39



Angin dingin berembus kencang seolah hendak menyapu kesedihan Dara. Masih mengenakan pakaian berkabung, Dara memilih untuk pergi sendirian ke pinggiran sungai hanya untuk menyejukkan hatinya, hingga ia sempat adu mulut dengan Meri yang khawatir akan kondisi Dara yang sejak kemarin Meri temui benar-benar tidak baik. Namun akhirnya Dara berhasil meyakinkan Meri dan berjanji akan pulang sebelum hari berubah gelap.

Dara berdiri dengan tangannya yang menopang ke pagar pembatas besi di sisi sungai. Seolah menanggalkan juga bebannya di sana. Entah sejak kapan Dara menyukai angin yang kencang seperti ini karena hanya satu yang ia harapkan, semoga kesedihannya akan tersapu dan berlalu dengan cepat seiring dengan angin yang berembus kencang.

Seperti ingin menerawang masa depan, mata Dara menatap lurus ke depan. Rasanya ingin ia memohon pada Tuhan agar ia dapat diberi bocoran atas apa yang akan terjadi hari esok. Tapi apa boleh buat, masa depan tetaplah misteri yang takkan terlihat dengan pasti. Prediksi-prediksi manusia boleh saja dibuat, tapi penentu dan pengatur segala, ya, tetap yang Maha Kuasa sehingga ending-nya manusia takkan pernah mengetahui pasti.

Seperti hari ini, Dara tiba-tiba merasakan sedih yang mendalam karena kepergian Dean yang tiba-tiba. Lebih menyakitkan lagi kecelakaan yang menimpa Dean terjadi saat Dean melatihnya. Semua orang merasa bersalah karena mereka tak menyadari adanya masalah dengan jet yang dipakai Dean termasuk kapten mereka, tapi sebenarnya yang paling merasa bersalah di sini tak lain dan tak bukan adalah Dara. Segalanya seolah bermula dari dirinya. Kini yang Dara rasakan seperti banyak jarum di sekeliling tubuhnya yang memojokkan dirinya, yang siap menusuk Dara kapan pun saat Dara lengah dan salah langkah.

Hingga akhirnya, lagi dan lagi Dara menundukkan kepalanya lalu menitihkan air matanya di balik tangannya yang ia lipat di atas pagar pembatas.

"It's so windy, right?"

Seorang pria bertanya pada Dara, dan yang ditanya pun hanya mengangguk tanpa mengangkat kepalanya karena masih ingin menumpahkan segala keluh kesahnya dan melepaskan kesedihannya dengan menangis.

"Are you crying?" Melihat bahu Dara yang naik turun. "Because of the wind?"

Lagi, pria itu bertanya dan hanya Dara angguki.

"You should wear eyeglasses."

Dara tak menanggapi, hanya sesenggukannya yang terdengar, dan bahunya yang bergetar karena menangis yang terlihat.

"Do you need handkerchief? I have one, you may use it."

Pria itu menyodorkan sapu tangannya. Tapi tak ada lagi tanggapan dari Dara.

Hingga tiba-tiba, lelaki itu memilih untuk membuka mantelnya dan menyampirkannya di tubuh Dara dengan sigap.

"Rese banget sih nih orang," desis Dara di balik tangannya yang terlipat. "I don't need your-"

Kalimat yang hendak diucapkan Dara seketika tercekat bersamaan dengan ia mengangkat kepalanya.

"Hai, Ra, apa kabar?"

Dara masih belum kembali dari pikirannya yang berkelana.

"Di sini dingin, kenapa nggak pulang?" Tanyanya sembari membenarkan mantel yang kini tersampir di kedua bahu Dara.

Air mata Dara malah mengalir lebih deras.

"Mau pinjam bahu aku? Nih." Ia menepuk bahu kanannya.

Mendengar penawaran itu, Dara malah semakin menangis tersedu sambil kembali tertunduk dan bergumam.

