46

✈✈✈



Berseragam khusus pilot jet membuat Dara terlihat gagah namun tetap cantik dengan gelungan rambutnya. Hari ini ia akan menguji kelayakan Garuda Jet 011. Meski pada awalnya Dara menolak untuk melakukannya, tapi setelah berkomunikasi secara langsung dengan para teknisi dan meyakinkan bahwa pekerjaan yang terkesan terburu-buru ini takkan menimbulkan risiko yang berarti, pada akhirnya Dara bersedia untuk segera menyelesaikan proyek Garuda Jet 011.

Dara juga diberi tahu jika pesawat tersebut akan dipakai oleh tim pasukan khusus dalam misi mereka mengawal presiden. Saat mendengar pasukan Garda yang akan menerbangkannya, secara otomatis Dara jadi semakin memerhatikan perkembangan Garuda Jet 011.

"Siap terbang, Capt?" Wulan menghampiri Dara yang sedang bersiap.

Dara hanya mengulum senyumnya, menahan tawa karena ekspresi Wulan yang menurut Dara berlebihan.

"Kenapa, Bu? Berasa mau mati muda aku diliatin kaya gitu." Canda Dara yang langsung dipelototi Wulan. "Aw!" Ringis Dara karena pukulan Wulan.

"Sakit? Makanya kalo ngomong jangan sembarangan!" Cibir Wulan kesal.

Namun Dara hanya terkekeh pelan melihat Wulan yang begitu khawatir akan keselamatan dirinya.

Waktu menunggupun telah habis. Kini saatnya Dara masuk ke dalam pesawat untuk menyalakan mesin. Tapi ketika hendak memasuki kabin, tiba-tiba Dara melihat sosok lelaki yang sudah dua hari ini tak dapat ia hubungi. Siapa lagi kalau bukan Keano. Semenjak pertemuan tak disengajanya dengan Saras dan Nayla, Dara mencoba menghubungi Ken terus menerus, tapi tak ada hasil karena nada sambung menunjukkan ponsel Ken dalam keadaan mati.

"Capt, bisa kita masuk?" Tanya co-pilot yang akan mendampingi Dara.

Menyadari dirinya menghalangi jalan, Dara segera menyingkir dan melangkahkan kakinya.

⏭️⏭️⏭️

"Garuda Jet 011, ready for take off."

"Roger! Garuda Jet 011, ready for take off."

"Counting. Five,"

"Four."

"Three."

"Two."

"One."

"Take off success," ucap Dara lewat radio dengan sumringah.

"Roger! Have a nice flight, Capt!"

First officer yang ada di samping Dara juga tersenyum lega. Uji coba ketiga dan terakhir ini dapat berjalan lancar. Harap-harap cemas kelancaran ini dapat bertahan hingga akhir proses uji kelayakan ini.

Sementara itu ...

Dari lapangan lepas landas, Ken beserta timnya melihat proses uji coba Garuda Jet 011 ini dengan bangga. Mereka akhirnya bisa menggunakan angkutan udara yang merupakan karya anak bangsa. Meskipun masih dengan bantuan asing, namun hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat terhindarkan. Yang pasti, kini pesawat yang akan mereka gunakan adalah pesawat yang 80% pengerjaannya dilakukan tangan-tangan Bangsa Indonesia.

Meski rasa bangga tersebut juga dapat Ken rasakan. Tetapi perasaan cemas akan keselamatan Dara kini lebih mendominasi. Pasalnya ia tahu semenjak tragedi yang menimpa Dean hingga mengakibatkannya meninggal, Dara mengalami trauma yang cukup serius. Menerbangkan kembali pesawat takkan semudah itu, apalagi kini Dara memegang tanggung jawab sebagai test pilot yang sudah pasti risiko kesalahan teknis dan human error-nya lebih besar dengan pesawat yang sudah diuji kelayakannya.

"Kapten," Ayu sudah berdiri di samping Ken.

"Kenapa, Yu? Ada masalah?" Tanya Ken dengan mimik wajah cemas.

"Nggak ada, kok. Tenang aja, uji cobanya pasti lancar dan berhasil," ujar Ayu menenangkan.

Mendengar penuturan Ayu sedikit mengurangi kekhawatiran Ken. Ayu yang mengetahui Ken sedang resah pun hanya dapat menepuk bahu kaptennya pelan.

"Semangat, Bang. Dara itu pilot profesional." Ayu menyerahkan sebuah laporan. "Dia sempet nolak buat lakuin uji coba ini karena gak sesuai dengan rencana awal. Tapi setelah dia mastiin semuanya baik-baik aja, dia akhirnya mau. Apalagi setelah tau pesawatnya bakalan dipake sama kita."

