53

🎉HAPPY READING🎉


✈️✈️✈️✈️✈️

Kantor pengadilan sejak pagi telah diramaikan oleh kehadiran para reporter.  Para pemburu berita itu akan meliput jalannya sidang perdana kasus percobaan pembunuhan dengan tersangka Chelsea Ivanka untuk disiarkan secara langsung. 

Ya, setelah diketahui salah satu korban dari kecelakaan itu adalah Megandara Vlaretta yang sebelumnya menjadi bahan perbincangan seluruh negeri karena skandal cintanya, mengakibatkan para reporter penasaran.  Ditambah lagi dengan terkuaknya fakta bahwa yang telah menyebabkan kecelakaan tersebut merupakan anak dari Jendral Besar Tentara. 

Dikarenakan kasus yang melibatkan orang-orang penting ini sudah menjadi perhatian publik sejak awal, menyebabkan tim hakim memutuskan untuk memberikan izin pada awak media untuk meliput jalannya persidangan.

Selama masa investigasi lanjutan, Chelsea telah ditahan selama satu bulan.  Pada awal Agustus inilah ia akhirnya melaju ke babak baru yakni persidangan.  Selama proses investigasi berlangsung nama Arjuna sempat masuk daftar saksi kunci.  Karena Arjuna menjadi orang terakhir yang bertemu dengan Chelsea sebelum kecelakaan terjadi dan Arjuna memiliki hubungan yang kurang baik dengan Dara sehingga menggiring motif.

Chelsea mengakui pernah mengajak Arjuna untuk eksekusi kecelakaan mobil tersebut. Sayangnya ajakan Chelsea tak disambut baik Arjuna.  Arjuna menolak hingga Chelsea meminta bantuan jasa preman untuk mengendarai truk.  Alibi Arjuna juga dapat dibuktikan karena ia tertangkap cctv pada malam kejadian ia sedang memberikan laporan pada Rudi di kantornya, dan ia pun bebas dari tuduhan.

Jaksa penuntut sebelumnya telah memberikan pernyataan singkat mengenai tuntutannya pada media. Inti dari pernyataannya tak lain adalah untuk membuat Chelsea mendapat hukuman yang setimpal atas perbuatan yang telah dilakukannya, namun tetap dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan Chelsea yang ternyata mengidap trauma.

“Mah, kakak gimana?”  Viktor akhirnya menjawab panggilan dari Arumi setelah izin sebentar pada Kei.

“Belum ada kemajuan.”  Ucap Arumi lirih di sisi lain belahan dunia.

“Aku udah di pengadilan.  Bentar lagi sidangnya dimulai.”  Viktor menghela nafas.  “Mamah fokus sama kakak aja.  Setelah selesai kasusnya, Viktor langsung kesana mah.” 

Sesaat kemudian Viktor mematikan sambungannya tak kuasa mendengar suara ibunya yang sedang sedih.

Sudah sebulan penuh Arumi menemani Dara di Amerika.  Ia memutuskan cuti dari rumah sakit untuk menjaga putri satu-satunya.  Sementara Arumi menetap disana dibantu oleh Meri, suaminya- Kenant kembali ke Indonesia karena tak ada yang mengawasi rumah sakit mereka.  Oleh karena itu, kini Viktor hanya tinggal berdua dengan ayahnya.

“Vik, ayo kita masuk.”  Kei yang baru saja kembali setelah menemui tim kuasa hukumnya mengajak Viktor segera memasuki ruang sidang.

Mereka berdualah yang kini mewakili pihak keluarga.  Kei juga diberi amanah oleh Ken untuk bisa mewakili keluarga Ayunda yang ikut menjadi korban kecelakaan mobil bersama Dara.

✈️✈️✈️

Sejak pagi tim Garda minus Ayunda telah melakukan simulasi perang gerilya di area latihan tentara, sebuah kawasan hutan khusus tentara di Jawa Barat.  Mereka sedang mempersiapkan diri sebelum pergi ke Achernar. 

Tim Garda juga telah menerima berbagai pelatihan menggunakan alat pindai berteknologi tinggi.  Alat tersebutlah yang akan membantu mereka melacak keberadaan gudang hantu di bawah suatu bendungan di Achernar. 

