Bab 2

Ananta Gemintang


Sampai malam menjelang, Ananta tak bisa menghilangkan bayangan tentang pria berkacamata yang menatapnya dengan intens. Seolah dia melihat ke dalam hatinya yang paling dalam, dan dia dengan bodohnya hanya terdiam saat mata yang tajam itu tak bisa melepasnya dari pandangan. Ada sesuatu yang membuat Ananta tak bisa berhenti memikirkannya. Dia masih bisa melihat senyum tulus yang Rizky berikan untuknya, meski Ananta tahu bukan ditujukan hanya untuk dirinya. Namun, dia merasa senyum itu hanya untuknya seorang.

Semua bermula dari kebiasaan bodohnya yang selalu asal minum dari gelas teman atau sahabatnya. Semua karena macet yang membuat otaknya terasa mongering saat melintas di bundaran Dolog yang benar-benar menjadi ujian sabarnya hari itu.

Otaknya pun tak berhenti mengulang-ulang suara lelaki yang terdengar berat dan menenangkannya itu. Dia merasa untuk pertama kalinya bertemu dengan lelaki asing yang membuatnya kehilangan kata-kata. Siapapun yang mengenalnya, akan heran dan tidak percaya seorang Ananta kehilangan kata-kata.  Semakin lama dia merasa berubah menjadi gila karena selama dua hari ini tidak bisa menghilangkan bayangan wajahnya.

Ibu jarinya sudah siap untuk mengetikkan sesuatu di ponselnya saat ini, tapi ada sesuatu yang menahannya untuk tidak melakukan itu. Ia menutup jendela pesan dan mulai mencari nama lelaki itu di social media, namun dia tidak menemukan satupun akun dengan nama Rizky Anggoro Birowo. Lalu Ananta teringat nama kafe tempat mereka bertemu, dan berhasil menemukan akun media sosialnya.

Satu persatu dia melihat postingan Instagram sampai akhirnya dia menemukan satu foto yang membuatnya berhenti. Dia, pria dengan tinggi badan yang membuatnya iri. Terlihat tertawa lepas dengan seorang gadis berambut panjang yang terlihat manis. Rambutnya panjang berwarna hitam bukan coklat terang sepertinya. Tinggi badanya seimbang dengan Rizky dan bukan timpang sepertinya.

Wajah mereka saling berhadapan dengan senyum lebar, tangan kanan Rizky berada di kepala gadis itu. Satu yang ada dalam pikirannya, he’s taken. Meski informasi yang dia dapatkan sambil lalu kemarin bahwa lelaki itu masih jomlo tapi bukan berarti hatinya masih belum ada yang punya. Ananta merasa aneh dengan perasaaannya sendiri, karena saat ini melihat foto di Instagram itu membuatnya kecewa.

 

Ti, Mas Rizky itu masih sendiri, kah?


Begitu dua centang biru terlihat di pesan itu, Ananta sadar bahwa ibu jari telah mengkhianatinya. Segera saja dia bisa membayangkan apa saja yang akan keluar dari bibir Aan begitu Asti menceritakan pesan barusan. Dia tahu Asti gadis yang baik, tapi untuk beberapa hal, ia tahu juga tahu bahwa calon istri Aan itu selalu berbagi cerita pada lelaki tengil yang telah menjadi sahabatnya semenjak SMA.

Wastiti
Naksir, ya?

Ti, please jangan bilang Aan. Please please pleeesae

Wastiti
Sorry, Na. Dia udah baca pesan kamu.

Dia menutup ponsel dan menghitung dalam hati sampai sepuluh. Dia tahu, tak lama lagi akan ada panggilan video call dari sahabat-sahabat gesreknya. Sahabat yang terkadang membuatnya mengelus dada namun dia sayangi sepenuh hati. Saat hitungannya sampai di angka lima, ponsel di tangannya pun berbunyi. Tanpa melihat pun dia tahu, akan ada wajah empat orang yang saat ini menantinya dengan cerita lengkap.

Ingin hati menolak video call itu, namun dia tahu itu tidak akan terjadi. Karena dia mengenal mereka beremoat tidak akan berhenti hingga dia menjawab panggilan itu. tanpa mengucapkan salam dan menyapa mereka satu persatu, Ananta berkata, “tolong, ya! Pertanyaanku pada Asti tadi bukan tanda seorang Ananta Gemintang tertarik pada lelaki itu. itu hanya pertanyaan biasa. Sekian dan terima kasih.”

Segera saja dia memutuskan sambungan dan mematikan ponsel. Malam ini dia ingin bisa tidur tenang dengan bayangan senyum dan suara yang menenangkan, bukan dengan bunyi notifikasi yang bersahut-sahutan dari keempat orang yang ingin dibunuhnya saat ini.

Namun sayang seribu sayang, meski ponsel dimatikan. Meski keempat orang yang menjengkelkan itu tahu ponselnya dalam keadaan mati, namun mereka tahu laptopnya pasti menyala. Tak membutuhkan waktu lama, Ananta mendengar notifikasi email yang berturut turut. Tanpa melihatnya pun dia tahu itu dari mereka berempat.