Ken membaca laporan itu dengan seksama. Ken melihat catatan yang Dara tulis sendiri. Dari mulai mesin, kabin, dan kenyamanan di dalam kabin serta kokpit, Dara periksa satu persatu dengan detil. Catatan yang menyatakan kekurangan dan kelebihan juga tertulis pada salinan laporan yang Dara buat. Hingga sampai pada halaman terakhir, Ken melihat sebuah kalimat tertulis di bawahnya.

Teruntuk calon penumpang Garuda Jet 011,

Pesawat akan kami pastikan aman dan nyaman, sebagai gantinya, berjanjilah kalian akan kembali dengan aman :)

Meskipun tulisan ini terlihat umum dan tidak tertuju pada seseorang yang lebih spesifik, namun Ken yakin sebenarnya tulisan ini dibuat untuk dirinya. Dengan senyum yang hampir tak terlihat itu, kini Ken mencoba menahan kesedihannya.

"Maafin aku, Ra."

🛫🛫🛫

Kehebohan kini sedang terjadi di hampir seluruh media berita, baik televisi, radio, koran, majalah, hingga berita online. Seluruh Indonesia sepertinya sudah mengetahui bahwa ahli waris dua perusahaan besar di Indonesia membatalkan pertunangan mereka.

Nama Keano Alexander kini sudah seperti nama seorang selebritas yang terpampang dengan mudahnya di mana-mana. Begitupun nama Nayla- mantan tunangannya, kini keduanya menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Meski hanya foto Nayla yang terpampang di media massa, namun bukan berarti Ken tak jadi incaran para wartawan. Justru kini Ken seperti sosok misterius yang menarik untuk digali lebih dalam siapa dia sebenarnya. Rasa penasaran orang-orang mendorong jiwa pantang menyerah para jurnalis untuk mengetahui wajah asli dari seorang Keano Alexander.

Di meja kerjanya, Keandra sedang memutar otaknya untuk menghentikan seluruh pemberitaan ini.

"Mana orang humas?!" Kei berteriak sambil melempar koran yang baru sesaat dibacanya.

"Ma- maaf, Bu."

"Suruh semua orang IT menghapus data apapun yang menyangkut Ken. Dan jangan sampai foto Ken muncul di media. Cari juga hacker terbaik yang ada di Indonesia. Saya mau semua berita ini hilang dari media paling lambat sore ini. Paham?!"

"Baik, Bu."

Meskipun Kei mencoba sebaik mungkin untuk meredakan amarahnya, tapi tetap saja, ia bukan seorang aktris yang pandai bersandiwara.

Dengan wajah yang masih terlihat merah, Kei memanggil ponsel adiknya. Berharap adiknya sudah dapat dihubungi. Namun sayang, yang terdengar hanyalah suara wanita dari provider kartu simnya.

"Ken!!!" Kei mengacak rambutnya frustasi.

🛫🛫🛫

"Ken, jawab, dong! Sebenernya ada apa sih ini?" Ziko yang sedari tadi tak mendapat jawaban terus mengikuti ke mana Ken pergi.

"Apanya yang ada apa, Bang?"

Wajah polos Ken yang tak menghiraukan kekacauan yang sedang terjadi pun benar-benar membuat Ziko geram.

"Ken, kalo identitas lo sampe kebongkar gimana?!"

"Gak masalah, Bang."

"Aaarrrggghhh! Ken!" Ziko sudah kesal setengah mati.

"Udah, Bang. Gak usah dibahas lagi. Kita berangkat dua jam lagi."

Dengan wajah tanpa dosanya, Ken meninggalkan Ziko di ruangannya dengan ribuan pertanyaan yang menerpa otaknya. Rasa khawatir tak dapat terelakkan oleh Ziko. Ia cemas jika pada akhirnya Ken yang menjadi sasaran. Jika benar identitas Ken terbongkar dan akhirnya dimuat di media massa, maka bukan hanya perusahaan keluarganya yang harus survive dengan segala tekanan dari investor, melainkan karir Ken di militer juga dapat terancam.

Hingga Ayu menghampiri Ziko dengan senyuman manisnya. Perempuan yang sudah bagai adik untuk Ziko dan Ken itu kini mendekat dan mengajak Ziko duduk di kursi tamu.

"Bang," panggil Ayu.

"Apa?" Sahut Ziko yang masih kesal.

"Jangan khawatir." Ayu menyerahkan sebotol air mineral.

"Gimana gak khawatir coba? Kita gak ada waktu lagi untuk ngurusin urusan kita di sini, Ay."

