17
✈
17 November 2010
"Gue yang beli kue, deh," ucap Ayunda a.k.a Baymax saat mereka berebut undian.
"Nggak, nggak, gue yang beli kue." Bobi merebut kertas yang dipegang Ayunda.
"Ish, dasar Batman gadungan!!" Ayunda berteriak dengan mata yang siap menerkam Batman- call sign Bobi.
Sementara Ayunda dan Bobi berebut kertas undian mereka, Ziko dan Raka hanya menonton saja pertunjukan tom and jerry versi Tim Garda ini. Berbeda dengan Ayunda dan Bobi, mereka lebih memilih menerima kenyataan bahwa mereka yang harus membeli kado untuk Kapten mereka siapa lagi kalau bukan Keano Alexander.
Dan kali ini kado yang harus disiapkan oleh Ziko dan Raka adalah celana dalam.
"Ukuran Kapten berapa?" Tanya Raka pada akhirnya karena Ziko tak kunjung bicara soal "hadiah" itu.
"Saya juga gak tau. Biar nanti saya tanya Kakaknya."
"Oh, baik." Raka mengulum senyumnya.
"Lagian kenapa juga harus CD?"
Raka tertawa menanggapi ucapan atasannya, mengingat ini adalah ide Ziko sendiri.
"Saya pamit duluan. Keluarga udah nunggu lama," ucap Ziko kemudian bergegas pulang.
Ya, Ziko baru saja pulang setelah menjalankan misi bersama Ken. Di tugasnya itu ia hanya bersama dengan Ken, tiga anggota tim yang lainnya tidak ikut pergi, karena perintah.
Setelah sampai di parkiran Ziko menaruh ranselnya di kursi penumpang. Kemudian mengecek ponselnya, siapa tahu ada notifikasi yang masuk.
Saat hendak membuka kotak pesan, tiba-tiba ID caller menunjukkan nama Ken.
"Halo?"
"Bang, di mana? Udah sampe rumah?"
"Belum, ini baru mau jalan."
"Sorry Bang, tadi mesti buru-buru pulang, gue khawatir sama nyokap," ucap Ken dengan suara yang jelas terdengar lelah.
"Sekarang posisi di mana?"
"Di rumah sakit, nyokap baru keluar ruang tes."
"Kirimin alamatnya, gue ke sana sekarang."
"Nggak us-,"
"Udah, kirimin aja sekarang!"
Setelah memotong ucapan Ken, Ziko langsung memutus sambungan teleponnya. Ziko berani memutus sambungan teleponnya karena saat ini mereka pada mode abang-adik, bukan sebagai atasan dan bawahan di satuan.
Menunggu beberapa saat SMS yang masuk, Ziko pun langsung bergegas keluar area markas dan menuju ke rumah sakit.
🛫🛫🛫
Bau rumah sakit langsung menyeruak di indra penciuman. Membuat Dara sedikit mual karena sudah lama tak berkunjung ke tempat kerja orang tuanya ini.
Kedatangannya disambut paramedis yang mengenal Dara. Hampir semua dokter dan suster mengenal dirinya kecuali beberapa staf baru.
"Ehh, ada Dara."
Seorang wanita paruh baya menghampiri Dara yang hendak memasuki ruangan Mamahnya.
"Apa kabar Tante Santi?" Dara memeluknya singkat.
"Baik, kamu gimana? Tau-tau udah gede aja, kapten pilot."
"Baik, Tan. Hehehe, jadi malu Dara."
"Mau ke Mamah kamu, ya?" Santi melirik ke pintu ruangan Arumi.
"Iya."
"Mamah kamu barusan lagi cek pasien, Ra."
"Oh, iya, Tan. Biar aku nunggu di dalem aja."
"Udah makan, belum?"
Dara menggeleng.
"Mending ikut Tante, yuk, ke kantin. Kebetulan lagi laper juga, abis operasi jadi lupa makan."
Dara pun tak menolak dan mengikuti langkah Santi.
Sesampainya di kantin, Dara dan Santi langsung memilih makanan yang tersedia di meja perasmanan. Meskipun hari sudah gelap namun kualitas makanan di sini tetap segar dan terjaga.
Pada saat mereka menikmati makanannya, mata Dara tertuju pada dua orang lelaki yang baru saja memasuki area kantin.
