True Identity

"Momo, kau itu... bukan manusia, 'kan?"

○●○●○●

Pertanyaan yang keluar dari mulut [Name] tersebut sontak membuat Momotaro membeku di tempat.

"Apa maksudmu? Tentu saja aku ini manusia." Pemuda itu berusaha menjawab dengan tenang agar [Name] percaya padanya.

Akan tetapi, [Name] bukanlah tipe gadis yang bisa dengan mudah dikecoh. Ia masih menaruh curiga pada Momotaro. Matanya menatap pemuda itu lekat-lekat, menilainya dari atas sampai bawah.

"Jangan menatapku seperti itu," kata Momotaro yang sedikit risih akibat ditatap, "Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu, [Name]?"

Gadis itu menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah Momotaro.

"Karena kau berbeda dari yang lain."

"Huh?"

Momotaro tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutannya kini setelah mendengar jawaban [Name] barusan.

'Apa maksudnya dengan berbeda? Apa penampilanku kurang mirip dengan manusia?'

Batin pemuda itu panik. Jika [Name] sadar bahwa dia adalah penyihir, maka dirinya akan dinyatakan tidak lulus dan harus mengulang lagi di tahun berikutnya. Membayangkan kemungkinan tersebut membuat Momotaro mulai berkeringat dingin, khawatir akan situasinya kini.

"Kau tahu, Momo? Aku adalah roh yang berada di antara kehidupan dan kematian. Aku tidak mati, tapi tidak hidup juga." [Name] berkata seraya menatap raganya yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, "Karena itu, aku bisa membedakan mana yang hidup dan mana yang mati. Kau tahu bagaimana caranya aku membedakan mereka?"

Gadis itu sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat respon balasan dari Momotaro. Pemuda itu awalnya hanya diam saja, tapi tak lama kemudian ia menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Dengan halo," jawab [Name] dengan suara yang cukup kecil.

"Aku bisa membedakan mana yang hidup dan mana yang mati dengan melihat halo yang ada di atas kepala mereka. Jika halo-nya bersinar, maka dia masih hidup. Tapi jika halo-nya tak bersinar, maka itu berarti dia sudah mati," jelasnya kepada Momotaro.

"Tapi Momo, kau berbeda. Karena kau... tak memiliki halo di atas kepalamu."

Momotaro berusaha menelan ludahnya dengan susah payah. Ia tak pernah menduga kalau situasinya akan berubah menjadi seperti ini.

"Hei, Momo. Sebenarnya... apa yang kau sembunyikan dariku?"

Sekali lagi, [Name] menanyakan sebuah pertanyaan yang tak pernah Momotaro duga sebelumnya. Tatapan mata gadis itu serius, menunjukkan bahwa ia sangat ingin tahu jawaban dari pertanyaannya barusan. Tapi Momotaro tetap keras kepala dan memilih untuk diam saja.

Selama beberapa saat, kedua saling beradu tatap. Tak ada yang mau mengalah, hingga akhirnya...

"Hah... baiklah, aku menyerah."

... Momotaro memutuskan untuk menyerah dan menceritakan semuanya kepada [Name]. Ia tahu tindakannya ini akan merugikan dirinya sendiri -cepat atau lambat- tapi jika tindakannya itu bisa membuat [Name] senang, maka Momotaro tak akan menyesalinya sama sekali.

*****

"... dan itulah yang terjadi."

Momotaro menceritakan semuanya kepada [Name], mulai dari identitasnya sebagai penyihir, alasannya ke dunia manusia, hingga akibat yang nantinya akan ia terima karena telah menceritakan semua itu kepada manusia.

"Tunggu dulu! Kenapa kau justru menceritakan semua ini padaku?" [Name] bertanya keheranan.

"Karena kau bertanya padaku," jawab Momotaro cepat dengan ekspresi wajah yang datar.

"Bukan itu masalahnya!" Seru [Name], "Bagaimana kalau nanti kau dihukum? Bagaimana kalau nanti kau dinyatakan tak lulus? Bagaimana kalau parahnya, kau dikeluarkan dari akademimu?!"

Gadis itu menyuarakan segala kemungkinan yang ada dalam kepalanya, membuat Momotaro yang mendengarnya jadi tercengang. Padahal dia sendiri tak memikirkan akibat dari tindakannya ini sampai jauh seperti [Name].

"Kkh... ini semua salahku. Harusnya tadi itu aku diam saja dan langsung masuk kembali ke dalam ragaku tanpa perlu banyak tanya lagi...." [Name] mengerang pelan seraya melayang dengan malasnya.

Momotaro yang melihat sikap [Name] -yang menurutnya menggemaskan itu- pun hanya bisa terkekeh pelan. Kenapa gadis itu harus panik? Padahal Momotaro yang nanti akan menerima akibat atas perbuatannya justru tampak santai-santai saja.

"Momo, kenapa kau tetap memberitahukan semua ini padaku meski kau tahu akan akibatnya?" [Name] sekali lagi bertanya.

Momotaro mengerjapkan matanya selama beberapa kali, kemudian tersenyum tipis dan berkata,

"Karena..."

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top