51

Haloooo siapa yang udah nunggu update-an BIRUNYA ANGKASA [Wanna Fly?] ?????

Semoga beneran ada yg nunggu wkwkwk GEER syekali yah saya 😂

Semoga suka yaaaa

SELAMAT MEMBACA 🎉🎉🎉🎉🎉


✈️✈️✈️✈️✈️



Setelah habis-habisan membujuk orang tuanya agar mengizinkan pergi ke Achernar, kini Dara dihadapkan pada orang-orang dari pasukan khusus yang sedang beradu argumen dihadapannya. Jujur saja menurut Dara masalah akan terselesaikan saat ada seseorang yang mau mengalah.

Ya, sudah sekitar lima belas menit Dara digantung keberangkatannya di lapang udara TNI AU.

Atasan Ken tidak setuju Dara yang pergi ke Achernar dengan alasan Dara adalah warga sipil yang harus dilindungi, bukan justru yang dikirim ke daerah berbahaya. Di sisi lain, rekan Ken telah meyakinkan bahwa Dara tak pergi sendirian dan akan mendapat perlindungan penuh dari tim Garda. Ditambah dengan surat izin yang telah Dara dapatkan dari Jendral Besar mengenai penerbangannya menggunakan Garuda Jet 011.

"Ada Kapten Arjuna yang bisa pergi kesana. Dan ada pilot lain yang bisa menjemput Kapten Keano dan Lettu Brian untuk menjadi co-pilot." Kukuh Kolonel Rudi yang tak lain atasan langsung tim Garda.

Bukan tanpa alasan, Rudi menentang karena ia yakin Ken- anak kesayangannya akan melakukan hal yang sama dengannya jika ia berada di sini saat ini.

Tim Garda tak ada lagi yang angkat bicara. Mereka terdiam karena tidak tahu harus berkata apa lagi untuk meyakinkan Kolonel Rudi. Pada awalnya, Ayunda, Bobi, dan Raka juga tak setuju dengan ide Dara. Namun setelah memikirkan kembali bahwa Cate yang mengetahui keberadaan persis Ken, dan Dara mengancam takkan memberitahu, maka mereka akhirnya setuju dan membantu Dara mendapat izin.

"Ya sudah." Setelah hening beberapa saat, Rudi mengerutkan keningnya seraya berkata, "jika benar-benar ingin pergi silahkan, dengan syarat Kapten Arjuna tetap pimpin penerbangan, sedangkan Kapten Megandara tetap ikut pergi sebagai co-pilot."

Ucapan Rudi langsung membuat sumringah Dara dan yang lainnya, namun tidak termasuk Arjuna yang sedari tadi memang sudah hadir memenuhi panggilan Rudi.

✈️✈️✈️

"Jadi Dara pergi lagi ke Achernar?!"

Kei sangat terkejut mendengar penuturan Viktor menyebabkan Kei hampir terjatuh dari kursinya. Viktor lagi-lagi hanya mengangguk.

"Aduhhh, tuh anak satu, masalah yang ini baru aja kelar sekarang malah bikin masalah lain. Terus orang tua kamu gimana? Ngizinin?" Kei penasaran, karena setahu dirinya Arumi dan Kenant takkan semudah itu mengizinkan.

"Awalnya sih nggak. Tapi karena kak Dara sepakat buat pindah ke apartemen yang dibeliin mamah deket kantornya, akhirnya mamah ngizinin. Kalo papah sih, tetep gak setuju." Terang Viktor menjawab rasa penasaran Kei.

Perlu diketahui jarak rumah Dara ke kantornya yang berada di kawasan sub-urban membuat Dara harus berangkat subuh pulang malam di tiap harinya. Arumi yang tak tega melihat anaknya kelelahan seperti itu, belum lagi jalanannya yang selalu macet, memutuskan untuk membelikan Dara satu unit apartemen yang terbilang cukup mewah yang tak begitu jauh dari kantornya.

Dara menolak pindah saat mengetahui Arumi membelikannya apartemen. Ia berdalih selama masih bisa pulang pergi kenapa tidak, terlebih ia tak ingin jauh dari orang tuanya. Sudah cukup ia tinggal berjauhan selama beberapa tahun ini dengan mamah dan papahnya. Meski kini akhirnya tak urung jua Dara menuruti perintah Arumi dengan syarat diizinkan terbang ke Achernar.

