38



05 Mei 2011

Lapangan Udara AFO

Sekitar sepuluh jet telah terparkir di landasan. Kesepuluh jet ini akan terbang bersamaan untuk melakukan latihan aerobatic yang akan dipertunjukkan saat menyambut delegasi dari berbagai kementerian pertahanan dari seluruh dunia pekan depan.

Menjadi suatu kebanggan bagi seorang Dara dapat menjadi bagian dari tim aerobatic '11. Setelah lima bulan Dara berjuang demi mendapat instrument rating jet, akhirnya Dara dipercaya menjadi bagian tim jamuan aksi akrobatik angkatan udara AS.

Latihan telah dilakukan sejak sebulan yang lalu, dan kali ini adalah gladinya. Dara sendiri percaya tak percaya, karena dia satu-satunya perempuan dan sekaligus yang termuda di tim.

"Megan, Captain wants to meet you."

Seseorang dari bagian operator memanggil Dara yang tengah berbincang dengan anggota lain.

Dara mengangguk dan segera menuju ke ruangan kapten timnya.

Tok. Tok. Tok.

"Come in."

Suara pria paruh baya menyahut dari balik pintu.

Memasuki ruangan tersebut, Dara langsung disambut oleh berbagai miniatur pesawat jet dan helikopter yang disusun rapi di dalam etalase kaca. Nuansa loreng tentara juga ikut memanjakan mata Dara, hingga terkadang mengingatkannya pada seseorang.

Ya, terhitung enam bulan sudah Dara tak pulang ke Indonesia dan tak mendengar kabar lagi tentang Ken. Jika ia sedang menelepon Bianca pun, Dara selalu saja mengurungkan niatnya untuk sekadar menanyakan kabar Ken. Bukan berarti ia tak penasaran sama sekali, hanya saja Dara ingin mengukur seberapa besar sebenarnya perasaan Dara terhadap Ken.

"Megan, are you okay?"

"Yes, I'm okay," Ucap Dara segera mengembalikan kesadarannya.

"We want you to become the eagle 2."

Mendengar ucapan kaptennya barusan, tiba-tiba saja Dara kesulitan menghirup oksigen di sekitarnya.

"Pardon me, Sir?"

"You will be the eagle 2," ulang kapten tim dengan perlahan sembari tersenyum.

"Really?" Dara masih tak percaya. "How about Dean?"

"Actually this is what he wants. We change your position because Dean believe in you."

"Alright, thank you, Sir."

Dengan raut wajah sumringah Dara keluar dari ruangan Kapten Tim. Segera ia menemui pihak operator untuk melapor sekaligus menemui Dean.

"Uncle," Dara menyapa Dean, dia biasa memanggil Dean dengan sapaan uncle.

"Yes, honey?"

"Are you kidding me?" Dara memasang mimik marah.

"Yes, I am."

"Thank you so much, uncle."

Dara memeluk Dean spontan. Dara memang sudah Dean anggap sebagai anaknya sendiri. Hidup melajang dan tidak memiliki anak yang dijalani Dean selama ini membuatnya merindukan sosok seorang anak, hingga ia bertemu dengan Dara yang bisa memberinya kesempatan menjadi sosok ayah membuat Dean sangat menyayangi Dara seperti anaknya sendiri. Tetapi bukan berarti Dara mendapat posisi eagle 2 karena ia sudah dianggap anak oleh Dean, melainkan memang karena Dara lah yang pantas ada di posisi itu, dan alasan Dean menginginkan perubahan posisi tak lain karena ia merasa harus memberi kesempatan pada yang muda. Dan perlu diketahui Kapten Tim Aerobatic'11 sangatlah ketat dalam memilih personil, maka dari itu dapat dipastikan bahwa Dara memang layak mengisi posisi barunya.

Kerja keras takkan mengkhianati hasil. Itulah yang kini Dara rasakan ketika akhirnya ia didaulat memegang peran sebagai eagle 2.

Sebelumnya posisi Dara sebagai eagle 10 atau ekor dari formasi aerobatic. Gerakan dan manuver jetnya pun masih terbilang terbatas sehingga memang porsinya di tim tidak sebanyak anggota yang lain. Tetapi karena sekarang Dara mengisi posisi eagle 2, maka Dara akan mendapat porsi yang lebih banyak dalam tim. Dan karena itulah hari ini Dara akan berlatih lebih dulu dibandingkan dengan anggota yang lain. Dia akan mendapat kursus khusus dari Dean.

