The End Of Everything
"Karena..."
○●○●○●
"... aku akan mengakhiri semua ini."
Mata [Name] membulat mendengar perkataan yang keluar dari mulut Momotaro. Ia tak tahu bagaimana harus merespon. Bukankah ujian ini sangat penting bagi Momotaro? Lantas, mengapa dia ingin mengakhirinya begitu saja?
"T-tunggu dulu, Momo. Aku tak mengerti apa yang kau bicara-"
"Kau tak perlu mengerti." Momotaro memotong perkataan [Name]. Tatapan mata pemuda itu tajam, tapi ada sebuah kelembutan terpancar di sana. [Name] dapat merasakan itu.
Tiba-tiba saja, Momotaro meraih tangan pucat milik [Name] dan menempelkan punggung tangan gadis itu pada keningnya.
"Untuk kali ini saja... tolong percayalah padaku."
Suara Momotaro terdengar sangat kecil, tapi [Name] masih dapat mendengarnya. Mulut gadis itu terbuka, hendak mengucapkan sesuatu. Tapi apa yang ingin ia katakan tertahan di tenggorokan kala Momotaro menadahkan kepalanya untuk menatap [Name], mempertemukan manik dwiwarna miliknya dengan manik [Eye Color] milik si gadis.
Senyum tipis perlahan mulai terbentuk pada bibir si pemuda seraya tangan kanannya terulur untuk menutup kedua mata [Name].
"Sisanya biar aku yang urus."
Setelah berkata seperti itu, [Name] dapat mendengar suara Momotaro yang tengah menggumamkan sesuatu dengan bahasa asing yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Kepala gadis itu mendadak merasa p. Semua ingatannya tentang Momotaro perlahan-lahan mulai hilang, seolah semua itu tak pernah terjadi sebelumnya. Dan tanpa [Name] sadari, semuanya menggelap.
*****
"Haah... haah... haah..."
Momotaro berusaha mengontrol napasnya yang memburu dengan susah payah. Semua energi sihirnya sudah terkuras habis untuk menghapus ingatan [Name]. Badannya bergetar hebat, tapi ia memaksakan dirinya untuk tetap berdiri.
Mata pemuda itu pun beralih ke arah roh [Name] yang kini sudah tak sadarkan diri. Ia tersenyum pahit kala mengingat apa yang telah ia lakukan barusan kepada gadis itu. Tawa pahit keluar dari mulutnya. Momotaro menertawai dirinya. Lebih tepatnya, menertawai kebodohannya.
Sekarang semuanya sudah berakhir. Bagi Momotaro.
Identitasnya sebagai penyihir sudah terbongkar. Ia gagal menyelesaikan ujiannya. Semua usahanya sejauh ini menjadi sia-sia.
"Dasar bodoh..." Momotaro bergumam pelan seraya menutupi matanya menggunakan punggung tangan.
Jika saja tadi ia berbohong kepada [Name] dan tidak membeberkan identitasnya, mungkin saja semuanya tak akan berakhir seperti ini. Benar, harusnya tadi itu ia berbohong saja. Tapi kenapa...
... kenapa ia malah mengatakan semuanya kepada gadis itu?
Padahal mereka baru saja bertemu beberapa saat yang lalu di taman. Dan juga, gadis itu adalah sebuah Lost... Soul...
Tidak, gadis itu bukanlah sebuah Lost Soul. [Name] adalah seorang manusia. [Name] adalah pasangannya untuk ujian kali ini!
Meskipun Momotaro telah gagal melaksanakan ujiannya, tapi setidaknya...
... tapi setidaknya, ia ingin berhasil menolong [Name]!
Benar, walau semuanya sudah berakhir bagi Momotaro, tapi ini belum berakhir bagi [Name]. Gadis itu masih bisa kembali ke raganya.
Dengan susah payah, Momotaro melangkah mendekati roh [Name], menggendongnya, dan meletakkannya di ranjang rumah sakit, tepat di samping raga gadis tersebut. Dan pada saat itu, seberkas cahaya putih langsung memancar keluar dari raga si gadis.
Terkejut, Momotaro pun spontan melangkah mundur dan menutup matanya. Perlahan, cahaya putih tersebut mulai meredup. Begitu Momotaro membuka matanya, roh [Name] sudah tak ada lagi di tempat ia membaringkannya tadi. Yang tersisa hanyalah raganya saja. Tampaknya, [Name] berhasil masuk kembali ke raganya.
"Syukurlah..." Ia bergumam pelan seraya berjalan mendekati [Name] dan mengelus lembut pipi gadis itu, "Keinginanmu kini telah terkabul."
'Kau tak akan memerlukanku lagi.' Momotaro berbatin sambil tersenyum pahit.
Ia menarik tangannya dari pipi [Name] lalu berjalan keluar dari kamar tempat gadis itu dirawat.
"Haah..."
Begitu dia keluar dari kamar inap [Name], Momotaro langsung menghela napas panjang dan bersandar pada pintu kamar inap. Ia lantas mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit rumah sakit yang berwarna putih.
Semua ingatan [Name] tentang dirinya kini sudah tak ada lagi. Gadis itu sudah melupakan Momotaro. Namun, Momotaro akan terus mengingat [Name].
Sebab gadis itu... adalah manusia pertama yang ia tolong.
Ia menolong [Name] bukan karena gadis itu adalah manusia pasangannya untuk ujian kelulusan ini, melainkan karena ia tulus ingin membantu gadis itu.
'Walau ia tak mengingatku lagi, aku ingin terus mengawasinya dan menjaganya dari kejauhan,'
Mengingat hal tersebut, tanpa sadar bibir Momotaro membentuk sebuah senyum tipis. Ia terkekeh pelan, kemudian berjalan pergi menjauhi kamar inap [Name].
"Sekarang, bagaimana caranya aku kembali ke Negri Penyihir?" Momotaro bertanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja, gelang batu ruby yang ia kenakan mengeluarkan cahaya merah terang. Cahaya itu memancar keluar mengelilingi seluruh tubuh Momotaro.
"Apa yang-"
Kejadian itu terjadi dengan sangat cepat.
Cahaya merah tadi mendadak bersinar sangat terang. Dan dalam sekejap mata, tubuh Momotaro langsung menghilang tanpa menyisakan jejak sama sekali.
To Be Continue...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top