56

Maret 2013

Angin segar kini menyelimuti laboratorium nuklir milik tim gabungan di pusat lembaga pengembangan teknologi.  Sepuluh bulan penantian mereka kini terbayar sudah. Akhirnya mahakarya anak bangsa yang telah ditunggu-tunggu kini siap digunakan.

"Perkenalkan, alat pemusnah gelombang dan efek bom nuklir, ND3."  Ujar salah seorang pria berjas lab.

ND3 atau lebih tepatnya Nuclear Destruction 3 merupakan alat canggih penetral gelombang yang dibuat dan dikembangkan oleh para ahli nuklir dan ahli alat peledak Nasional. Alat yang memiliki bobot 105kg dan tinggi 1,2m ini dapat menyerap gelombang yang dihasilkan ledakan bom nuklir untuk kemudian dinetralkan kembali. Gelombang dan hawa yang dihasilkan oleh bom atom biasanya dapat membahayakan nyawa manusia karena dapat merusak berbagai sel dan jaringan pada tubuh. Meski hanya mengenai permukaan kulit namun kematian menjadi resiko terbesarnya.

Namun dengan ND3 yang didalamnya diisi dengan kain balut dari bunga matahari yang memiliki muatan penyerap nuklir sehingga dipastikan dapat menanggulangi efek bom nuklir yang diledakkan. Ekstrak bunga mataharinya akan membantu membersihkan udara dan menetralkan udara di sekitar lokasi ledakan setelah dihubungkan dengan gelombang intranet yang terpancar dari ND3.

Alat ini dinamakan Nuclear Destrucrion 3 karena berhasil mencapai 100% evaluasi setelah tiga kali uji coba. Dan harapan mereka agar nuklir yang disalahgunakan dapat musnah, terwakili dengan nama Nuclear Destruction.

Nantinya pasukan khusus harus membawa alat tersebut menggunakan jet tempur dan berhenti tepat di atas lokasi peledakan bom nuklir, yakni tepat di bagian paling utara bendungan Achernar, untuk meredam ledakan. Pesawat tersebut harus mengantarkan ND3 tepat berada di atas lokasi ledakan agar kinerja alat dapat maksimal dan tidak akan menyebabkan banyak kematian. Tentunya bukan hanya satu alat yang akan mereka gunakan, sekitar 5 atau 6 alat akan mereka bawa dengan formasi satu alat dalam satu pesawat.

"Cara penggunaannya mudah, cukup tekan tombol on pada sisi kiri alat kemudian generator akan menyala. Setelah itu kami akan berlaku sebagai operator dan mengkonfigurasi alat dari jarak jauh."

"Jika kondisi darurat terjadi, apa kita bisa lakukan konfigurasi di dalam pesawat?" Ken bertanya sambil melihat tiap bagian ND3.

"Bisa Kapten, tapi tetap harus dilakukan oleh operator. Karena perintah pada sistemnya masih belum kami sederhanakan, jadi log yang digunakan masih cukup sulit untuk dikendalikan."

"Oke," Ken mengangguk paham. "Sepertinya dengan berlatih sedikit saya bisa."

Ziko, Bobi, Raka, dan Ayunda hanya menggelengkan kepala mereka. Tak habis pikir kapten tim mereka seberani itu menantang dirinya sendiri untuk mengendalikan ND3. Atau lebih tepatnya, ia ingin pamer? Entahlah, yang penting Ken bisa selesaikan tugasnya dengan baik.

Setelah melihat alatnya, Ken lmayan mengerti dan memahami cara kerja ND3, dan ini membuatnya merasa percaya diri  karena ia cukup mahir memahami bahasa komputer. Ya, jelas saja nilai penguasaan teknologinya di atas rata-rata saat di akademi dan kuliah di Amerika. Sempat beberapa kali ia juga melakukan kegiatan retas dengan level cukup ekstrem saat bertugas di lapangan. Meski tak semahir Ayu, tapi ia masih bisa diandalkan.

