09
✈
Setelah dikejutkan dengan perlakuan Papahnya yang 180° berbeda dari perkiraan Dara, kini ia juga dikejutkan lagi dengan sebuah kado berwarna biru muda yang dihiasi pita warna senada berukuran 30 x 30 yang berada di atas kasurnya.
"Isinya apaan, ya?" Dara masih berdiri di sisi ranjangnya memandangi kotak kado itu.
"Buka. Jangan. Buka. Jangan. Buka," Dara perlahan duduk di atas kasurnya dan mendekat ke kotak kado.
Jari telunjuknya perlahan menekan kotak kado tersebut, sambil menutup matanya ia merasakan jika kotak kado itu seperti kotak pada lazimnya, terbuat dari kardus dan berlapis kertas hias. Namun tiba-tiba ia menarik tangannya.
"Nggak, nggak boleh. Itu kado dari Zero. Siapa dia ngasih kado ke gue?"
Dara mencoba menjauhkan kadonya dan berusaha keras untuk menghilangkan pikiran untuk membuka kado itu. Ia bergulat dengan pikirannya sendiri. Di sisi lain ia senang karena Zero masih ingat hari ulang tahunnya, namun di sisi lainnya lagi ia tak ingin menerima hadiah dari seseorang yang tidak seharusnya.
Tapi setelah Dara pikir-pikir lagi, kan, sudah jauh-jauh Zero mengirimkan kado ini dan dititipkan pada saudaranya, setidaknya ia harus menghargai pemberian orang lain.
Dengan perlahan Dara kembali menarik kadonya mendekat. Dan dibukalah kotak kado yang ternyata berisi sepasang sepatu putih dengan motif bunga berwarna biru.
"Wuahhh!" Dara merasa tersanjung sendiri melihat warna sepatu yang sangat sesuai dengan seleranya.
Kemudian ia melihat ukuran sepatunya dan ia coba pakaikan pada kakinya. Dan semakin tersanjung lagi lah Dara karena ukurannya benar-benar cocok dan begitu pas di kakinya.
"Wah, daebak!" Dara mematut dirinya di depan cermin full body-nya.
Setelah puas memandangi kakinya yang beralas sepatu baru itu, Dara kembali melihat kotak kadonya yang ternyata menyisakan sepucuk surat.
Happy birthday, ya, Ra. Happy sweet seventeenth birthday.
Cuma satu do'a aku buat kamu di ulang tahun ketujuh belas ini, semoga kamu bisa wujudkan impian kamu dan terbang bebas di angkasa.
Aku titip ini ke sodara sepupu aku, Ra, yang kebetulan lagi kuliah di sana juga, semoga kamu suka, ya, sama hadiahnya.
Zero Hartanto
"Aaahhhhhh, Zero, bikin gue melting aja, sih." Dara mengehempaskan tubuhnya di kasur dan menendang-nendang ke udara tak karuan.
Jujur saja, rasa bersalah lah yang kini ia rasakan.
🛫🛫🛫
Esok harinya Dara berpenampilan sedikit berbeda, ia mengenakan kaus olahraga dan sepatu olahraga lengkap dengan topinya. Jadwal hari ini adalah latihan fisik. Namun sayangnya, latihan fisik ini bukanlah latihan yang diadakan oleh lembaga kursusnya, Dara berinisiatif sendiri untuk melakukan latihan fisik agar nanti saat melakukan simulasi ia sudah terbiasa.
Rencananya ia akan mengelilingi komplek perumahan bibinya. Perumahan ini memang cukup luas dan hijau sehingga sangat cocok untuk dijadikan tempat olahraga.
"Ra, tante berangkat, ya!"
Teriak Meri dari lantai bawah yang disahut dengan teriakan pula oleh Dara yang masih sibuk dengan tali sepatunya. Ya, coba tebak, keluarganya kini sudah kembali lagi ke Indonesia karena kesibukan mereka. Meski begitu Dara tetap bahagia, di tengah kesibukan mereka tetap sempat datang jauh-jauh hingga ke Amerika.
🛫🛫🛫
Alat pengukur jarak larinya sudah menunjuk ke arah angka dua. Ini berarti sudah hampir dua kilometer Dara berlari. Dirasa sudah cukup untuk latihan pertama Dara pun memilih untuk singgah di sebuah taman kecil yang asri. Sembari meluruskan kakinya Dara merebahkan tubuh penuh keringatnya di atas rumput hijau.
Ritual memandangi langit pun kembali Dara lakukan. Suara kicauan burung yang sesekali terdengar pun menyempurnakan situasi. Hingga akhirnya ada suara lain yang ikut menyusup di telinga Dara.
Duk. Duk. Duk.
Suara bola basket yang menyentuh tanah pun kini menyita perhatian Dara. Ia pun menoleh ke arah sebuah lapangan kecil di sudut taman dengan sebuah ring basket yang terlihat sudah berkarat.
Seorang lelaki yang diperkirakan Dara sebaya dengannya tengah asik memainkan bola basketnya sendirian. Untuk beberapa saat Dara terus memerhatikan lelaki itu.
Kaya pernah liat, tapi di mana?
Sembari mengingat, Dara memilih beranjak dan berniat mendekat ke arah lelaki itu. Namun sayang sesaat Dara menepuk-nepuk celana yang ditempeli banyak rumput kering, seketika lelaki itu pun menghilang. Entah kenapa ada sedikit perasaan kecewa karena tak dapat menyapa lelaki itu.
Dara memutuskan segera kembali ke rumah sebelum pikirannya mengenai lelaki itu semakin mengganggunya.
🔜🔜🔜🔜🔜
Lavv,
Nun
08/01/2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top