"Semoga Dara balik tanpa lecet sedikitpun, aamiin." Kei harap-harap cemas. Kini ia lebih mengkhawatirkan Dara dibanding adiknya sendiri. Ia percaya adiknya akan bisa melindungi dirinya sendiri.

"Trus mamah kak Kei gimana? Beneran udah gak berpihak lagi sama Nayla 'kan?" Giliran Viktor yang bertanya.

"Iyah, marah banget mamah sama aku gara-gara sembunyiin ini. Yaa tapi untungnya sekarang udah tau 'kan aslinya Nayla kaya gimana, jadi otomatis gak setuju. Thanks juga Vik udah mau kasih tau."

"Aku lakuin ini cuma buat kak Dara, kasian lama-lama kalo hubungannya sama kak Ken kehalang terus."

Viktor sebelumnya sudah membeberkan ulah Nayla yang belum diketahui keluarga Thomas. Mereka tidak tahu ternyata Nayla seorang pecandu kelab malam. Mereka juga tak tahu Nayla yang sering berlaku kasar, meski sebenarnya tak sekasar Chelsea. Ia berharap dengan begitu Saras dan Thomas bisa lebih membuka hati untuk Dara. Jangan salah paham, Viktor melakukan ini benar-benar demi kebaikan Dara.

Walau Viktor juga berharap keluarga Ken memutuskan hubungan mereka, Nayla dengan Ken, melalui cara yang baik-baik. Karena tak dapat dipungkiri, sebagian hatinya masih memendam rasa pada perempuan bernama Nayla itu. Tak tega rasanya jika nanti ia melihat Nayla sakit hati dan melampiaskannya lebih lagi pada hal-hal yang tidak baik.

✈️✈️✈

Pukul 12.00 WIB

Kokpit Garuda Jet 011

"Senang bisa terbang dengan Kapten Arjuna." Ujar Dara dengan senyum cantiknya yang merekah.

Namun senyuman Dara tak disambut baik Arjuna yang kini sedang membaca prosedur penyalaan mesin pesawat, dan terciptalah kecanggungan yang hakiki di antara kedua penghuni kokpit itu. Dara yang seperti sudah diketahui super sangat membenci keheningan, tak dapat membiarkan dirinya dibalut kecanggungan.

"Kapten alumni akademi militer?" Dara memulai percakapan sembari mengecek kesiapan flight planner-nya.

"..." Tak ada jawaban.

"Berarti awal terbang sudah pakai pesawat tempur?"

"..." Lagi. Tak ada jawaban.

"Kapten angkatan berapa kalau boleh saya tau?"

Sifat Dara yang tak mudah menyerah untuk memecah suasana yang membeku terlihat begitu kentara. Namun sifat Arjuna yang kaku, dingin, dan cuek terhadap sekitar apalagi Dara yang tak kasat mata baginya, juga sama-sama terlihat begitu jelas.

Sialan! Belagu amat sih ni orang. Umpat Dara dibarengi dengan helaan nafasnya.

"Turn on battery." Arjuna mulai menjalankan prosedur penyalaan mesin pesawat.

Dara yang masih dipenuhi kegeramannya kini hanya mengikuti perintah sang kapten tanpa ia lupa untuk mencatatnya.

"Turn on fuel pumps."

Dara mencentangnya pada flight planner.

"GPS on." Dara mendahului kaptennya.

Belum tau dia siapa yang lebih ngerti pesawat satu ini.

Setelah beberapa kali Dara mendahului perintah Arjuna, kini Arjuna sedang memasukkan kode bandara, gateway, rute destinasi, flight number, hingga jumlah bahan bakar serta kondisi terkini dari pesawat pada sistem menggunakan flight management computer-nya.

Tapi mesti diingat, Arjuna sama sekali tak terpengaruh dengan sikap Dara. Merasa dirinya kalah dalam perang dingin ini, Dara pun menyibukkan diri dengan catatannya. Ya, karena memang begitulah job desk seorang co-pilot.