"Terima kasih banyak atas kerja keras rekan sekalian. Berkat rekan-rekan kami bisa segera mengeksekusi gudang hantu." Tukas Ken di akhir rapat dadakan.

Rapat pun selesai.

Saatnya mereka bergegas untuk membuat rencana. Tim gabungan yang telah dibentuk yang terdiri dari TNI AD, AU, dan AL, serta beberapa dari kepolisian sebelumnya telah dihubungi untuk rapat sore ini di Mabes Pasukan Khusus.

Sementara yang lain langsung kembali ke markas, Ken izin untuk menyusul rekannya nanti. Ada hal yang harus ia lakukan terlebih dulu, menyangkut masa depannya.

🛫🛫🛫

"Terima kasih." 

Seorang pramugari yang telah membantu Dara turun pun berlalu. Kini ia kembali berjalan berduaan dengan Arumi menuju ke tempat pengambilan barang.

"Kamu tunggu di tempat duduk aja, biar mamah yang ambil koper."

Dara mengiyahkan.

Karena tak dapat membantu, Dara memilih untuk segera menuju tempat duduk dan tidak merepotkan Arumi lebih banyak yang kini telah berlalu. Namun ketika hendak duduk, salah satu tongkat yang menopang tubuh Dara tiba-tiba tergelincir karena menyentuh plastik yang terbang ke arah dirinya entah dari mana, sepertinya dibuang sembarang oleh orang yang lewat didepannya barusan.

Dara hilang keseimbangan, matanya tertutup pasrah karena tak dapat kembali seimbangkan tubuhnya, dan pada akhirnya...

"Dara!!!"

Tangan itu menangkap tubuh Dara yang beberapa senti lagi akan menyentuh lantai keras nan dingin bandara.

Merasa punggung dan pinggangnya ditopang, mata Dara yang telah tertutup karena takut itu perlahan ia buka.

"Ken?" Ucap Dara begitu lemah.

Ia menghela nafas lega. Ken membantunya duduk dengan benar di bangku tunggu.

Tetapi tak Dara sangka, setelah ia duduk dengan baik, Ken malah meninggalkannya yang masih dalam mode terkejut itu.

"Ken kamu mau kema-"

"Pemisi!" Ken menghalau jalan seorang ibu yang tadi membuang sampah plastiknya di hadapan Dara. "Lain kali kalau buang sampah itu di tempat sampah. Liat akibatnya, seseorang hampir jatuh karena sampah plastik ini." Ken mengacungkan sampahnya.

Suara Ken yang mengintimidasi cukup untuk membuat si ibu itu terdiam. Namun itu tak bertahan lama.

"Salahin juga pacarnya mas dong, udah tau cacat harusnya liat jalan lebih bener!" Si ibu menatap Dara dan tongkatnya sambil berdecik. 

Ken mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Kini ia benar-benar emosi. Dara yang mendengar kata-kata itu dengan sangat jelas hanya menatap kosong.

"Jelas yang salah itu ibu. Apa susahnya minta maaf dan gak ngulangin lagi kesalahan?" Nada suara Ken sarat dengan menahan amarah.

"Masnya juga harus minta maaf karena udah bentak saya. Mas gak tau yah siapa saya? Suami saya pejabat!!!" Suara ibu itu semakin kencang.

Ken memiringkan kepalanya, tak habis pikir dengan reaksi si ibu.

"Justru karena ibu istri seorang pejabat harusnya lebih bermartabat."  Suara Ken tak setinggi suara si ibu, namun penekanan terdengar jelas di setiap katanya.

Tak ayal mereka kini menjadi pusat perhatian, bahkan ada yang sudah merekam video dengan ponsel mereka.

"Dan ngomong-ngomong soal siapa ibu, apa ibu juga gak tau siapa saya?"