Cate telah memberikan banyak informasi mengenai objek vital Achernar.  Berdasarkan informasi tersebut yang paling besar dan merupakan jantung sekaligus otak Achernar adalah gudang bom nuklir serta tempat produksinya yang berada di bawah bendungan. 
Setelah penelitian melalui satelit, ternyata memang terdapat sebuah bendungan yang sangat luas disana.  Saking luasnya, tim Garda tak dapat mengetahui lokasi tepat bungker bawah bendungan itu.  Oleh karenanya, pada misi kali ini mereka harus dapat melacak lokasi tepatnya dengan bantuan alat pendeteksi yang akan meretas sistem perlindungan.  Sistem yang di pasang pada bunker tersebut tersusun oleh jaringan intranet yang melindungi seluruh bangunan agar tidak terdeteksi satelit.  Nah, nantinya alat pindai yang dibawa tim Garda akan merusak jaringan tersebut dan menampakkan lokasi gudang hantu itu melalui satelit.

Meski kedengarannya mudah, hanya dengan memasang alat itu mereka bisa tahu lokasi gudang hantu Achernar.  Namun proses pemasangan pemindai itulah yang membutuhkan waktu lama ditambah lagi dengan rintangan yang akan mereka hadapi saat mencoba menanam alat pendeteksi tersebut di sekitar bendungan.  Mengingat Derren dan ayahnya takkan tinggal diam.

Ziko memberikan botol air minumnya pada Ken.

“Makasih,” ujar Ken kemudian menenggaknya sampai habis.

Mereka sedang rehat di area kaki bukit yang cukup rindang dan indah sehingga semilir angin yang menyejukkan menyentuh wajah lelah mereka.  Tempat yang cocok untuk beristirahat.

“Pistol Glock 17 sudah di acc, Kapten.”  Bobi melaporkan setelah mendapat pesan dari Ayunda.

“Oke.”  Ken berkata tanpa menoleh. 

Ia terus memandang lurus ke depan, ke arah hutan yang masih sangat rindang dan rapat pepohonan hingga cukup sulit cahaya matahari menembus dedaunannya.

Ken memandangnya lekat karena seperti itulah gambaran hidupnya saat ini, tertutup rapat oleh dedaunan cobaan hingga mampu membuat jalannya gelap.  Hal tersebut mengakibatkan jalannya tak mendapat suplai sinar matahari hingga ia tak dapat memprediksi jalan seperti apa yang akan ia hadapi di depan.  Apakah jalannya akan terus gelap dan beranjau, atau mungkin secercah cahaya akan menyapanya di ujung jalan jika ia terus melangkah maju.

“Oy!”  Ziko menepuk bahu Ken, menyadarkannya dari lamunan.  “Lama-lama kesambet da.”

Ken hanya menampakkan senyum tipisnya.

“Lanjut.”  Titah Ken kemudian melangkah terlebih dulu meninggalkan anggotanya.

Ziko, Bobi, serta Raka hanya bisa memerhatikan kapten mereka.  Sudah sebulan lamaya sikap Ken selalu seperti itu jika sedang rehat tak beraktivitas.  Meskipun sebagai kapten Ken tidak melakukan kesalahan apapun sampai saat ini untuk misi lanjutan.  Akan tetapi, sebagai sahabat, kini Ken tak lagi asik ketika diajak mengobrol karena reaksinya yang selalu, dan pasti sama, yakni hanya menampakkan senyum tipis, tanpa sepatah kata.

✈️✈️✈️

Satu bulan kemudian...

“Kami menyatakan terdakwa dinyatakan bersalah.”


Akhirnya perjuangan Viktor bersama Kei kini dapat terbayar.  Putusan hakim telah memvonis Chelsea 15 tahun penjara meski dikurangi masa tahanan selama dua bulan.  Bianca yang ikut hadir walau agak terlambat ikut bernafas lega. 

“Vik..”  Kei mengusap bahu Viktor yang kini sudah seperti adiknya sendiri.

Bianca hanya memandang Viktor seolah mengatakan, ‘kerja bagus Viktor’.