Penampilan mereka sangat maskulin dan berbeda dari pengunjung kantin yang lain sehingga cukup menyita perhatian kaum hawa tak terkecuali Dara. Meja Dara yang agak jauh dari pintu masuk membuat Dara cukup leluasa memerhatikan dua lelaki itu.
Mereka ada di sini?! Ngapain?
Ketika itu pula Dara teringat sesuatu.
Dompet!!!
Segera ia periksa tasnya, ternyata dompetnya ada di dalam tas.
Hufft, aman.
Namun saat hendak mengeluarkan dompetnya, tiba-tiba tangannya menyenggol gelas yang berada di ujung meja.
Prang!
Gelasnya pecah dan suaranya terdengar hingga ke seluruh penjuru kantin.
"Dara! Kamu gak apa?" Santi langsung memeriksa tangan Dara.
Tersangka pemecah gelas pun hanya bisa tertunduk. Malu. Lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian. Mungkin memang sudah takdirnya sejak dulu.
"Mas, tolong ini dibersihkan!" Pinta Santi pada seorang staf kebersihan kantin yang melintas.
Dara melihat ke tempat tadi Ziko dan lelaki yang Dara yakin itu adik Kei berada. Namun mereka sudah tak ada.
Untung mereka udah gak ada.
"Dara,"
"Iya, Tan-," Dara tercekat saat melihat pemanggil ternyata bukan Tante Santi melainkan Ziko yang kini sudah berdiri di depannya dengan seorang lelaki, lelaki yang selama ini sangat menyita rasa penasaran Dara.
"Inget gue, kan?" Tanya Ziko sambil menunjuk wajahnya sendiri.
"Lo-, lo ngapain di sini?" Dara balik bertanya.
"Siapa, Ra?" Santi yang sedari tadi hanya memerhatikan pun memilih bertanya saat melihat raut wajah Dara yang tiba-tiba pucat.
"Kami temennya, Dok," ucap Ziko memperkenalkan diri pada Santi.
Temen?!!!
"Kalo gitu, Tante duluan ya, Ra, ada pasien darurat, kamu abisin dulu makanannya." Santi pun berlalu setelah memastikan mereka teman Dara.
Ya, teman.
Dara masih termangu di tempatnya. Tak tahu harus bereaksi seperti apa. Matanya kini hanya tertuju pada lelaki yang sudah duduk di samping Ziko.
"Kenalin, Ra, ini Ken. Dan Ken, gue rasa lo udah tau soal Dara."
Perlahan Ken mengulurkan tangannya. Dara yang baru kembali tersadar segera menyambut uluran tangan Ken.
"Keano."
"Megandara."
Untuk beberapa saat mereka hanya memandang satu sama lain. Ken dengan hatinya yang senang namun bingung harus berlaku seperti apa, serta Dara yang sibuk memikirkan maksud dari perkataan Ziko barusan.
"Ehem," interupsi Ziko.
Sadar dengan maksud Ziko, Ken dan Dara pun melepas jabatan tangannya.
"Lo sendiri ngapain di sini?" Tanya Ziko menatap Dara intens. "Jangan-jangan lo nge-stalk gue?"
"Hueeekkk!" Dara menjulurkan lidahnya panjang. "Ngeri gue dengernya juga."
"Kalo bukan, ngapain lagi, dong, lo di sini? Jangan bilang lo sakit keras?!" Heboh Ziko.
"Ih, lo mah malah doain yang jelek-jelek!" Dara mencoba mengontrol suaranya agar tak bergetar.
Duhh, kenapa jadi deg-degan begini, sih, gue?
"Ini rumah sakit punya gue, tau!"
Ken dan Ziko terkejut bukan main mendengar penuturan Dara.
"Serius lo?" Ziko masih tak percaya.
"Berarti kamu anaknya dokter Arumi?" Ken bertanya untuk pertama kalinya.
Dara tersenyum. "Iya, kamu kenal Mamah aku?"
"Mamahku dirawat sama dokter Arumi," ujar Ken.
Mata Dara membelalak.
"Seriusss??!"
Ken hanya mengangguk.
"Wahh, dunia itu sempit ya, kawan," sahut Ziko yang merasa diabaikan dua orang di dekatnya ini.
Dddrrrttt..
Dddrrrttt..
Ponsel Dara bergetar. "Halo, Mah?"
......