Dara yang tak tahu harus bersikap seperti apa, akhirnya mencoba berdiri untuk menghentikan Ken karena tak baik juga bagi Ken untuk cekcok disini apalagi kini ia menjabat sebagai direktur di AeroWings. Bisa-bisa usahanya menaikkan citra perusahaan dan membantu menaikkan nilai IHSG negara lewat perusahaannya dapat lenyap seketika hanya karena hal sepele seperti ini. Ya, Dara tak dapat membiarkan hal itu terjadi.

Namun Dara disergah Arumi yang langsung menggelengkan kepala, isyarat 'jangan ikut campur'. Bukan tanpa alasan Arumi melarang putrinya terlibat, karena kini ia dapat melihat dengan jelas wajah pucat pasi Dara dan kakinya yang gemetar.

Arumi yang melarang anaknya untuk ikut campur,  sekarang telah terlibat menggantikan Dara.  Arumi yakin Dara khawatir akan Ken. Jadi Arumi memutuskan untuk membantu Ken, bukan menghentikan Ken.

"Ibu beneran nggak tau siapa calon menantu saya?" Arumi tiba-tiba menginterupsi di antara Ken dan wanita yang sebaya dengannya itu. "Dia pewaris AeroWings." Bisiknya tepat di telinga wanita menjengkelkan itu lalu mengedipkan sebelah matanya pada Ken.

Entah sejak kapan, Dara tak tahu. Mamahnya dan Ken sangat kompak seperti ini. Ia juga masih belum dapat terbiasa dengan sikap Ken yang berubah dari awalnya irit kata, kini sangat boros kata. Bahkan ibu-ibu pun ia ladeni. Sungguh ini tak terduga. Tapi mau bagaimana lagi, satu-satunya yang kini dapat Dara lakukan hanya menonton pertunjukkan ini. Jika ia harus bertaruh, tentu ia memilih Ken dan mamahnya, karena ia yakin, pasti akhirnya ibu-ibu anonim itulah yang akan meminta maaf.

"Jadi, masih mau diteruskan?" Arumi bertanya dengan sombongnya.

"Saya bisa laporkan ibu sekarang juga. Tapi saya beri kesempatan untuk ibu minta maaf terlebih dulu. Jika saya jadi ibu, saya lebih memilih menyelesaikannya sekarang juga sebelum video kejadian ini viral dan menghancurkan citra ibu beserta suami."

"Uh, i-iyah, maaf. Saya gak sengaja." Ibu itu melihat sekelilingnya yang kini telah penuh dengan sorotan kamera ponsel yang merekam percekcokannya.

"Minta maaf sama anak saya sekarang! Dia yang hampir jatuh kalau saja nggak tertahan sama calon mantu saya."

Ibu itu menatap Dara ragu-ragu. Aura yang terpancar dari Ken dan Arumi yang sangat gelap karena marah itu, akhirnya membuat si ibu perlahan mendekat pada Dara. Terlebih setelah mendengar siapa mereka membuat ibu itu berpikir dua kali untuk ngotot.

Dara yang melihat ibu itu gemetar kemudian tersenyum dengan tulus.

"Saya gak apa-apa bu. Yang penting lain kali nggak buang sampah sembarangan lagi. Kecil sih tapi bisa berdampak besar." Dara beralih menatap Arumi dan Ken. "Ayo mah, Ken! Aku pengen cepet sampe rumah."

Orang-orang di sekitar mereka masih memusatkan mata mereka pada Ken, Arumi, dan Dara.

Berbagai macam tatapan mereka terima. Ada yang menatap Ken dengan tatapan horor, ada juga yang menganggapnya wajar untuk marah, ada yang ikut membenarkan kata-kata Ken meski hanya berbisik-bisik, hingga ada beberapa anak muda yang menganggap sikap Ken itu sangat keren, selain karena wajah tampannya.

