[ORION] 22 | for Christ's sake!
[AUTHOR]
Esoknya...
Sagi memeriksa lacinya dengan panik. Dikeluarkannya semua isi laci kemudian menelitinya satu persatu.
"Ahh, kenapa gak ada?!"
Ia menggeram dan mengulangi aktifitasnya tadi, kali ini semua buku-buku itu ia naikkan keatas meja kemudian kembali diperhatikannya satu persatu. Tetap tidak ada! bagaimana ini?
"Ngapain lo? Rajin amat bersih-bersih laci, laci gue sekalian bisa gak?"
Sagi mendongak dan menemukan Orion yang baru kembali dari kantin.
"Kamusku, kamusku gak ada."
"Wahh, mampus lo! Ini kan jamnya Maam Ria, mana kita bakal ulangan."
"Gak usah kamu kasih tau aku juga udah tau!" iyalah, kan Sagi sendiri yang memberitahu Orion semalam. "Kamu sendiri, emang kamu inget buat bawa?"
"Iya dong! Orion gitu loh..."
Sagi mendesis kearah Orion lalu menatap buku-bukunya yang berserakan diatas meja. Kemana sebenarnya kamusnya? Masa hilang?
"Orion, gimana dongg?"
"Lah, kok nanya gue? Itu kan masalah lo, gue mah aman."
Bahu Sagi merosot sampai kemudian sebuah ide terlintas di otaknya. Mungkin saja Edo punya kamus di lacinya!
Sagi baru saja ingin berdiri ketika dari pintu kelas, Maam Ria masuk dengan langkah tegasnya sambil membawa absen dan kertas ulangan ditangan. Niatnya terurung seketika itu juga dan ia langsung terduduk dengan kaku di tempatnya.
Semoga kamus gak diperiksa, semoga kamus gak diperiksa! doanya dalam hati.
"Hari ini kita ulangan. Yang tidak memiliki kamus, nol dan pintu terbuka dengan lebar untuk you."
Dewi Fortuna tidak menyukai Sagi.
Siswa-siswa lain mulai sibuk mengeluarkan kamus mereka dan memposisikannya dengan rapi diatas meja. Sedangkan Sagi tetap duduk dengan kaku, jantungnya berdegup hebat sambil matanya berusaha menghindari kontak mata dengan Maam Ria.
"Kalau ada yang tidak membawa kamus, lebih baik you keluar sendiri dibanding nanti I periksa dan tahu bahwa you berusaha sembunyi, punishment-nya akan lebih berat."
Sagi semakin menegang, riwatnya sepertinya benar-benar akan tamat. Tapi kalau ia tetap disini dan kedapatan tidak memiliki kamus, bukan lagi tamat tapi dia akan mati digelinding Maam Ria saat itu juga.
Colek, colek.
Tubuh Sagi sedikit terlonjak ketika Nia, teman dibelakang bangkunya, mencolek punggungnya dengan cepat. "Gi, kamus lo nih."
KAMUS?! Riuh bahagia seketika memenuhi hati Sagi.
"Jadi kamus gue lo yang simpen?" tanya Sagi dengan lega berbalik pada Nia diam-diam.
"Bukan gue, Dino tadi oper, katanya dari si anak baru."
"Anak baru? Orion?"
"Siapa lagi?
"Enggak, gak mungkin dari Orion. Kalo Orion tau gue bakal dihukum, bukannya bantuin gue dia malah bakal bantuin rekam dan videonya dia putar di semua bioskop yang ada sambil ketawa-tawa. Bilang aja, ini dari lo, kan?"
"Dih, ngomong apa sih? Udah sana lo balik lagi, tuh Maam Ria udah mau bagiin kertas ulangannya."
Sagi kemudian membalikkan badannya dengan cepat. Matanya menatap kamus ditangannya. Ini memang bukan kamusnya yang ia simpan di laci, ini kamus...
Ini kamus yang ia berikan pada Orion kemarin malam!
Sagi membuka kamus itu dengan cepat, mungkin hanya sampulnya yang berbeda. Tapi ketika membuka halaman pertama ia mendapati beberapa coretan cakar ayam yang salah satunya membuat ia yakin kamus itu benar-benar dari Orion.
'sagi jelek lupa bawa buku, orion ganteng memang panutanqu'
Itu memang Orion karena tidak ada orang yang lebih menjengkelkan di muka bumi ini selain dia.
"Jadi siapa yang tidak membawa kamus?"
"Saya, Maam."
Mata Sagi membulat ketika mendengar suara yang menyahut pertanyaan Maam Ria adalah Orion. Dengan cepat ia berbalik dan menemukan Orion yang kini mengacungkan tangan dengan santai. Mata Orion melirik Sagi dan mengedipkan satu matanya dengan bibir yang tertarik membentuk senyum miring.
