🌵🌲🌵

"Buang kucingnya. Sekarang."

🐧🐨🐧

Mama menyuruhku memberikan kue pada Tante Yulia, Mama dari Navy. Benar, cowok itu adalah tetanggaku sejak kecil. Selama kepindahan, rumah kami dikontrakkan.

Aku sudah memencet bel, berharap bukan Navy yang membukakan pintu.

Tapi, tubuh bertelanjang dada itu yang muncul di hadapanku. Dia mengalungi handuk putih. Sepertinya, habis mandi.

"Malam, Nav," sapaku, yang dibalas kebisuan.

Mataku jelalatan ke mana-mana. Takut Navy tahu kalau badannya itu bikin aku ngiler. Demi Tuhan, badannya dia cakep banget. Kekar. Tapi bukan kekar kayak Agung Hercules atau Ade Rai.

Pokoknya di mataku itu pas.

Bikin aku nggak tahan pengin grepe-grepe.

"Ini Nav," gumamku seraya menyerahkan sekotak brownies. "Mama baru banget bikin, jadi masih anget."

Setelah kue tersebut di tangan kanan Navy, cowok menggoyangkan tangan kirinya.

Spontan, aku mengambil jemarinya.

"Ngapa lo pegang-pegang?" sahutnya judes.

Sumpah, Navy bicaranya memang sadis. Tapi sebenarnya dia baik.

"Loh, kirain mau salaman?" tanyaku polos.

Navy melepas tautan tangan kami lalu geleng-geleng tak percaya. "Pulang. Gue nyuruh lo pulang."

Aku cemberut. "Diusir."

"Sana pergi. Gue kedinginan depan pintu."

"Tuh tau kalau hari ini lagi dingin. Tadi aku disiram air tapi pas pulang dikasih jaket. Maksudnya apa tuh?" Aku bingung dengan tingkah Navy.

Navy bersedekap. "Mana jaketnya?"

"Aku nggak bawa."

"Gue ngasih karena minta dicuciin. Pokoknya besok harus dibalikin."

Tap. Pintu tertutup.

Aku menendang daun pintu dengan sebal.

"Dasar Navy jahat!"

Tiba-tiba, pintu terbuka lagi.

"Pulang atau gue suruh cabutin rumput besok pagi?" ancamnya.

"Iya. Aku pulang."

🍫

"Cian itu lupa apa gimana deh? Udah tau gue nggak suka sama kucing, dia segala pegang-pegang! Jauh-jauh dari Cian lo, Cing! Ngotorin dia aja."

Navy, 17 tahun.
Pecinta cokelat dan Cian.

🐱🐈🐱

P.S : yang dibold belum pasti nyambung sama part ini ya. Bisa jadi itu hanya sekedar informasi tambahan ^^