Kei dengan setia selalu menemani Viktor tanpa absen sekalipun untuk menghadiri persidangan, dan di sidang terakhir ini Kei dengan jelas dapat melihat Viktor menghela nafasnya panjang tanda ia telah selesai dengan Chelsea.  Meskipun tak dapat dipungkiri Viktor masih terlihat sedih.  Dan Kei serta Bianca yang melihatnya dengan mudah dapat menebak yang sedang Viktor pikirkan, siapa lagi kalau bukan Dara, kakaknya yang sedang berjuang.

“Makasih banyak kak.”  Ujar Viktor lirih.

“Kamu udah berusaha Vik.  Kakak kamu pasti berterima kasih banget sama kamu.”  Ujar Bianca menguatkan Viktor sekaligus dirinya sendiri.

Bianca yang kini tak dapat menjenguk Dara karena jarak yang jauh, tak luput menyebut nama Dara di tiap do’anya.  Tak lain karena ia merasa bersalah karena tak dapat menemani sahabatnya di waktu yang ia yakin Dara paling membutuhkannya. 

“Mau langsung kakak anter ke airport?” 

Suara Kei memecah keheningan di antara mereka yang tercipta beberapa saat.

“Aku bisa berangkat sendiri kak.”

“Lah, kenapa Vik?”  Kali ini Bianca yang bertanya.

Viktor hanya menggeleng pelan.

“Nggak usah keras kepala, tadi papah kamu minta kakak buat anterin kamu ke bandara.”  Ucap Kei tegas. 

“Lagian barang kamu udah ada di mobil kak Kei semua ‘kan yah?”  Tanya Bianca berpihak pada Kei.

Sulit bagi Viktor untuk menolak lagi apa yang dikatakan dua kakaknya ini. Ia tak menyadari sejak kapan kini ia punya tiga kakak perempuan.  Mau tak mau Viktor akhirnya mengalah lalu segera mengikuti Kei menuju ke tempat parkir.  Hingga sebuah suara yang mulai terdengar akrab di telinga Viktor menghentikan langkahnya.

⏭️⏭️⏭️

“Gue belum sempet berterima kasih.”  Ujar lelaki yang kini terlihat rapih dengan jasnya.

Viktor menghela nafas.  “Tanpa bantuan lo, gue juga gak bisa sampai disini.”

“Kenyataan bahwa Chelsea mau coba celakain Dara sampe segitunya masih terasa gak nyata buat gue.”  Ia mengeluarkan sebuah buku diari.  “Tapi setelah gue baca ini, akhirnya jadi terasa nyata.”

Farel menyerahkan buku diari itu pada Viktor.

“Punya siapa?”  Viktor menaikkan sebelah alisnya.

“Chelsea.  Semua isi pikiran dan perasaannya ada disitu.  Rasa kagum sampe rasa benci dia ke Dara yang paling banyak dia tulis.”

“Kenapa lo ngasihin ini ke gue.”

“Biar Dara bisa baca isinya.  Gue harap Dara gak akan membenci Chelsea.  Bahkan mimpi gue saat ini adalah Dara mau jadi sahabat Chelsea.”

“Bagus kalo cuma mimpi.  Karena gue gak bakalan biarin itu terjadi.”  Viktor beranjak dari duduknya. “Gue cabut duluan, bisa-bisa ketinggalan pesawat.”

“Salam buat Dara.” 

Viktor hanya membalas dengan anggukan.

Namun Viktor teringat sesuatu.  Ada yang harus ia katakan pada Farel.

“Jangan terlalu mikirin Chelsea.  Pikirin juga hidup lo.”  Merasa canggung Viktor mengusap tengkuknya.  “Lo keliatan keren pas jadi pengacaranya Chelsea.  Sukses bro.” 

✈️✈️✈️

Setelah pergi ke pengadilan, Bianca tak langsung pulang ke apartemennya.  Ia mampir ke sebuah café yang tak jauh dari pengadilan.  Bobi mengajaknya bertemu karena ada yang harus ia bicarakan dengan Bianca.

Belum lama Bianca menunggu, suara bel pintu tanda tamu masuk terbuka oleh Bobi.  Bianca langsung menyambutnya dengan melambaikan tangan. 

“Baru selesai latihan bang?”

Seragam lapangan yang masih dikenakan Bobi membuatnya terlalu kentara.