"Ken.." di sela isak tangisnya.

Ya, ternyata pria rese itu adalah Ken yang entah dari mana ia tahu di mana keberadaan Dara. Mari kita katakan itu sebagai firasat.

Ken tak dapat menahannya lagi, melihat perempuan yang ia sayangi sedang bersedih seperti ini membuatnya ingin memeluk Dara dan berkata, "aku ada di sini". Tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, tak akan lagi memeluk perempuan di hadapannya ini tanpa mengantongi izin darinya. Hingga akhirnya Ken memilih untuk perlahan mengangkat tangannya dan mengusap kepala Dara dengan lembut.

Dara yang awalnya masih menangis sesenggukkan pun kini berhenti dan beralih menatap Ken.

Jantungnya berdetak tak karuan, efek dari menangis yang masih terasa kini ditambah oleh efek sentuhan Ken di kepalanya. Seolah kesedihan yang ia rasakan sebelumnya ikut mengalir bersama darahnya, kini Dara justru merasakan kehangatan di dalam hatinya.

Belaian Ken di kepalanya bak sengatan listrik bervoltase besar, hingga menghidupkan seluruh saraf yang bahkan tak pernah terpakai.

"Boleh aku pinjem pelukan kamu?" Tanya Dara lemah. "Untuk hari ini aja."

Ken merentangkan tangannya dan segera memeluk Dara.

"Bukan cuma untuk dipinjam. Kamu boleh menjadikannya milik kamu," bisik Ken pada Dara.

Dan detik itulah yang menjadi awal pengakuan keduanya atas perasaan yang Tuhan tumbuhkan pada mereka berdua. Semua yang berawal rumit takkan selamanya berakhir sulit. Terkadang kesulitan pada sebuah awal akan memberikan kemudahan di langkah akhir kita. Bak di negeri dongeng, pasti semua insan di dunia ini berharap mereka akan mendapat akhir yang bahagia. Semoga akhir yang bahagia itu akan Ken dan Dara dapatkan pada akhirnya.

🛫🛫🛫

Satu pekan telah berlalu. Kesedihan atas kepergian Dean perlahan dapat Dara kendalikan. Ya, pada akhirnya semua manusia akan kembali pada Tuhannya. Dalam lima hari terakhir pulalah Dara gencar melakukan latihan untuk pertunjukkannya dan juga gencar mengecek rutin kondisi mesin jetnya. Dara menjadikannya pelajaran yang berharga, apa yang terjadi pada Dean mungkin saja esok atau lusa terjadi padanya. Meski ada pihak-pihak yang harus bertanggung jawab seperti beberapa teknisi yang dipanggil kejaksaan untuk diselidiki atas kecelakaan kemarin, Dara tetap meyakini di atas semua itu ada takdir yang menentukan. Hingga saat Dara memeriksa pesawat yang akan ia kemudikan tak lupa ia berdo'a supaya diberi keselamatan hingga tugasnya selesai.

Selama beberapa hari ini juga, sosok Ken yang telah Dara rindukan sejak enam bulan lalu menemani dirinya selama berlatih. Sebuah keajaiban akhirnya Dara bisa menghabiskan waktu bersama Ken jauh dari tanah kelahirannya. Meski hanya sekitar dua atau tiga jam per hari, karena Ken harus bertugas juga, tapi ini sungguh berarti bagi Dara. Jika saja tak ada Ken yang menguatkan dirinya selain Meri di sini, ia sudah pasti akan menyerah untuk menampilkan jet aerobatic-nya.

"Iya, Bi, hari ini gue tampil. Doain gue, ya," ucap Dara pada telepon genggamnya.

"Siap, pasti gue doain lo. Lancar, sukses, selamat, dan yang pasti lo harus atasi juga trauma lo. Abis ini lo harus langsung ke dokter, paham?!" Omel Bianca dari seberang telepon.

"Aye-aye, capt! Kalo gitu gue siap-siap dulu, ya."