Ayu hanya meminta Ziko untuk meminum airnya. Dengan sabar ia menceritakan semua yang ingin Ziko dengar dari Ken. Cerita yang Ziko tak dapat penuhi penggalannya. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang membuat Ziko frustasi.

Flashback On.

Markas Pasukan Khusus
8.45 pm

Ken terlihat marah saat keluar dari gedung dan melihat Nayla yang memboyong truk makanan ke halaman kantornya. Bukan tanpa alasan ia marah. Ken benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya Nayla melakukan pesta perpisahan di depan kantornya. Akibat pesta itu, Nayla menempatkan Ken pada posisi yang sulit. Ia ditegur oleh atasannya, dan kini seantero markas sedang sibuk menggosipkan "tunangan Ken".

"Apa maksudnya ini?" Tanya Ken berusaha menahan amarahnya.

"Kak, seneng gak aku bawain food truck? 'Kan sekalian kenalan juga sama rekan kantor Kakak. Terus, biar aku bisa nitipin kakak juga ke mereka," ujar Nayla dengan senyum bahagianya.

Ken yang melihat ekspresi Nayla justru semakin geram dan membawanya menjauh dari keramaian.

"Denger baik-baik, Nay! Sejak awal, pertunangan kita adalah kesepakatan bisnis, gak lebih. Jadi gak usah berharap lebih juga. Aku gak cinta sama kamu, dan gak ada niatan sedikitpun untuk bisa nikah sama kamu."

"Kak, kok kamu teg-" Nayla berkaca-kaca.

"Aku belum selesai!" Ken sedikit membentak. "Maaf Nayla, pertunangan kita aku batalin." Kemudian Ken berlalu.

Nayla yang kini emosinya bercampur antara patah hati, marah, dan merasa disepelekan, mencoba mengejar Ken. Dicekalnya lengan Ken dengan kuat.

"Kakak lakuin ini karena Dara, 'kan?" Tanya Nayla di sela isakannya. "Liat aja Kak, ini gak seberapa, aku bakalan buat Dara lebih sakit dari apa yang Kakak perbuat ke aku!"

"Silakan, nggak ada yang ngelarang." Ken menepis tangan Nayla. "Tapi sebelum itu terjadi, kamu akan lebih dulu berhadapan sama aku."

"Oh, ya? Kita liat aja nanti, siapa yang akan menderita!!!"

Tanpa menghiraukan lagi teriakan Nayla, Ken berjalan menjauh tanpa ragu. Baik disadari atau tidak, banyak pasang mata yang melihat pertengkaran dua pewaris perusahaan besar itu.

✈️✈️✈️

Sesampainya di ruangan, Ken langsung menuju ke meja Ayunda.

"Ayu, bisa kita bicara sebentar?"

Ayu hanya mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Ken menuju balkon. Ken menghela nafas panjang. Ayu yang sudah mengetahui apa yang terjadi di halaman tadi pun hanya dapat menunggu kaptennya memulai pembicaraan.

"Bisa kamu bantu saya amankan identitas?"

"Maksud Kapten?"

Ken mengungkapkan keinginannya untuk membuat berita besar di media massa mengenai batalnya pertunangan antara Ken dengan Nayla. Ia ingin yang ada di media nanti, alasan batalnya pertunangan mereka disebabkan oleh tidak adanya kecocokan dan rasa cinta diantara mereka. Bukan karena adanya pihak ketiga. Ken yakin jika berita ini disebar terlebih dulu oleh Nayla, maka Dara lah yang akan dipojokkan di situasi saat ini.

"Jadi yang harus disembunyiin bukan cuma informasi pribadi Kapten, tapi juga mbak Dara?" Ayu mengulang pernyataan Ken.

Ken mengangguk yakin. Agak sulit memang apa yang diminta Ken ini, tetapi ia yakin Ayu dapat melakukannya.

"Oke deh," Ayu menegakkan tubuhnya. "Dengan syarat, traktir aku makan pizza nanti di Achernar."

Ken mengedipkan sebelah matanya. Tanda deal dengan kesepakatan mereka. Mungkin memang sederhana permintaan Ayu tersebut, namun jika mengingat bahwa Ayu memintanya saat nanti di Achernar, sepertinya akan cukup sulit.

Biarlah dengan permintaan Ayu itu, ia pasti akan usahakan. Yang penting, ia ingin membuktikan pada Dara, bahwa ia serius dengan cintanya. Tak peduli seberapa banyak rintangan yang menghadang, lebih banyak pula Ken akan mengusahakan.

Flashback Off.