Dan kini sebagian orang mulai menyadari ucapan Arumi.

Pewaris AeroWings.

Namun sebelum semakin riuh dan gaduh, petugas keamanan menghampiri mereka dan bertanya apa yang terjadi.

Telat banget. Pikir Ken.

Kemudian mereka hendak memanggil tim medis karena Dara yang masih bergetar tak dapat berdiri tegak.

Tapi Ken yang sudah kesal dengan orang-orang disini, akhirnya memutuskan menggendong Dara dipunggungnya dan pergi sebelum tim medis bandara datang.

✈️

Ketika seseorang membuang sampah sembarangan, tak ada yang menegur atau membuangkan sampah itu ke tong sampah. Entah karena memang tak menyadari atau memilih tak peduli.

Saat seseorang hampir terjatuh dan butuh pertolongan tak ada yang berlari dan mengulurkan tangannya. Seolah mereka tak ingin terlibat atau memang tak punya hati nurani pada orang di sekitar.

Hingga kata-kata kasar yang keluar dari mulut istri pejabat tadi meluncur bebas, tak ada yang berani membela dengan terang-terangan.

Sungguh ironis.

Sepintas pikiran Ken menyadari sesuatu.

Apa harus ia melindungi warga negara yang seperti ini dari ancaman bahaya?

Saat ia dan Dara sama-sama memiliki tekad dan keinginan mewujudkan negara yang aman untuk bernaung, ternyata orang lain hanya fokus atau malah terjebak pada diri mereka sendiri tanpa sedikitpun menoleh pada orang yang berlaku salah ataupun orang yang butuh pertolongan.

Haruskah ia berkorban lebih jauh?

🛫🛫🛫

Makan malam keluarga Kenant tengah berlangsung. Makanan yang menggoda lidah dan indera pencium manusia kini berada tepat di hadapan mereka. Steak yang baru saja dipanggang oleh Ani tersaji dengan sangat cantik. Namun rasa kesal akibat insiden di bandara tadi membuat Arumi tidak mood untuk makan.  Ia hanya menatap kosong makanannya. 

"Dimakan mah," Kenant menyadarkan lamunan Arumi.

"Kesel pah, udah tau dia yang salah malah nyolot!" Ucap Arumi berapi-api.

"Mamah juga nyolot sama papah nih?"  Kenant menggoda Arumi.

Akibat LDR-an selama hampir dua tahun membuat Kenant sangat merindukan Arumi.  Dan kini setelah istrinya pulang, bukannya bersikap ceria malah terus cemberut karena kesal.

"Maaf pah, bukan gitu maksud mamah." Sesal Arumi.

"Iyah tau, udah makan dulu. Nanti kalo mamah gak makan, papah yang ngabisin. Kalo papah yang ngabisin, papah bisa gendut. Nanti kalo papah gendut, mamah marah-marah deh, bilang papah perutnya buncit kaya semar."

Dara dan Viktor seketika tertawa mendengar ucapan ayah mereka.

Sejak sekian lama akhirnya Kenant kembali menjadi Kenant yang hangat hingga kehangatannya menyebar ke seluruh anggota keluarga.

"Iyah, iyah, papah bawel."

Kemudian makan malam berjalan dengan tenang dibumbui tawa sesekali akibat kelakar Kenant atau Viktor.

"Besok mamah atau papah yang nemenin Viktor?" Viktor bertanya setelah piringnya bersih mengkilap tak tersisa apapun.

"Papah aja deh, mamah mau di rumah temenin Dara."  Arumi menatap Kenant meminta persetujuan.

"Iyah, papah aja."

"Mau kemana emang?"  Dara tak mengerti kemanakah papahnya akan ikut bersama Viktor.

"Acaranya AeroWings, besok pelantikan kak Kei jadi CEO sama pengumuman penting lain."  Ujar Viktor.

"Pengumuman penting?" Dara mengerutkan keningnya.