Kenapa Orion memberinya kamus sedangkan ia ternyata tidak punya yang lain? Sagi pikir itu karena Orion punya pinjaman kamus lain makanya memberikan kamus Sagi kembali.
"Oke, terus you tunggu apa lagi? Keluar sekarang!"
"Saya mau bertanya dulu, Maam."
"You bukan bagian dari kelas ini jadi you gak punya hak untuk bertanya. Sorry, but you should leave!"
"Kenapa kalo gak bawa kamus gak boleh ikut ulangan? Bukannya itu resiko saya sendiri yang gak bisa cari terjemahan di kamusnya?"
Orion... kamu bikin ini tambah runyam! Sagi memekik dalam hati.
Ekspresi maam Ria kini berubah semakin tidak bersahabat. "Ini kelas I jadi yang dipakai adalah aturan I. Kalau you gak suka, I gak memaksa you untuk masuk minggu-minggu selanjutnya!"
"Baik, satu lagi, Maam. Bukannya minggu kemarin baru Porseni dan sebelumnya udah mid, kenapa sekarang ulangan lagi? Kita bukan robot, loh."
Wajah Maam Ria yang putih pucat saat ini mulai memerah, matanya yang coklat menatap tajam pada Orion di belakang kelas. Seluruh kelas bungkam saat itu juga, ikut merasakan ketegangan yang dihasilkan perbuatan tanpa pikir panjang Orion.
"Kalau you tidak suka, you bisa pergi! I tidak keberatan untuk mencoret nama you saat ini juga. Sekarang, you pergi atau I yang pergi dan nilai you-you semua akan NOL!!!"
Semuanya menahan napas sejenak dan kompak menoleh pada Orion dengan berbagai tatapan. Orion sendiri, mendengar ancaman tadi, malah mengekeh kecil. Ia kemudian berdiri dari tempat duduknya. "Oke, I akan go, you bisa stay!"
ORION!!!! ITU NAMANYA MENGEJEK ORANG TUA!!! Sekali lagi Sagi memekik dalam hati.
"Siapa nama you, hah?!! YOU BISA-"
"MAAM, MAAF, INI SALAH SAYA!!"
Butuh beberapa detik untuk Sagu memastikan kalau acungan tangan dan suara pekikan refleks tadi memang benar berasal dari dirinya. Sepertinya ia tidak sadar melakukannya karena tidak mau Orion terlibat masalah lebih jauh lagi.
Semua tatapan kini mengarah pada Sagi, termasuk Maam Ria. Itu membuat Sagi menutup matanya rapat-rapat dengan ketakutan.
"Sagitaryl?" kata Maam Ria sedikit tidak percaya. "Bisa you jelaskan maksud dari perkataan you tadi?"
Glekk.
Sagi menelan ludahnya dengan susah payah. Ia mengangkat kepalanya dan membuka matanya. Kalau sudah begini ia tidak bisa mundur lagi kan?
"Emm, maaf, maam. Se-sebenarnya saya tidak membawa kamus dan siswa dibelakang meminjamkan kamusnya pada saya. Ja-jadi kalau ada yang harus dikeluarkan, orangnya saya, maam."
Sagi menggigiti bibir bawahnya dengan keras. Ia telah benar-benar menghancurkan record siswi baik-baiknya di mata Maam Ria selama ini.
◐◐◐
Sagi berakhir diharuskan berdiri di tengah lapangan, menghadap tiang bendera dengan tangan di pelipis kepala. Aksi sok heroiknya tadi untuk menyelamatkan sang penyelamatnya berakhir seperti ini. Dan apakah akhirnya Orion bisa ia selamatkan?
Jawabannya bisa dilihat dari keadaan Orion saat ini. Cowok itu sedang berdiri disamping Sagi dengan posisi yang sama dengan Sagi. Ya, mereka berdua akhirnya dihukum bersama.
Sagi tahu dirinya bodoh, Orion juga.
"Hehh..." untuk kesekian kalinya, Sagi menghela napas.
"Gak usah nyesal, ini salah lo sendiri juga. Sok ngasih gue kamus semalem tapi sendirinya gak ada. Malah sok-sokan ngelindungin lagi."
Sagi mendelik pada Orion yang kini menurunkan tangannya dan meregangkan badan.
"You yang laki-laki, tangan di pelipis!"
Orion mendesis mendengar teguran Maam Ria dari lantai dua, tangannya kembali ke tempat semula. "Bacot, perawan tua dasar!"