Dean meminta Dara untuk menaiki jetnya. Di udara, Dara akan mengikuti gerak Dean dan menghafal rutenya. Berhubung waktu hanya tinggal sepekan lagi menjelang pertunjukan, maka Dara harus bekerja ekstra keras untuk dapat menampilkan yang terbaik.

Dengan semangat 45 Dara memasuki kokpit yang hanya muat untuk dirinya sendiri. Setelah duduk dengan nyaman ia memasang seatbelt dan perangkat oksigen pada tubuhnya. Semua perangkat ia pasangkan hingga tak ada yang terlupakan. Dengan hati-hati Dara mengecek mesin, menyetel GPS, hingga sampailah pada tahap menghidupkan mesin, Dara lakukan dengan teliti dan cekatan.

"I've done, Dean."

Mendengar suara Dara dari headphone-nya Dean mengacungkan jempol.

"Ready? Let's fly, daughter!"

"Aye-aye, daddy!"

Perlahan tapi pasti jet mulai melaju di atas landasan. Sedikit demi sedikit roda jet tak lagi menapak dan mulai masuk ke peraduannya di bawah kabin. Dengan kecepatan yang terlihat stabil, jet yang dikemudikan Dean dan Dara sudah berada di angkasa. Birunya langit membuat kedua jet itu terlihat jelas dari daratan bak burung yang terbang bebas.

Dan inilah manuver-manuver yang harus Dara lakukan.

Moncong jet dengan sangat cepat sudah menghadap ke langit dan bergerak ke atas seperti memanjat tebing transparan berpanoramakan kota di sebelah utara. Dengan mudahnya Dara mengikuti gerak jet yang Dean kendalikan. Kini giliran gerak memutar 180° yang harus Dara lakukan.

"Let's do it eagle 2!!!"

Tak disangka, dengan sekali percobaan Dara mampu melakukan gerakan itu dengan cukup baik.

"Good job, Megan!"

Dara tersenyum puas setelah mendengar pujian dari Dean.

Sekitar lima belas menit jet yang Dara tumpangi menari-nari di udara. Kini saatnya mereka harus kembali dan segera bergabung dengan tim.

"Enough for today. I wish you can do it yourself next time."

Suara penuh rasa bangga dan haru milik Dean terdengar begitu indah di telinga Dara. Dara berjanji pada dirinya sendiri untuk dapat melakukan yang terbaik pada setiap penerbangan dan membuat bangga orang-orang yang ia sayangi termasuk Dean.

"Alright, capt!" Gerakan hormat ia persembahkan untuk instrukturnya hari ini.

Perasaan bangga, bersyukur, dan bahagia yang Dara dan Dean rasakan ternyata tak bertahan lama. Semua itu dihentikan waktu yang kini mempertunjukkan sebuah tragedi menyedihkan yang tak mampu Dara bendung.

"Innalillahi!" Seru Dara tiba-tiba.

Suara ledakan seketika terdengar dari arah depan Dara. Jet yang selalu Dara ikuti itu kini tertutup kabut hitam pekat. Percikan material kabin yang masih terbakar pun terlempar dengan arah yang tak menentu membuat sayap kanan jet yang Dara kendalikan terserempet dan sedikit mengganggu keseimbangan terbangnya.

Tangan Dara yang memegang fligt stick perlahan meluruh. Hanya gemetar dan keringat yang dapat Dara rasakan. Matanya terbuka lebar, melihat dengan jelas apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Kobaran api yang terefleksikan di pupil Dara membuat siapapun yang melihatnya akan merasakan sakit yang sama seperti yang Dara rasakan, sampai air mata pun ikut tersentak dan tak menetes setitik pun.

"Megandara! Can you hear me?"

"Captain Pilot Megandara, get back your focus!"

"If you can hear me remove its jet emissions!"

Suara perintah dari kapten juga terdengar resah.

"Yes sir, I am Megandara Vlaretta ready to land."

Mendengar jawaban dari Dara, Kapten Tim menghela napas lega. Dan segera seluruh tim di ATC memandu Dara untuk segera mendarat karena melihat kondisi jet yang sudah tak stabil karena sayapnya yang terserempet material ledakan.

Dengan segala kemampuannya, Dara menegarkan dirinya dan kembali memegang flight stick dengan erat. Kata-kata terakhir yang diucapkan Dean pun kembali terngiang.

