuan yang terlihat mungil di antara dia dan Tara tersebut sesekali melirik ke arah Rizky. "Hai tante, saya Tara. Temannya Mas. Eh, temannya Om Eky ya?"

“Tara ini keponakanku, tapi paling susah untuk manggil Om,” kata Rizky saat mendapati kernyitan di kening Ananta ketika Tara merubah panggilan untuknya. “Ra, kenalin. Ini teman Om, Ananta Gemintang.”

Tara yang ramah seperti mendiang ibunya, tidak terlihat kesulitan untuk mengajak Ananta ngobrol. Bahkan Rizky bisa melihat, Ananta larut dengan cerita keponakannya, hingga tidak menyadari arah tujuan mereka. Hingga ketiganya berhenti tepat di depan toko buku yang selalu menjadi tujuannya jika pergi ke mall.

“Lak mesti! Enggak onok laine, ta, Ra?”[3] protes Rizky saat Tara membalik badan ke arahnya dan menunjukkan senyum terkembang penuh muslihat ke arahnya. “Enggak! Terakhir kali kamu melebihi batas! Meskipun diganti Mas Ara, tetap aja kebangetan, Ra!” omel Rizky tanpa mempedulikan Ananta yang memandang ke arah mereka berdua dengan kening mengernyit.

“Please, Mas. Aku janji enggak lebih dari tiga ratus ribu. Boleh, ya ….”

Setiap kali berakhir di Periplus, Rizky selalu mengeluarkan uang untuk novel-novel Tara. Meski perempuan itu mampu untuk membayar dengan uangnya sendiri, tapi ketika bersamanya, Tara selalu meminta Rizky untuk membayarnya. “Awas kalau lebih dari batas!” ancam Rizky sebelum mengalihkan pandangan pada Ananta. “Kalau kamu mau, ikut Tara aja.”

"Nggak usah Mas!” Jawab Ananta cepat sambil menahan tarikan tangan Tara yang ingin segera memilih novel import yang menggoda matanya.

“Tante, enggak suka baca?” tanya Tara tanpa melepas genggaman tangannya di pergelangan Ananta yang terlihat tidak nyaman.

“Aku suka banget baca, tapi saat ini lagi enggak bisa jajan buku dulu. Aku tunggu sini aja ya. Temenin Om kamu, kasihan ntar hilang." 

Rizky yang semenjak melihat Tara menarik Ananta tak bisa mengalihkan pandangan, terkejut mendengar jawaban dari bibir perempuan itu. Hatinya sedikit melonjak kegirangan mendengar itu.

"Tenang aja, Tante. Kalaupun hilang, nggak ada yang cari. Nggak ada yang punya tuh, jomlo tahunan," ejek Tara sebelum meneruskan langkah memasuki toko buku dengan banyak tulisan sale. Membuat Rizky segera menyesali keputusannya.

“Kamu—”

“Mas Rizky—” kata mereka bersamaan. Setelah sekian menit berdiri berdampingan tanpa ada kata terucap di bibir masing-masing. Rizky mengulum senyum saat memandang Ananta terlihat salah tingkah.

[1] Kerja dulu!

[2] Bapakmu apa kabarnya, Ra?

[3] Selalu! Tidak ada yang lain kah, Ra?

Cerita Rizky-Ananta ini hanya pyoyek suka-suka, karena ingin selesaikan yang mangkrak saja. Jadi kalau ada yang enggak pas, harap maklum yaaak.

Skip pertanyaan lagi ya hari ini. Hahahha

Love, ya!
😘😘😘
Shofie

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top