Input data selesai, kini waktunya Arjuna mengontak ATC. Jeda waktunya memang cukup lama dari mulai penyalaan mesin hingga mereka dapat mulai mengontak ATC ini. Begitulah SOP-nya, setelah selesai dengan persiapan mesin dan kawan-kawannya dari burung besi terbang besutan PT. DI, barulah pilot dapat berkontak dengan controller untuk take off. Beruntungnya mereka karena sistem pada Garuda Jet 011 telah diperbaharui dengan berbagai komponen canggih nan otomatis sehingga lebih mengefisienkan waktu mereka untuk persiapan mesin kapal terbang.

"Roger! Runway 3-3 left." Arjuna mengulang ucapan seorang controller di ATC.

"Ready to take off."

Arjuna menghitung mundur, sedangkan Dara terus fokus memerhatikan GPS dan juga monitor cuaca yang berada tepat didepannya. Dan penerbangan pun dimulai. Para penumpang yang tak lain adalah Ayu, Bobi, dan Raka cukup puas dengan proses lepas landas yang begitu mulus. Mereka tak heran jika Arjuna diberi titel salah satu kapten pilot terbaik di satuannya.

Perlahan Arjuna mengulur gear stick setelah pesawat telah terbang dengan stabil. Lalu ia segera mengaktifkan fitur automatic pilot.

Dara yang melihat betapa angkuhnya lelaki yang sedang duduk santai disampingnya ini mengakibatkan mulut Dara gatal untuk berkomentar.

"Arogan." Desis Dara tajam lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela. Meski Dara mengakui lelaki ini cukup handal.

Arjuna yang mendengar kata 'arogan' keluar dari mulut Dara, kini beralih menatap Dara tajam. Merasa ditatap, Dara justru menatap balik Arjuna dengan sebal.

"Apa?!" Sewot Dara melihat tatapan Arjuna.

"Nggak berterima kasih banget udah gue bantu."

Gue?

Dara memutar bola matanya, tak menyangka ia bisa bertemu rekan yang tidak profesional seperti Arjuna.

"Apa kita cukup dekat untuk menggunakan lo-gue satu sama lain?" Dara berdecak.

"Apa gue cukup deket sama lo sampe gue ngerasa kasian dan bantuin lo, tapi ternyata lonya gak tau terima kasih?" Balas Arjuna tak kalah ketus hingga membuat dengusan Dara semakin kencang.

"Gue gak perlu dikasihani." Dara semakin kesal mendengar ucapan Arjuna yang menurutnya cukup nyinyir seperti ibu-ibu rempong.

Kini Dara hanya bisa pasrah, selama perjalanan ia yakin akan terus seperti ini. Dan ini membuat Dara kesal setengah mati.

Tahan Dara... Tahan. Bentar lagi nyampe. Batinnya menenangkan meski penerbangan mereka bahkan belum mencapai setengah jalan.

✈️✈️✈️

Ken begitu senang saat mendapat sebuah email yang menyatakan ada pesawat yang akan menjeput dia dan Ziko ke Achernar beberapa jam yang lalu. Sayangnya ia tak tahu jika yang mengemudikan pesawat itu adalah Dara. Setelah emailnya dipulihkan karena ponselnya yang dirusak Derren kini Ken dapat mengaksesnya kembali. Nama Dara mendominasi kotak masuk email Ken, yang kini sudah Ken baca seluruhnya. Ia dapat membayangkan betapa cemasnya Dara dari tulisan yang dikirimnya.
Rasa sesal pun kini Ken rasakan. Untuk kesekian kalinya ia membuat perempuan yang kini mengisi hatinya itu khawatir bukan main karena dirinya.

Ziko yang sedari tadi hanya asik dengan camilannya pun saat ini telah fokus pada Ken yang melamun sambil memandangi sebuah bagan di depannya.

"Kenapa? Gak yakin sama rencana kita?" Ziko ikut-ikutan menatap bagan rencana yang telah dibuatnya bersama Ken dan Caterine hingga pagi tadi.

"Bukan. Bukan itu." Elak Ken yang kini mendaratkan tubuhnya di sofa.

"Terus kenapa?"

"Gue ngerasa bersalah." Ucap Ken sendu.

"Ke siapa?"

"Keluarga gue bang." Ken mengusap wajahnya kasar. "Sama Dara juga."

Ziko tak merespon. Ia sudah tahu persis jika Ken sedang dalam mood seperti sekarang, lebih baik ia menjadi pendengar setia Ken.