I wish you can do it yourself next time.

Ya, aku harus bisa. Hatinya meyakinkan diri.

Kembali menajamkan pendengarannya pada operator ATC, ia segera mengikuti arahan. Tak ingin lagi berlama-lama di dalam kabin ini, terlalu sesak. Itu yang Dara rasakan. Bahkan meski ia mengikuti arahan ATC, tapi di otaknya kembali terputar rekaman ledakan yang baru saja terjadi di depan matanya.

Dara terus mencoba untuk menguatkan dirinya.

Kecepatan jetnya perlahan menurun begitu juga dengan ketinggiannya, semakin turun, semakin turun, dan hampir sampai di atas permukaan tanah meskipun dengan keseimbangan yang dapat dibilang cukup mengerikan.

Keringat dingin juga terus mengalir dari dahi dan pelipis Dara. Begitupun kedua tangannya yang kini kaku dan mati rasa. Hingga pada akhirnya roda-roda jet menyentuh tanah dan mendarat dengan selamat. Terasa terganjal dan sedikit bergetar memang, tetapi tidak sampai membuat Dara terluka, itu sudah cukup melegakan.

Dengan cepat tim penyelamat yang diikuti tim medis mengevakuasi Dara dari jet.

"Are you okay?" Tanya salah seorang suster.

Dara tak dapat menjawab. Tatapan matanya begitu kosong. Ingin rasanya Dara berteriak dan meminta agar Dean cepat diselamatkan. Tapi ia tak kuasa, tenaganya sangat lemah seolah semua terkuras hanya untuk sekali pendaratan.

"Megan, are you okay?" Tanya suster itu sekali lagi sambil menggoyangkan bahu Dara.

"Dean," sahut Dara lemah.

"He's heading to the hospital. Do you wanna go there to meet him?"

Mendengar hal tersebut sedikit membuat Dara lega. Ia pun mengangguk dengan sedikit tenaga yang tersisa.

Suster itu pun tersenyum melihat Dara mengangguk. Senyuman suster yang ternyata tak asing itulah yang terakhir Dara lihat sebelum ia benar-benar kehilangan seluruh energinya.

🛫🛫🛫

11.am

Markas Pasukan Khusus,
Indonesia

Seluruh anggota Tim Garda bersiap menyambut kedatangan kapten tim mereka yang baru kembali dari tugasnya di luar satuan. Ya, hari ini adalah hari pertama kembalinya Ken ke pasukan khusus setelah menjalani hukumannya. Karena itu, semenjak pagi tadi banyak sekali jenderal yang datang ke markas pasukan khusus untuk membahas misi lanjutan yang harus Ken bersama timnya lakukan.

"Kira-kira Kapten dikasih sanksi tambahan, gak?" Ayu bertanya khawatir karena Ken belum kunjung datang ke ruangan mereka.

"Nggak akan, masalah Achernar lagi darurat. Dan mereka butuh Kapten," ujar Bobi yang disetujui Raka.

Ziko yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya tiba-tiba berjengkat langsung dari kursinya, seperti melihat sesuatu yang sangat mengejutkan seolah melihat hantu.

"Ada apa Lettu?" Tanya Raka yang ada di sampingnya ikut terkejut.

"Dara!" Ziko masih dengan matanya yang melotot.

"Ada apa sama Mbak Dara?"

"Dia kecelakaan!" Seru Ziko membuat yang lain mengernyit.

"Mbak Dara kecelakaan?!" Kini Ayu yang tak bisa mengontrol suaranya. "Pesawat?"

"Jet," jawab Ziko singkat.

Tanpa mereka sadari, Kapten mereka telah berdiri di ambang pintu menyaksikan dan mendengarkan apa yang baru saja mereka bicarakan. Namun berbeda dengan Ziko maupun Ayu yang sangat terkejut, justru Ken terlihat tenang dan mendekat ke arah Ziko. Setelah sampai di hadapan Ziko, tiba-tiba ponselnya diambil alih oleh Ken.

Perlahan Ken men-scroll layar ponsel berlogo apel itu. Tak ada riuk di wajahnya. Ia hanya terlalu serius membaca artikel itu.

"Ini pasti salah." Ken menunjuk judul artikelnya.

"Kapten.." Ayu berkaca-kaca, cemas dengan reaksi Kaptennya.