✈️✈️✈️

Dara berlari dengan nafas terengah menuju ke lapangan udara Markas Pasukan Khusus. Setelah mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, kini kakinya yang ia pacu untuk sampai tepat waktu. Usaha Dara pun tak sia-sia, kini ia sudah ada di hadapan tim Garda yang tengah diberi arahan dan akan segera terbang.

"Keano!!" Panggil Dara masih menormalkan ritme nafasnya.

Sontak semua orang langsung tertuju pada sumber suara. Yang dipanggil pun segera menoleh, dan ketika menyadari bahwa yang memanggilnya adalah Dara- Ken bergegas menghampirinya.

Sembari menyodorkan sebotol air mineral yang sudah Ken buka, ia membawa Dara menepi dan duduk di kursi tunggu yang tersedia di sana.

"Ken," Dara menarik nafas panjang.

"Nafas dulu Ra." Ucap Ken.

"Ini udah, tapi ngos-ngosan tau! Aku lari-lari. Aku kira kamu udah pergi. Aku takut kamu udah pergi," Dara berhenti berceloteh.

"Ra.."

"Apa?" Dara masih sewot dengan mata yang hampir berkaca-kaca.

"Boleh aku peluk kamu?" Ken menatap tepat di manik mata Dara.

"Untung hari ini kamu mau pergi jauh. Sini!" Dara merentangkan tangannya.

Tak membiarkan Dara merentangkan tangannya hingga pegal, Ken langsung menghambur memeluk Dara. Namun pelukan itu hanya sesaat, karena Rudi- Kolonel di satuan Ken menghampiri mereka berdua.

"Megandara?" Tanya Kolonel.

Dara menyambut Kolonel dengan berdiri sambil mengusap air matanya.

"Iyah, saya Megandara."

"Perkenalkan saya Kolonel Rudi."

Uluran tangan Rudi dengan cepat Dara jabat.

"Terima kasih telah memastikan Garuda Jet 011 aman kami pakai."

Senyum ramah Rudi begitu berbeda dengan tampilan gagahnya yang dibalut seragam dinas. Jika dilihat secara sekilas, Dara mengira sosok Rudi adalah atasan yang garang dan menakutkan. Tapi ternyata dugaannya salah.

"Bersedia berkenalan dengan pilot terbaik dari TNI?"

Tanpa pikir panjang tawaran Rudi langsung Dara iyahkan. Ia tak ingin menyiakan kesempatan yang takkan datang dua kali ini. Sempat melihat persetujuan Ken, dan Dara tersenyum lebar kala Ken mengangguk dan ikit mengantarkan Dara menghampiri salah satu pilot terbaik TNI itu.

"Kapten Juna." Panggil Rudi. "Perkenalkan, ini kapten pilot Megandara. Dan ini kapten pilot Dwiki Arjuna."

"Arjuna,"

"Dara,"

"Keano."

"Ini dia test pilot perempuan Garuda Jet 011 dari PT. DI."

"Oh, ini pilot perempuan yang banyak dibicarakan orang itu." Ucap Arjuna yang sedikit membuat Dara bingung dengan maknanya.

Dia tuh muji atau ngeledek sih sebenernya? Gerutu batin Dara.

Ada suara nada dering yang terdengar, dan ternyata itu milik Rudi. Ia pun pamit untuk mengangkat teleponnya.

"Senang bertemu kapten Arjuna." Basa basi Dara.

"Maaf, saya harus bersiap. Dan bukannya kapten Keano juga harus bersiap yah?" Arjuna menatap Ken dengan sarkastik.

Ken hanya mengangguk dan mempersilahkan Arjuna pergi lebih dulu. Ia ingin berpamitan dengan benar pada Dara.

"Aku akan kangen kamu Ra," bisik Ken di telinga Dara.

Bisikan itu dengan otomatis membuat jantung Dara berdetak lebih cepat, hingga pada akhirnya darah pun mengalir lebih deras hingga ke pipi Dara yang kini begitu merona.

"Jaga diri kamu baik-baik." Ucap Dara saat Ken sudah melangkah. "Pulang badan kamu harus tetap utuh dan bernyawa! Oke?!"

Ken berbalik, tersenyum.

Entah kapan Dara dapat melihat senyum mempesona itu lagi. Entah kapan Dara dapat melihat wajah tampan itu lagi. Entah kapan Dara dapat melihat sosok gagah itu lagi. Hanya waktu dan penantianlah yang dapat membawanya kembali melihat sosok lelaki yang teramat Dara cintai. Semoga hati mereka akan selalu terikat benang kuat yang tak berwujud, meski jarak dan waktu memisahkan mereka.

🔜🔜🔜🔜🔜







Haloooo
Masih pada bangun? Kuy baca, dan vomment Birunya Angkasa !!!

Lavv,
Nun
10/10/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top