"Tunggu!" Seru Bianca sesaat sebelum Dara memutuskan sambungan telepon. "Udah telpon orang tua lo?"

"Udah dong, sebelum lo- gue udah telpon Mamah Papah duluan kali," ujar Dara terkekeh.

"Sip dah kalo gitu. Fighting Ra!!!"

Tak lama pengeras suara telah bergema memanggil Tim Aerobatic'11 untuk segera bersiap tampil. Dara pun segera menuju spot berkumpul.

⏭⏭⏭

Sepuluh jet telah berbaris di angkasa yang berlatar awan putih dan langit biru cerah dengan kecepatan tinggi memulai formasi mereka. Sebagai eagle 2 Dara berada pada urutan kedua dan siap memanuver jetnya.

Dalam hitungan detik, jet yang Dara kendalikan sudah menghadap langit dan sambil berputar pada porosnya sebesar 360°. Kemudian kembali turun menukik seolah akan terjatuh ke daratan. Tepuk tangan dan sorak sorai penonton pun terdengar hingga ke dalam kokpit.

Tak berhenti sampai di situ, kesepuluh jet itu bergiliran melakukan gerakan seperti roll depan, membuat tepuk tangan penonton semakin bergema.

Sekitar lima menit mereka terus menyajikan aksi-aksi luar biasa di udara. Hingga sampailah pada penghujung pertunjukkan. Semua jet itu menuliskan sesuatu di udara.

F.O.R D.E.A.N

Semua orang pun berdiri dan bersorak, dan beberapa di antaranya menitihkan air mata haru.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan nama.

Semoga nama Dean dan Dean-Dean yang lain di luar sana akan selalu terkenang.

🛫🛫🛫

Berbagai pujian Dara terima begitu selesai dengan tugasnya. Semua itu Dara syukuri sebagai sebuah karunia.

Tak ingin berlarut dan tenggelam dengan semua pujian itu, Dara beregas pergi ke lokernya hendak mengganti pakaiannya. Dan ketika Dara membuka pintu lokernya, sepucuk surat terjatuh ke lantai. Penasaran, Dara segera mengambilnya dan membolak-baliknya mencari nama pengirim yang ternyata tak tertera di sana. Dara pun memutuskan untuk membacanya.

Kalo di lokerku, ya, berarti buat aku, kan?

"Aku tunggu kamu di suatu tempat. Nanti ada sopir yang jemput kamu."

-Ken

Senyum simpul terbit di wajah Dara kala melihat nama pengirim. Dengan penuh semangat ia menuju kamar ganti untuk mengganti pakaiannya.


⏭⏭⏭

Setelah dijemput oleh sopir berjas rapi dan disambut banyak pelayan serta petugas taman hiburan, Dara kini merasakan keanehan. Taman hiburan yang seharusnya penuh dan ramai pengunjung di akhir musim semi ini justru terlihat sepi dan hening. Hampir tak ada siapapun di sini kecuali Dara, hingga ia sedikit merinding dibuatnya.

Kok jadi horor gini, ya? Dara mengusap-usap lengan dan tengkuknya.

Sesuatu di luar dugaan Dara pun terjadi. Muncul gundukan balon yang saling terikat dari balik istana boneka yang ada di depan Dara dengan sebuah tulisan "aku cinta kamu", musik khas taman hiburan juga terputar, air mancur di kolam sekitar lokasi Dara berdiri pun ikut dinyalakan, dan berakhirlah keheningan yang menyelimuti Dara sebelumnya.

Dara mencoba mencari sosok di balik kejutan ini. Ia yakin bahwa tersangkanya adalah Ken. Maka dari itu ia terus mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Ken.

Setelah beberapa saat, musik yang diputar berubah menjadi musik klasik hasil perpaduan biola dan piano yang biasa dimainkan untuk mengiringi pasangan berdansa di sebuah pesta. Seiring dengan musik itu, Ken muncul entah dari mana dengan seikat bunga mawar.