Ia sama sekali tak tahu besol AeroWings mengadakan acara besar seperti itu. Ken tak bercerita padanya. Membuat Dara sangat penasaran dengan 'pengumuman penting' itu.

"Gak tau, tapi kayanya berhubungan sama Nayla."

Ya, hampir Dara lupa, ada seseorang yang bernama Nayla.

Saat nama Nayla disebut otomatis memutar memorinya tentang pertunangan perempuan itu dengan Ken.

Hanya dengan mendengar namanya saja hati Dara seperti tersengat.

Karena perempuan itu ia hampir kehilangan Ken, karena perempuan itu namanya menjadi bahan gunjingan banyak orang, dan karena perempuan itu adiknya tersakiti.

"Kakak ikut."

Sontak Kenant, Arumi, dan Viktor menatap Dara tak percaya.

"I just wanna say goodbye to her." Ucap Dara yakin.

"Okay, perfect!" Seru Viktor karena ia tak usah membujuk lama-lama kakaknya. Tugasnya jadi lebih mudah.

🛫🛫🛫

S

eluruh undangan yang hadir telah duduk dengan rapih di meja yang telah diberi label nama mereka.

"Hadirin yang kami hormati, mari kita sambut CEO AeroWings yang baru saja dilantik, Keandra Devanti Alexander!"

Tepuk tangan meriah langsung menggema menyambut CEO baru AeroWings. Dibalut busana berwarna pastel merah muda, Kei terlihat sangat cantik dan menawan. Bahkan ada beberapa di antara tamu undangan lelaki yang sepertinya jatuh cinta seketika melihat keanggunan Kei.

Pidato pun dimulai. Diawali ucapan terima kasih kepada seluruh tamu undangan yang hadir, kemudian orang tuanya, dan tak lupa juga adiknya.

"Kami akan pastikan AeroWings terus berkontribusi dalam membangun negeri. Terima kasih." Ucap Kei mengakhiri pidatonya.

Setelah Kei turun dari podium, pembawa acara mempersilahkan Ken untuk maju dan memberikan sambutan selaku Direktur Perencanaan Strategis AeroWings.

Tak seperti Kei yang banyak mengucapkan terima kasih dan syukurnya, Ken lebih memilih langsung ke inti pembicaraannya.

"Seiring berjalannya waktu, AeroWings kini dapat menghasilkan dana tanpa terikat perjanjian yang tidak fleksibel seperti kesepakatan dengan perusahaan milik bapak Wijaya Herdiantara. Oleh karena itu, kami, seluruh direksi dan dewan AeroWings memutuskan mengambil langkah untuk tidak lagi bekerja sama dengan perusahaan tersebut."

Seluruh pasang mata terlihat kaget mendengar kabar tersebut. Banyak yang berbisik mempertanyakan saham yang dimiliki Wijaya- ayah dari Nayla di perusahaan AeroWings.

"Hal tersebut kami lakukan setelah pertimbangan yang matang. Saham atas nama bapak Wijaya yang hanya tinggal 2% di perusahaan kami menjadi alasannya." Ken menunjuk slide yang terpampang di layar dekat podium. "Dapat dilihat bahwa kini, pemilik saham terbesar di perusahaan kami sebesar 45% adalah CEO yang baru saja dilantik yaitu kakak saya, Keandra Devanti. Kemudian pemegang saham terbesar kedua sebesar 25% adalah saya sendiri, dan 30% saham lainnya dipegang oleh beberapa investor dan perusahaan yang bekerja sama dengan kami."

Banyak yang tak menyangka dalam waktu yang hanya sebentar Ken mampu membalikkan keadaan perusahaannya. Yang awalnya dipegang banyak saham oleh Wijaya, kini ia dan Kei dapat menguasai saham terbesarnya. Sedangkan Thomas, kini hanya berlaku sebagai dewan pembina direksi. Namun tetap memegang kuasa tertinggi di perusahaan. Meski sebenarnya niat Ken mengubah bukan hanya didasari untuk memajukan perusahaan melainkan juga untuk membantu menstabilkan harga saham gabungan Indonesia. Ya, itu motif tersembunyinya.