"Iya, ini Dara masih di kantin."
......
"Hmm, Dara ke sana sekarang."
Setelah menutup sambungan teleponnya Dara mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu.
"Ini." Dara menaruhnya di depan Ziko. "Lunas, ya, makasih."
"Kok dibayar sekarang? Ntar gak ada alesan lagi buat ketemu lo, dong?" Protes Ziko yang dipelototi Dara.
"Mmm, Kea-,"
"Panggil Ken aja."
"O- oke, Ken, aku duluan, ya. Bye."
Dara beranjak dan meninggalkan dua lelaki yang masih menatap punggung indah Dara hingga menghilang.
"Giliran lo aja aku-kamu, lah ke gue," gerutu Ziko.
"Tapi nggak apa-apa, deh, yang penting cantik," desis Ziko yang kini tengah ditatap tajam Ken.
🛫🛫🛫
Ini sudah gelas susu cokelat ketiga yang Dara habiskan. Ia butuh asupan cokelat untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Semenjak pulang dari rumah sakit ia terus memikirkan kalimat yang Ziko lontarkan.
"Kenalin, Ra, ini Ken. Dan Ken, gue rasa lo udah tau soal Dara."
Kalimat itu terngiang-ngiang terus. Jika Dara hubungkan dengan cerita Kei, berarti selama ini hanya dirinya yang tak kenal Ken?
Tapi kenapa gue ngerasa kalo gue udah pernah ketemu dia jauh sebelum tinggal sama Tante Mer, ya?
Kenapa juga main rahasia-rahasiaan soal rumah dia?
Nggak paham da gue.
"Oy!" Bianca muncul tiba-tiba di hadapan Dara, membuat Dara yang sedang sibuk dengan pikirannya hampir terjatuh dari kursi.
"Lo!"
"Ngelamun aja! Hayoloh, mikirin siapa?" Selidik Bianca yang melihat gelagat aneh sahabatnya ini.
"Mikirin lowongan kerja! Puas, lo?"
"Duhh, mentang-mentang pengangguran," ejek Bianca. "Emang yang kemaren lo ajuin lamaran belum ada pengumuman?"
Dara menggeleng lemah, "besok ada surat ke rumah."
"Udahlah, lo mah pengangguran juga dompet penuh sama bunga deposit. Lah, gue?"
"Emang lo kenapa?" Dara balik bertanya.
"Nggak pengangguran tapi duit jauh beda dibanding lo yang pengangguran, hahaha," Bianca tertawa.
Maklum, gaji seorang PNS bisa dipastikan jauh berbeda dengan penghasilan seorang pilot. Meskipun Dara kini sedang tak bekerja namun tetap saja angka yang berada di ATM Dara jauh lebih besar dibanding Bianca.
"Jadi, ada apa tadi di rumah sakit sampe gue harus ke sini malem-malem?"
Dara memang menelepon Bianca untuk menceritakan apa yang terjadi padanya. Setelah selesai bercerita panjang lebar, Bianca malah terdiam.
"Ihh, lo denger gue ngomong gak, sih?" Dara berdecak sebal melihat ekspresi Bianca yang datar.
"Ra," Bianca memegang tangan dan menatap Dara serius.
"Sebenernya gue gak mau ngomong gini, karena tadinya gue mau jadiin dia crush gue semenjak ketemu dia beberapa tahun lalu," ucap Bianca dengan wajah memelas.
"Dengan berat hati gue katakan, kayanya lo nggak bakalan jomblo lagi sekarang."
"MAKSUD LO APA, BI?!"
🛫🛫🛫
18 November 2010
5.am
Deringan alarm dari ponselnya tak mampu membuat Dara terbangun dari tidurnya. Untuk pertama kalinya Dara tak seperti Dara yang biasanya. Bangun pagi dan berolahraga benar-benar dicoret dari agendanya hari ini. Ini akibat semalam ia sulit tidur karena terpikir kejadian kemarin ditambah lagi dengan perkataan Bianca.
"Kayanya si Ziko suka sama lo!"
Kini kalimat itu menambah jajaran kalimat yang harus ia cerna. Namun yang mengganggunya kini bukan pada Ziko, akan tetapi pada Ken. Awalnya ia juga mengira ia terganggu oleh Ziko, tapi anehnya semakin lama justru semakin ia terganggu oleh sosok Ken.