“Hmm.”  Bobi mengangguk.  “Pesen dulu minuman yah, haus.”  Deretan gigi putihnya ia pamerkan membuat Bianca terkekeh.

Hanya membutuhkan waktu lima menit, pesanan mereka telah diantar oleh pelayan ke meja mereka yang berada di sudut ruangan.  Satu coffee latte dan satu americano.

“Seger bang?”  Bianca bertanya karena Bobi hampir menghabiskan kopinya dalam sekali teguk.

“Banget.”  Puas dengan kopinya, ia segera menaruh gelasnya kembali.  “Sidangnya gimana?”

“Lancar. Tuntutan jaksa dikabulin hakim.”  Bianca menjelaskan.  “Chelsea memang harus memanen apa yang sebelumnya dia tanam.”

“Baguslah.  Gara-gara dia juga sekarang papahnya udah resmi ngundurin diri.”

Ya, Bima yang menjabat sebagai Jendral Besar lebih memilih untuk mengundurkan diri dan keluar dari satuan.  Ia merasa dirinya kurang memerhatikan anaknya sampai pada akhirnya putri satu-satunya itu bertingkah terlalu jauh dan melampaui batas.  Sekarang sudah saatnya ia hidup demi anaknya.  Ia tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya.  Cukup istrinya saja yang pergi meninggalkan dirinya.

“Jadi rumor itu bener.”  Gumam Bianca.  “Kalo Letda Ayunda gimana keadannya?”

“Semakin membaik karena dia rajin fisioterapi.  Malah sekarang udah masuk kerja lagi, ada tuh di kantor.”

“Syukurlah.”  Bianca ikut senang mendengarnya. “Oh ya, abang tadi bilang mau ngomong sesuatu.  Apa soal ini aja?”  Ia penasaran.

Bobi terlihat sedikit gelisah saat ditanya seperti itu.  Mengerti dengan ketidaknyamanan Bobi, Bianca hanya terdiam dan sejenak berpikir apa yang harus ia katakan selanjutnya. 

“Bi,”

Pikiran Bianca yang buntu mencari kata-kata untuk memecah kecanggungan kini benar-benar menemui ujungnya.

“Gue harus pergi ke Achernar.”

“Bianca tau bang.”

“Mungkin berbulan-bulan.”

Untuk yang satu ini Bianca baru tahu.

“Jaga diri disana bang.  Pulang harus selamat.”  Hanya itu yang bisa Bianca ucapkan.

“Iyah, pasti.”  Bobi menarik nafas dalam kemudian ia berkata, “Gue suka sama lo, Bianca Evita.  Mau gak jadi pacar gue dan nunggu sampe gue pulang lagi?”

Butuh keberanian yang luar biasa bagi Bobi untuk mengucapkan hal tersebut.  Jatuh cinta pada pandangan pertama yang awalnya hanya ia lihat di film dan komik kesukaannya, ternyata kini ia rasakan.  Sejak pertemuan mereka saat Bianca masih seorang taruna yang ia bimbing, Bobi telah menaruh hati pada Bianca.  Berbagai usaha ia lakukan untuk tetap dekat dengan Bianca hingga saat ini.  Dan ternyata membuahkan hasil.

Awalnya tugas yang mengharuskan Bobi selalu bepergian jauhlah yang membuat Bobi berulang kali mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaan.  Ia tak ingin jika nantinya Bianca ia beri harapan palsu.  Mengingat seorang prajurit yang bertugas bisa saja tak kembali dan hilang bagai ditelan bumi.  Tak sampai hati ia membayangkan Bianca akan bersedih jika hal itu benar-benar terjadi.

Namun untuk hari ini menjadi pengecualian.  Ia sedikit mengeluarkan egonya agar dapat menyampaikan perasaannya pada Bianca.  Tak ingin menyesal jika nanti ia menyadari bahwa inilah kesempatan satu-satunya, dan hanya inilah waktu yang tersisa untuk membiarkan Bianca mengetahui isi hati Bobi yang sebenarnya.

✈️✈️✈️

Selesai menyirami bunga dan kaktus yang sengaja ia taruh di dekat jendela, kini Arumi kembali ke kursi yang telah ia duduki selama dua  bulan ini.  Arumi sekali lagi dan sekali lagi berdo’a serta mengaji sambil menatap wajah putrinya yang damai seakan sedang bermimpi indah hingga ia enggan membuka matanya.

