» Rahasia

🍑🍎🍑

"Lo pake pelet khusus berandal, ya?"

⛄⛄💧

Navy memandangku dengan wajah datar.

"Dibilang, aku nggak pake apa-apa. Dia kepincut karena kelemah-lembutan aku."

Tangan Navy terjulur, menggoyangkan kepalaku ke kanan dan kiri seperti membetulkan sesuatu. Seperti ada bagian dari otakku yang tak berada pada tempatnya.

"Oh."

"Kenapa?" Keningku berkerut begitu Navy menarik tangannya sambil manggut-manggut.

"Lupa. Lo emang rada gesrek."

Bibirku manyun. "Itu kenyataan. Navy aja yang nggak pernah sadar sama pesonaku."

Dia mendengus.

Tatapan itu! Tatapan merendahkan! Tapi ketika kakiku hendak mengeluarkan jurus mautnya, Navy mengelak. Aku hampir tersungkur kalau-kalau telapak cowok itu tak menangkap wajahku.

Aku penginnya ditangkep ala princess gitu! Tapi kenapa mukaku malah diremes macem adonan kue sama Navy?!

"Shakhit," erangku di sela jemarinya.

"Janji sama gue. Lo bakal abaikan dia."

Aku menggeleng.

Navy merekatkan jarak kami. Parkiran motor sudah sepi, aku nggak punya harapan meminta pertolongan orang.

"Janji."

Aku mengangkat wajah, menatap diantara sela jari Navy. "Kasihtau dulu alasannya. Baru aku mau nurut."

Navy masih bungkam.

"Ngomong atau kujilat."

Kening cowok itu berkerut.

"Oke kalo kamu nggak mau."

Aku menggerakkan bibir, mencari celah agar lidahku terjulur. Perlahan-lahan, kujilat telapak tangan cowok itu.

Navy melotot kaget. Bukan hanya tangannya yang menjauh, tubuhnya pun mundur beberapa langkah. Dia menatapku tak percaya.

Tapi, wajahnya merona.

Super langka.

Aku nyengir lebar. "Eh? Navy kenapa?"

"Ishhh. Jorok."

👕👕👖

Tiba di daerah rumah kami, Navy mengerem mendadak. Laju motornya berbalik menjauhi rumah kami.

"Kenapa eh? Aku mau cepet pulang! Cokelat di kulkas hari ini kadaluarsa!"

Kupukul punggung Navy berulang kali, berharap dia mau mendengarkan. Dia malah meningkatkan kecepatan motornya.

"Serah, Navy, serah...."

Belum sampai lima menit motor Navy melaju, lagi-lagi dia mengerem mendadak. Jelas saja, mukaku langsung tabrakan dengan punggung dia.

"Astaga Navy! Kamu mau bikin idungku tambah mancung ke dalem, ya?!" sungutku kesal, sembari mengusap pangkal hidung. Sakit! Ini punggung apa tembok?!

Tiba-tiba tangan Navy terjulur ke belakang. Menghentikan serangan dadakan dari kepalan tanganku.

"Mau lo apa?" Navy bersuara, lantang.

Keningku berkerut. "Pulang, makan cokelat."

"Gue tau lo bukan orang bego. Pergi sekarang atau gue hancurin motor norak lo itu."

Oke. Ternyata aku ngomong sama angin.

"Navy ngomong sama siapa, sih? Nggak usah ngurat gitu, dong. Mending kita makan bakso urat aja."

Aku melongok dari pundak Navy dan terkejut mendapati Falu memblokir jalan kami. Dia mau apa, sih? Jalanan kan, masih lebar. Kayak emak-emak naik motor aja, jalan serasa milik sendiri.

Seketika, pandangan setajam silet Falu berganti selembut kapas saat mata kami bertemu. Dia tersenyum.

"Hai, Ciandika. Suka sama mawarnya?"

"Aku sukanya bunga bank!" balasku kilat, melet.

Falu ngakak. "Besok gue bawain bank-nya sekalian deh!"

Navy menoleh, tatapan sadisnya bikin aku meleleh. Eh. Salah. Tatapan itu jenis yang menyuruhku untuk diam, mengabaikan orang di hadapan kami.

"Oke kalo Navy nggak mau makan bakso urat! Sana, adu urat sama Falu sampe jadi bakso!"

Aku ngomong apa? Kenapa omonganku berantakan?

Cemberut, aku mengembalikan pandanganku ke punggung keras Navy. Membiarkan mereka saling mengungkapkan rindu dengan cara yang hanya mereka pahami.

Tapi, tak ada pembicaraan apapun.

Navy melaju, melewati Falu yang meneriakkan namaku sambil melambai semangat. Senyum terukir di bibirnya hingga aku sadar ada yang tak beres dengan senyum itu.

"Nav, Falu mau pamer ya kalo dia abis makan?"

"Hah, apaan?"

"Itu, aku liat ada makanan nyempil di giginya."

Navy tak menjawab, tapi pundaknya bergetar. Dia menahan tawanya. Lalu, tak berapa kemudian, kami tiba di suatu pemakaman umum.

"Nav, aku tau kamu nggak suka sama Falu. Tapi, jangan sampe main dukun-dukunan gini dong."

Navy menoleh, wajahnya datar.

"Yaaa, kamu gaperlu ambil tanah kuburan buat nyantet dia. Mending kalian adu jotos aja daripada berantem via makhluk gaib kayak gini."

"Otak lo ketinggalan di mana?"

Aku cemberut. "Jahat!"

"Ayo, masuk. Gue mau kasihtau lo sesuatu tentang dia."

Dia? Falu? Jangan bilang... kalo Falu adalah arwah jahat?

"Jangan mikir yang aneh-aneh."

Aku terkekeh. "Navy kayak dukun, tau aja."

"Dia pernah membunuh seseorang."

💄👒💄

"Gue curiga di mata Cian tuh ada bintangnya. Bersinar banget deh tiap kali gue liat. Kesel."

Navy, 17 tahun.
Heran seheran-herannya kenapa bisa cinta mati sama cewek gesrek macem Cian.
.

🔮🔭🔮

Maaf sebesar-besarnyaaaa baru bisa update. Bukan melupakan Cian, Navy, Palu, serta readers tertjintaah, tapi belakangan selalu tepar sepulang kerja 😿😿 Mana sabtu dan minggu suka masuk juga huhu. Semoga kalian masih mau membacaaa dan tetep sukaaa sama kaCian, Napi, dan Palu. Makasih yang masih menunggu 💞
31.03.2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top