Membaca email sampah dari mereka membuatnya semakin malu, namun ada satu email yang membuatnya tertarik. Email dari Asti dengan subyek Mas Rizky, yang berisi tentang nomer telepon, email dan juga akun facebook dan juga Instagramnya. Ananta membalas pesan itu dengan ucapan terima kasih lalu mulai mencari akun lelaki yang membuat heboh semua sahabatnya.

“Aku enggak bakalan bisa tidur beneran malam ini,” gumam Ananta setelah menemukan salah satu foto Rizky dengan gadis yang sama. Kali ini captionnya berbunyi for the best uncle in the whole world. Love you, Om. Thank you. Dalam foto itu, perempuan yang sama memegang buket berisi coklat dari satu merek tertentu dengan senyum terkembang. Dengan tangan Rizky melingkar erat di pundaknya.

Pikirannya menuju hari wisudanya dulu. Tangis bahagia Mama dan Papanya seolah menjadi pengingat bahwa apa yang dia lakukan selama ini hanya berjalan mengikuti jejak langkah seseorang dan berada di balik bayang-bayang semu. Bayangan dan jejak langkah Jelita—kakak keduanya—yang meninggal beberapa saat setelah dinyatakan lolos seleksi Fakultas Kedokteran Universitas Arilangga.

Hari bahagia saat dia bisa menambahkan gelar Sarjana Kedokteran di belakang namanya. Hari bahagia yang berakhir dengan tangisan sedih yang membuatnya bisa lega. “Dek. Sudah, ya. Papa tahu kenapa Adek masuk kedokteran.  Berhenti, jangan diteruskan. Papa dan Mama ingin kamu bahagia dengan jalanmu sendiri.”

Permintaan kedua orang tuanya seakan memberinya alasan untuk bernafas. Dia yang memilih untuk kuliah kedokteran, karena dia merasa dengan menggantikan kakaknya, ia akan merasa dekat dengannya. Dia ikhlas melakukan itu bukan untuk kedua orang tuanya, namun untuk dirinya sendiri.

“Kejar mimpi Adek, apapun itu. Mama dan Papa akan selalu mendukung Adek. Mama hanya ingin melihatmu bahagia.”

Hatinya hancur saat melihat air mata membasahi pipi wanita yang dia cintai sepenuh hati. Ingin dia mengatakan bahwa ini juga cita-citanya, namun dia tidak bisa berbohong di depan wanita yang telah melahirkannya itu.

“Adek juga ingin jadi dokter, Ma.”

“Enggak ada dokter yang telihat lebih hidup saat bertemu oven dibanding bertemu pasien, Dek. Sudah ya. Jangan diteruskan.”

Ingatan hari wisudanya membuatnya merasa sedih dan bahagia. Membuatnya bahagia telah menyelesaikan apa yang Jelita belum sempat lakukan, namun hatinya juga teriris karena melihat kedua orang tuanya bersedih melihatnya.

Ananta mengusap kasar wajahnya dan matanya kembali fokus pada senyum lelaki yang terlihat menawan itu. Ia tak tahu apa yang terjadi dengannya, ada perasaan bahagia yang membuat bibirnya melengkung setiap kali mengingat sorot mata Rizky ke arahnya.

Dia kembali menyalakan ponsel dan mengetikkan pesan, Ananta yakin perempuan itu pasti bisa mengerti apa yang dia rasakan saat ini tanpa menjadikan itu bahan guyonan. Ia sayang keempat sahabatnya, tetapi untuk urusan yang satu ini, mereka bukan pilihan yang baik.

Ya, gimana rasanya jatuh cinta? Benar-benar jauh cinta.

Soraya Damayanti
Tumben?

Ya, please. Rasanya seperti apa?

Soraya Damayanti
Seperti ada kekuatan yang bisa membuatmu tersenyum, meski hanya mengingat tentang dirinya.

Jawaban Yaya—sahabatnya—membatnya terdiam. Ananta bertanya pada dirinya sendiri, apakah mungkin jatuh cinta hanya pada pandangan pertama. Karena selama ini ia tak pernah merasakan seperti yang dirasakannya saat ini pada siapapun. Termasuk pada pacar terakhirnya yang membuat ia ragu pada semua laki-laki untuk beberapa saat. Ananta telentang di atas ranjang sambil mengingat kembali senyum dan sorot mata Rizky. Tanpa perempuan itu sadari, saat ini bibirnya melengkung mengingat itu semua

Kita ketemu Ananta dulu pagi ini, yaaa

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Ada yang pernah ngalami seperti Ananta, enggak?

Pertama kali dapet senyum pak suami, rasanya adem panas badankuuu. 😂😂😂😂

Love, ya!
😘😘😘
Shofie

Semalam dapat berita duka, suami dari Mbak masdaraimunda telah berpulang.
Turut berduka cita, Mbak. Peluk dari jauh.
Semoga diberi ketabahan dan kekuatan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top