"Kalo gue bukan prajurit yang selalu pergi ke tempat berbahaya, orang tua gue, kak Kei, dan Dara gak akan ngerasa khawatir 'kan bang?"

Pertanyaan Ken kali ini cukup membuat Ziko memutar otaknya. Ia harus berpihak pada sahabatnya tentu saja, tapi dengan catatan tidak menghilangkan fakta dan juga kejujuran pendapatnya.

"Bagian lo bikin khawatir mereka, gue akuin itu bener. Siapa juga yang gak khawatir kalo orang yang mereka sayang nantang maut kaya elo. Keluarga gue juga gitu kok. Dan kalo gak khawatir artinya mereka gak peduli sama lo. Emang lo mau gak dipeduliin?"

Mendengar ucapan Ziko- Ken sedikit tercengang. Tak biasanya Ziko bereaksi semanis dan sebijak ini. Yup, menurut Ken sikap Ziko kali ini cukup manis dibandingkan yang biasanya. Maklum, pada perempuan seperti Dara saja Ziko selalu bersikap menyebalkan, apalagi dengan sesama lelaki.

"Tapi yang harus lo inget Ken, selama apa yang lo lakuin sesuai sama keinginan hati lo dan selama itu positif, nggak ada salahnya. Bahkan menurut gue lo mesti diapresiasi."

Ken tertawa hambar. "Tumben lo muji gue bang."

"Gue nggak muji, cuma ngutarain pendapat sesuai fakta yang gue liat." Ziko menepuk bahu Ken seolah menyalurkan energi positif pada rekan kerja sekaligus sahabatnya yang sudah ia anggap adiknya sendiri.

Ken tersenyum melihat tingkah lebay Ziko yang anehnya tak Ken protes habis-habisan seperti biasanya. Mungkin karena hari ini Ken benar-benar butuh dukungan semacam ini. Jadi lebih baik disyukuri saja kebaikan yang baru saja Ziko lakukan padanya.

Namun semua pemikiran itu tak bertahan lama karena setelah beberapa saat, Ziko tiba-tiba kembali bicara.

"Tapi buat bagian lo lepasin AeroWings gitu aja, gue masih gak paham, dan bakalan terus gak paham sama pola pikir lo. Mana ada orang yang kagak butuh duit di jaman sekarang. Muna lo!"

✈️✈️✈️

Seseorang mengetuk pintu sekat untuk masuk bagian kokpit. Dara dengan sigap membuka headphone-nya dan segera membuka pintu untuk melihat siapa yang mengetuk. Ternyata Ayunda yang tengah berdiri dengan sebuah nampan tempat ia menyimpan dua cup kopi yang wanginya langsung menyeruak.

"Wah, ada kopi!" Dara berseru sambil melirik Arjuna.

"Tapi boleh gak sih mbak minum kopi?" Tanya Ayunda ragu.

"Boleh kok." Dara berbisik.

"Kapten Arjuna, kopi?" Tawar Ayu dengan senyum manisnya.

"Nggak akan mau dia Ay. Sini buat aku aja dua-duanya."

Melihat raut wajah Arjuna yang tak bersahabat membuat Ayu sudah dapat membayangkan betapa canggung dan risihnya mereka berdua di ruang kokpit yang sempit ini. Ayunda yang merasa kasihan pada Dara, hanya dapat menatap Dara dengan tatapan melownya.

Sadar ditatap Ayunda dengan tatapan tersebut, Dara segera mengedipkan sebelah matanya kemudian mengisyaratkan pada Ayunda untuk segera kembali. Ditambah lagi dengan pesawat yang sebentar lagi akan segera mendarat mengharuskan para penumpang siap di tempat duduknya dengan seatbelt yang terpasang rapih.

"Bentar lagi landing."

Ayunda kembali ke kabin penumpang.

Berhubung penerbangannya akan segera selesai, Dara menghabiskan kopi di-cup pertama. Dan saat ia hendak menenggak cup kopi yang kedua tangannya kalah cepat dengan Arjuna yang kini sudah mengabiskan kopinya tanpa tersisa setetes pun.