"Hubungi pihak penerbit artikel. Pastiin apa yang barusan mereka tulis bener apa nggak. Tapi saya yakin ini pasti salah." Titah Ken sembari memberikan kembali ponsel itu pada Ziko.

Dengan tenang Ken kembali duduk di kursinya. Yang lain hanya dapat terdiam tak bergeming melihat Kaptennya yang terlalu tenang di hari pertama ini. Justru ternyata Ken yang tenang seperti inilah yang lebih menakutkan dibanding Ken yang sedang marah, hingga atmosfer ruangan pun bak di kuburan, hanya hening yang terasa.

Sadar bahwa dirinya yang pasti diberi tugas untuk mengecek kevalidan informasi meninggalnya Dara karena kecelakaan, Ayu segera mengetikkan sebuah rangkaian nomor pada ponselnya mencoba menghubungi pihak penerbit artikel sambil terus memerhatikan Ken.

Anggota tim yang lain mungkin tak menyadarinya, tapi Ziko tahu jika saat ini mata Ken sedang bergetar menandakan ia tak dapat menerima kabar itu. Ziko yakin di dalam hatinya pengingkaran atas berita itu sedang bergema, dan pengharapan akan kesalahan informasi pun menjadi kekuatan bagi Ken untuk dapat terlihat tenang.

"Kapten."

"Gimana?" Ken masih duduk di kursinya.

"Mereka mengatakan bahwa benar ada dua jet dari tim aerobatic'11 yang mengalami kecelakaan dan salah satunya meledak. Salah satu dari dua pilotnya adalah Mbak Dara."

Ken mengepalkan tangannya yang kini memutih karena darahnya yang tersendat.

"Kedua pilot itu langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit. Tapi satu hal yang belum mereka ketahui adalah kondisi terkini kedua pilot itu, karena penjagaan ketat," jelas Ayu. Ia mengatakan seperti yang dikatakan pihak penerbit artikel.

"Terus kenapa mereka nulis Dara udah meninggal?" Ziko kesal sendiri.

"Nah, itu yang tadi sempet aku tanyain. Mereka bilang biar artikel rame dan jadi trending topic, soalnya kan, Mbak Dara satu-satunya pilot perempuan yang masuk tim. Semacam dompleng nama Mbak Dara gitu."

Bobi dan Raka manggut-manggut. Meski mereka tak ikut bicara tapi mereka memerhatikan. Bagaimana pun Bobi dan Raka mengetahui jika Kaptennya sangat menyayangi Dara. Apalagi Bobi, dia tahu keduanya saling mencintai hanya saja takdir belum mengizinkan mereka untuk bersama.

"Ayu, bisa usahakan hubungi kenalan kita di AFO?"

"Bisa, Kapten." Ayu langsung menyanggupi tanpa berpikir bahwa ini urusan pribadi.

Ini tak lain karena Ayu terlalu memahami apa yang dirasakan Ken dan Dara. Saling mencinta tapi tak bisa bersama, sama persis seperti yang dirasakannya dengan Raka. Ya, tak ada orang yang tahu bahwa mereka pernah mencoba menjalin hubungan namun gagal karena orang tua Ayu tak merestuinya. Raka yang baru berpangkat Sersan Mayor membuat ayah Ayu yang seorang pensiunan jenderal tak ingin anaknya menikahi seseorang dengan pangkat di bawahnya. Dan itu menjadi salah satu faktor yang membuat Ayunda ingin membantu Ken.

"Oke, segera. Saya tunggu di ruang informasi komunikasi."

"Siap, Kapten." Tanpa basa-basi Ayu langsung beraksi.

Ziko, Bobi, dan Raka tak punya pilihan selain membantu mereka. Sedangkan Ken kini beranjak dari kursi kebesarannya dan menuju ke tempat di mana ia bisa langsung bertatap muka dengan relasi yang dapat memastikan keadaan Dara, ruang komunikasi informasi.

Mulai sekarang tak akan ia ragu lagi dengan segala yang berhubungan dengan Dara. Peduli setan dengan pertunangan bisnisnya yang membuat semua kekacauan ini. Yang jelas, hanya satu yang benar-benar Ken inginkan sekarang dan selamanya yaitu Dara.










🔜🔜🔜🔜🔜







Thank you for vomment this story.
Hope u'll like it guys!

Lavv,
Nun
13/05/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top