Dara hanya tersenyum tipis dan mensidekapkan tangannya.

Hanya tinggal beberapa meter lagi, Ken berhenti.

"Dara!"

Dara terkekeh.

"Apa?"

"Selamat! Hari ini kamu berhasil menjalankan tugas kamu dengan baik. Aku bangga sama kamu!" Seru Ken masih sedikit berteriak.

"Makasih, Ken!" Dara juga berteriak. "Sini!" Dara melambaikan tangannya.

Ken berlari. Bagi Ken inilah waktunya ia kembali pada tekad awalnya, untuk selalu berlari ke arah Dara di setiap kesempatan.

Setelah sampai di hadapan Dara- Ken segera memberikan Dara bunga mawar yang ia pegang lalu membentangkan tangannya, memberi kode ia akan memberikan pelukannya pada Dara. Namun bukannya menyambut Ken, Dara justru meraih telinga kanan Ken lalu menjewernya.

"Keano anaknya Bapak Thomas!"

"Aduh, aduh, iya, kenapa?" Ken sedikit menurunkan tubuhnya yang lebih tinggi dari Dara. "Ra... sakit."

"Sakit ya, terus kenapa ngabisin uang cuma buat bikin kejutan?" Omel Dara. "Berapa duit yang keluar cuma buat nyewa tempat ini? Mestinya ditabung, bukan dihambur-hambur. Cari uang itu susah, tau!"

Dara melepaskan telinga Ken.

"Iya deh, iya. Maaf.."

"Maaf, maaf. Anter aku ke pihak pengelolanya."

"Mau ngapain?" Tanya Ken.

"Mau ambil lagi uang kamu."

"What?!" Ken hanya bisa melongo tak percaya.


⏭⏭⏭

"Thank you."

Dara tersenyum puas setelah menerima pengembalian uang dari pihak taman hiburan meski hanya 50% dari jumlah awal yang Ken bayarkan untuk booking seluruh area. Selesai menghitung ulang jumlah uangnya, Dara menyerahkannya pada Ken yang kini sedang duduk di bangku taman yang berbeda dengan Dara.

"Nih, uang kamu."

Ken menatap Dara tak percaya.

"Kenapa?" Dara menaikkan sebelah alisnya. "Ini lebih baik ditabung buat masa depan kita. Aku gak suka kamu wasting uang kamu buat hal-hal yang konsumtif kaya gini."

Ken masih terdiam, merasa gagal dan tak dihargai usahanya untuk memberi kejutan pada Dara.

"Jangan marah ya, ini ambil." Dara membawa tangan kiri Ken. "Nih,"

Cup.

Dara mengecup singkat pipi kiri Ken.

"Bonus," ucap Dara yang kini wajahnya tengah memerah karena malu.

Begitupun dengan Ken yang tak menyangka apa yang baru saja Dara lakukan padanya. Giliran kupu-kupu beterbangan di perut Ken saat ini menggantikan rasa kesal karena pengembalian uangnya.

Dara beranjak lebih dulu kemudian seperti biasa berjalan cepat seperti penguin menjauh dari Ken karena tak kuat menahan malu. Tak kalah cepat Ken ikut menyusul Dara dengan senyuman lebarnya.

"Ra, barengan jalannya!"

Dan hari itu adalah hari pertama di mana mereka saling menjadi diri sendiri. Menanggalkan semua beban profesi dan tugasnya membuat kebahagiaan mereka semakin bertambah. Tapi ingatlah, di dunia ini tak ada yang abadi, pelangi mungkin saja datang setelah hujan turun tetapi siapa yang tahu justru yang terjadi pada Dara akan sebaliknya.






🔜🔜🔜🔜🔜





Halooo

Mohon maaf lahir batin semuaaaa hehehe maaf baru bisa apdet. Jgn lupa vomment-nyaaaa!

Terima kasih :)

Lavv,
Nun
18/06/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top