Melihat kelakuan Arjuna mengingatkannya pada tingkah adiknya, siapa lagi kalau bukan Viktor. Suka marah dan bersikap sombong, padahal hatinya sebaliknya dan justru kekanak-kanakan. Dan ingatannya itu refleks membuat Dara terkekeh hingga membuat Arjuna sedikit curi-curi pandang. Namun tak disangka kekehan Dara itu memberi efek yang cukup besar hingga mampu membuat sudut bibir Arjuna terangkat meski hanya sekejap.

Baru tersadar dirinya hampir tersenyum lebar, Arjuna pun berdehem untuk menghilangkannya, mencoba mendatarkan kembali ekspresi wajahnya. Ia segera menghubungi pihak ATC setempat yang untungnya masih menyambut baik kedatangan mereka.

"Captain pilot Dwiki Arjuna Garuda 011 JKT 20 11." Ucap Arjuna dengan lancar. "Coordinate S06° 17'05 00" E106° 53' 1100", ask for landing." Imbuhnya kemudian, menjawab pertanyaan controller.

Ditempat duduknya Dara pun kembali fokus dan bersyukur akan segera sampai.

✈️✈️✈️

Berlari secepat mungkin, itu yang sedang dilakukan Ken dan Ziko begitu sampai di bandara. Mereka tak mengetahui ternyata pesawat yang menjemput mereka sudah tiba sejak satu jam yang lalu. Caterine juga terpaksa ikut berlari mengekori dua lelaki yang langkahnya besar-besar itu. Hingga mereka sampai di apron dan bertemu dengan wajah-wajah yang tak asing.

Mulanya Ken tersenyum simpul melihat rekan-rekannya, hingga keberadaan Dara tertangkap oleh matanya, ekspresi Ken berubah muram. Dara yang menyadari perubahan ekspresi Ken segera menghampirinya.

"Ken.."

Ken malah memalingkan wajahnya.

Kecewa? Tentu. Jauh-jauh Dara datang kemari dengan penuh perjuangan tetapi Ken ak menyambutnya.

"Kok kamu gitu sih Ken?"
Ken tampak tak bergeming.

"Sama-sama gak tau terima kasih." Celetuk seseorang yang kini mendekat ke arah Dara.

"Apaan sih lo? Ikut nimbrung aja." Dara mengerlingkan matanya dan kembali fokus pada Ken.

Mendengar suara seorang pria mendekat, Ken mencari sumber suara. Penampakan Arjuna dengan mimik muka menyebalkannya mengaktifkan mode kewaspadaan Ken.

"Elo sama cowok lo sama-sama gak tau terima kasih." Arjuna menekankan kalimatnya. "Yang satu gak bersyukur udah gue bantuin. Yang satunya lagi gak bersyukur udah dijemput dari negara penuh kehororan ini." Imbuh Arjuna dengan merdu sembari memandang jauh landasan pacu yang terbilang cukup luas milik Achernar.

Dengan kompak, Dara dan Ken melipat kedua tangannya dan menatap Arjuna tajam.

Dara pun hendak mengucapkan sumpah serapahnya pada Arjuna, tapi sebelum itu terjadi Ayu sudah melerai Dara.

"Mbak, kita gak punya banyak waktu, urusan sama pacar mbaknya ditunda dulu ya." Ayu memberi isyarat pada semuanya untuk segera boarding.

Bagusnya Dara masih mengingat Caterine. Kini ia pun beralih pada Cate dan mengucapkan terima kasih. Jika saja bukan karena bantuan Cate, mereka takkan dapat bergerak hingga saat ini.

"Nggak usah lebay, cepet pulang sebelum diserang antek-antek ayah aku." Cate berniat bercanda namun ditanggapi berbeda oleh Dara.

"Thanks a lot Cate." Sekali lagi Dara mengucapkan terima kasih sambil memeluk Cate singkat. "Dan maaf." Ujar Dara merasa bersalah karena membuat Cate melawan ayahnya lebih jauh. Dara tahu persis seperti apa rasanya, dan percayalah itu tak mengenakan.

Mereka pun pergi meninggalkan Cate yang sebelumnya telah ditawari untuk kembali ke Indonesia, namun menolak. Ia meyakinkan Dara dan yang lain jika dirinya hanya dapat membantu jika ia berada di Achernar, dan sebagai gantinya Cate berjanji akan kembali jika urusannya telah selesai.







🔜🔜🔜🔜🔜






Ditunggu apdetan selanjutnya yaaa readers 😘



Lavv,
Nun
06/01/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top