"Aaaarrrggghhh!" Teriak Dara frustasi.
Daripada terus dibayangi hal-hal yang banyak "mungkin"-nya, Dara memilih untuk segera mengambil wudu dan sholat subuh.
Keluar dari kamar mandi kemudian memakai mukenanya, tiba-tiba ponselnya bergetar dan menampilkan notifikasi pesan.
Siapa nih SMS subuh-subuh gini?
Saat dibuka ...
Kak Kei.
Ra, apa kabar?? Jam 12 siang nanti kamu free nggak? Klo luang bisa datang ke edward hospital? Kk butuh bantuan kamu.. kk harap kamu datang ya, makasih :)
Dara terkejut dan bertanya-tanya akan undangan Kei tersebut.
Datang nggak, yah?
"Duh! Astagfirullah, mau sholat aja godaannya banyak banget!"
Ponselnya ia lempar ke kasur dan segera laksanakan sholat sebelum pikirannya dipenuhi hal-hal aneh lagi.
🛫🛫🛫
Dara yang mengenakan kaos keropti dan rok sepan selututnya terlihat sangat casual namun tetap anggun dengan rambut sebahunya yang ia gerai serta sepatu hak 5 CM-nya, kini tengah berdiri di depan pintu kamar rawat inap VVIP atas nama Sarasvati. Entah untuk ke berapa kalinya, Dara bimbang untuk mengetuknya.
Dan saat tangannya hendak mengetuk, tiba-tiba saja pintunya terbuka.
"Dara! Kamu datang?" Kei menyambut kedatangan Dara gembira.
"Hehe, iya, Kak."
"Ya udah, sekarang kamu ikut kakak dulu yuk, ke kantin. Yang lain pada nunggu di sana," ujar Kei yang langsung menarik Dara.
Sesampainya di kantin, ternyata sudah ada beberapa orang yang sedang berbincang hangat di sana.
"Hai kalian, kenalin, ini Dara." Kei memperkenalkan Dara pada ketiga orang yang sedang duduk itu. "Dan, Dara ini temen-temennya Ken."
Dara mencoba menghapal nama dan wajah mereka.
Bobi, Raka, Ayunda. Ya, inget-inget, Ra, inget-inget!
"Jadi Kak Kei mau minta bantuan sama kamu untuk ikut ngasih kejutan ulang tahun buat adek kakak," jelas Kei.
"Kamu udah kenal, kan?"
"Keano?"
"Iya, Kakak denger kemaren kamu udah ketemu Ken sama Ziko di sini."
"Jadi nanti kita kasih surprise-nya di sini atau ke cafe sebrang itu?" Tanya Ayunda pada Kei.
"Kayanya kita ke cafe aja, deh, soalnya ada bokap di kamar Mamah."
"Emang kalo ada Papahnya Kakak kenapa, Kak?" Tanya Dara penasaran.
"Fyi, hubungan Papah sama Ken itu kurang baik. So, kalau kita ngadain acara di kamar Mamah buat Ken kayanya malah bikin masalah," Kei berterus terang.
Memang semenjak Ken memutuskan untuk menjadi tentara ia tak mendapat izin dari Thomas Alexander. Papah Ken sangat menginginkan anak lelaki satu-satunya itu menjadi pewaris perusahaan mereka. Namun keputusan Ken yang sama kerasnya dengan keinginan Thomas berujung pada hubungan yang renggang di antara mereka.
"Oke, Kak, sekarang kita ke sana, ya." Ayunda pun beranjak dan membawa beberapa paper bag serta kantong plastik di meja bersama dua temannya.
Dara yang masih tak mengerti apa faedahnya ia berada di sini pun hanya terdiam menunggu instruksi dari Kei. Tentu saja Dara bingung, ini adalah acara ulang tahun seseorang yang baru dikenalnya. Ia berada di tempat yang seharusnya orang baru tidak usah ikut.
"Ra, kamu masih bingung, ya?" Tanya Kei melihat Dara yang terus menerus mengerutkan alisnya.
"Kenapa aku diundang, Kak?" Pertanyaan yang sejak awal Dara tahan pun kini dapat keluar.
Kei malah tersenyum penuh makna menatap Dara.
"Kamu adalah orang spesial bagi kami."
🔜🔜🔜🔜🔜
Lavv,
Nun
28/02/2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top