Nayla yang turut hadir pada acara tersebut dan tengah duduk di salah satu bangku tamu meremas erat gaunnya hingga kusut. Ia tak percaya Ken telah mempermalukan keluarganya di hadapan para pengusaha lainnya.

"Dan pengumuman terakhir yang saya ingin bagi pada malam ini adalah pertunangan saya dan juga kakak saya."

Tak lama keluarlah Kei dengan menggandeng seorang pria yang tak pernah disangka-sangka.

Zero Hartanto.

Bahkan Dara yang mengikuti mereka dari belakang masih tak percaya akan kebenaran hubungan Kei dan Zero.

Kemudian Dara yang kini tengah berjalan dituntun oleh Arumi segera dihampiri oleh Ken.

Semua orang menatap dua pasangan di atas panggung itu. Tak terkecuali Nayla yang kini telah beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ballroom, tak kuasa lagi menahannya. Melihat Nayla pergi keluar, Viktor pun membuntutinya.

Katakanlah Viktor begitu bodoh karena masih terus memiliki perasaan pada Nayla. Tapi bukankah seorang teman tetap harus berada di samping temannya saat dibutuhkan? Ya, hanya saat dibutuhkan. Setelah tak diperlukan lagi, Viktor akan membiarkan Nayla menjalanu hidup tanpa dirinya.

Ya, kini Kei telah menambatkan hatinya pada Zero. Lelaki yang lebih muda empat tahun darinya itu kini telah ia percayai akan menjadi jodohnya. Meski awalnya karena kerja sama perusahaan mereka yang tiba-tiba terbentuk saat membesuk Dara di Amerika, namun kini perlahan mereka mulai menyayangi satu sama lain. Walau sebenarnya Kei pernah meragukan hal itu, karena Zeri yang terkesan playboy.

Namun ternyata, Zero tak seburuk itu.

Ken pun ikut turun tangan mengetes kesungguhan Zero. Hingga akhirnya Ken setuju, butuh waktu yang cukup lama.

"Kamu gak bilang mau umumin kita tunangan, kalo bilang aku bakal dandan lebih cantik. Jadi kalah 'kan sama kak Kei."  Bisik Dara di telinga kiri Ken.

Ken tersenyum mendengar protes dari Dara. Saat Dara seperti ini terlihat sangat menggemaskan dimata Ken.

"Tenang aja, kamu paling cantik malem ini."

Ucapan Ken yang seringan angin mengulas senyum di bibir Dara. Pipi Dara yang putih mulus itu kini berubah merah merona.

Bukan gombal, Ken mengatakan yang sesungguhnya. Dari sekian banyak tamu undangan yang hadir, Dara yang mengenakan gaun selutut berwarna biru muda dengan desain yang mirip baju cinderella menjadi pusat perhatian banyak orang. Meski tanpa sepatu hak, hanya mengenakan flat shoes, Dara tetap terlihat anggun.

Justru karena riasan yang alami, flat shoes-nya, dan juga mahkota bunga imitasi yang menghias rambutnya lah yang kini terlihat sangat mencolok dan berbeda dari perempuan lain yang hadir.

Dan tak dapat dipungkiri, Ken begitu bangga memiliki seorang Megandara Vlaretta.

Terima kasih Ra.






🔜🔜🔜🔜🔜




Haiii haiiiii 😊 makasih banyak buat yang udah ngasih bintang dan juga komentarnya di part2 sebelumnyaaaa lop yu tu de mun💕

Dann jangan lupa terus vomment Birunya Angkasa [wanna fly?] yahhhh

Hope you like it😉


Lavv,
Nun
20/01/2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top