“Hari ini mamah dibeliin sandwich sama tanter Mer, katanya yang biasa kamu beli jaman kamu kursus disini.  Ternyata enak kak, pantesan kamu suka.”  Arumi mengusap air matanya.  “Viktor juga barusan telpon mamah, katanya sidangnya udah selesai.  Mamah lega sekaligus gak nyangka, adik kamu yang manja itu sekarang udah mandiri bahkan dewasa.  Kamu pasti bangga juga ‘kan sama Viktor?  Ya, ‘kan sayang?”

Tanpa Arumi sadari jari manis pada tangan kiri Dara sedikit terangkat untuk beberapa saat.  Sayang sekali tak Arumi lihat.

Seperti inilah yang dilakukan Arumi setiap hari, ia berdo’a, mengaji, mengajak ngobrol Dara, dan selalu memastikan bunga serta tanaman lain yang ada di kamar selalu segar.  Hanya itu. Selebihnya dapat ditebak, ia akan makan dan berbincang dengan Meri yang kini selalu menemaninya. 

Tanpa kenal lelah seorang ibu begitu setia mendampingi anaknya.  Ungkapan ini yang sangat cocok untuk Arumi.

"Karena sekarang Viktor udah berhasil bikin Chelsea gak bisa nyentuh kamu, mamah mohon bangun ya… Jangan takut sayang, ‘kan ada mamah.” Arumi terus mengusap punggung tangan Dara.  “Banyak yang nunggu kamu, kangen sama Dara katanya.  Apalagi Ken.  Sebel mamah sama dia.”  Nada suara Arumi kini terdengar imut karena kesan kesalnya.

“Masa ya kak, dia ngalahin rekor panggilan papah di hp mamah.  Nanyain kamu terus setiap jam.  Kayanya nganggur ya dia?  Tau gitu mamah gak mau restuin kak Dara sama Ken.  Tapi untungnya ganteng, hihi, jadi mamah bisa tolelir.”  Sekarang Arumi sedikit berbisik.  “Jadi, tolong ya sayang.  Tolong bangun demi mamah, papah, Viktor, Bianca, Ken, dan yang lain yang selalu bantu Dara.”

Lagi dan lagi selalu berakhir dengan isakan tangis Arumi. Bedanya kali ini, seolah mendengar cerita mamahnya,  air mata terus mengalir di pipi Dara.  Dengan sigap Arumi memencet tombol di atas ranjang Dara untuk memanggil dokter, karena ia yakin sekecil apapun kemajuannya Dara pasti membuka mata.  Dan air mata Dara telah membuktikan keyakinannya.

✈️✈️✈️

Tahun 2011 menjadi tahun yang sangat berat untuk Dara, keluarganya, serta sahabat dan teman-temannya.  Meski begitu mereka terus melangkah maju.

Banyak orang beranggapan, jangan ambil resiko jika hasilnya sudah pasti sesuai prediksi.  Namun pertanyaannya, apakah manusia itu Tuhan?

Prediksi memang mudah saja dilakukan.  Besok akan hujan karena itu bawalah payung.  Meski tingkat probabilitasnya mencapai 80% tapi ternyata hujan tak kunjung datang padahal telah sedia payung sebelum hujan.  Atau kadang kala kebalikannya. 

Hal ini membuktikan, prediksi tidaklah mutlak, sehingga eksekusi tetap menjadi misteri.  Namun jika prediksi kebetulan sesuai dengan hasil, maka anggaplah hal tersebut sebagai bonus yang Tuhan berikan untuk kita.

Hiduplah dengan penuh keyakinan dan harapan pada Pemilik Hidup kita.  Seberat apapun, sesulit apapun yang berhak dan memang harus kita lakukan hanyalah menghadapinya dengan ikhlas.  Karena hanya dengan begitu maka jalan yang kita kira buntu dan tak bercahaya, pada akhirnya akan memberi banyak lintasan dan sinar kemenangan. Dan kini Dara serta semua orang di sekelilingnya lah yang telah menjalani hal itu.


SEMANGAT :)







🔜🔜🔜🔜🔜





Lavv,
Nun
08/01/2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top