Mendengar itu, tawa kecil Sagi berhasil lolos. Wajah Orion saat ini benar-benar terlihat sangat ogah.
"Kamu kenapa sih malah minjemin aku kamus kalo gak suka dihukum gini?"
"Terus lo kenapa malah unjuk tangan kalo tau bakal berakhir kayak gini?"
"Ya aku refleks biar kamu gak diamuk Maam Ria."
"Nah, udah taukan?"
"Maksud kamu?"
Orion menghela napas keras. Ia kemudian memutar badannya jadi menghadap kearah Sagi, masih dengan tangannya dipelipis. Sagi sendiri hanya memutar kepala dan mendongak, mereka saling bertatapan.
"Segak sukanya gue dihukum, gue lebih gak suka lo yang kena hukum."
Orion bukanlah tipe cowok yang suka mengatakan hal manis seperti itu. Sagi terpaku dengan kata-kata Orion dalam beberapa detik sampai ketika Orion nampak bergidik dengan wajah jijik.
"Hihh, anjir, jijik banget gue dengernya sendiri. Itu orang-orang romantis di film kok bisa sih ngomong hal menjijikkan kayak gini, kalo gue mah udah muntah kali, hiihh."
Mata Sagi mendatar. Harusnya ia sudah tahu kalau Orion sedang bercanda.
"Orion, aku serius! Ih!"
"Dih, jangan serius-serius, kita gak pacaran."
Wajah Sagi semakin mendatar dan dengan cepat ia mencubit pinggang Orion dengan tangan kiri. "Becanda mulu, becanda mulu!"
Orion malah terkekeh dan kemudian berkata, "Lo mau gue serius? Yaudah, yok pacaran lagi. Gue jamin gue serius sampe kita putus."
Mata Sagi membulat dan tangannya kembail mencubit pinggang Orion, kali ini lebih keras sampai cowok itu meringis minta ampun.
"YOU BERDUA SEDANG APA? HORMAT DENGAN BENAR!"
Sagi refleks menegakkan badan dan memperbaiki posisi hormatnya tapi Orion tetap berdiri di posisinya semula, posisi badan yang menghadap kearah Sagi.
"Orion, balik ke tiang bendera! Maam Ria udah marah tuh."
"Jadi lo mau gak?"
"Mau apa??" Kepala Sagi menoleh sedikit-sedikit dengan mata yang melirik. Tidak berani mengubah posisinya walaupun sebenarnya badan Orion menutupi badan kecilnya dari pandangan Maam Ria.
"Pacaran lagi."
"Ih! Orion, ini bukan waktunya becanda. Balik hormat lagi atau hukuman kita nambah."
"Gue gak becanda."
"Orion!!"
Orion mendengus kemudian langsung menurunkan hormatan tangannya. Badannya ia balikkan dengan cepat dan mulai berjalan menjauh.
"Eh, Orion? Orion mau kemana kamu hukumannya belum selesai?"
"HEY, YOU YANG LAKI-LAKI, YOU MAU KEMANA? KEMBALI SEKARANG!!"
Mampus!
Kepala Sagi refleks menoleh kearah Orion dengan panik dan menemukan cowok itu yang kini sudah berhenti berjalan. Sagi menghela napas lega, bersyukur teriakan Maam Ria tadi berhasil membuat Orion tersadar.
Orion memutar badannya menghadap kearah Sagi dan Maam Ria di balkon lantai dua. Kepalanya menengadah ke lantai atas.
"You, kembali hormat sekarang atau hukuman you ditambah?!" suara Maam Ria kembali terdengar mengancam.
Orion untuk beberapa saat masih setia di tempatnya. Sedetik kemudian seringai miring nampak di bibirnya yang langsung membuat Sagi kembali panik. Setiap Orion akan melakukan sesuatu yang kurang ajar, itu selalu diawali dengan seringai aneh tersebut.
"Orion kamu janga..."
Kata-kata Sagi terhenti ketika tangan Orion dengan cepat bergerak mengacung kedepan. Semua jarinya terkepal kecuali jari tengah dan jempolnya, mengarahkan tanda terkutuk itu tepat kearah Maam Ria yang sedang berdiri menatap melotot kearahnya.
"Mind your own business, old woman!"
Kata-kata itu diteriakkan Orion dengan lancarnya sebelum kemudian menurunkan tangan, berbalik badan dan berlalu pergi. Berbagai teriakan amarah dilontarkan Maam Ria pada Orion namun cowok itu tetap terkesan tidak peduli dan hanya pergi dengan santainya.
Sagi menatap punggung Orion yang semakin menjauh.
"Orion..."
"Orion, kamu mau kemana??"
"Orion!!!"
to be continued...
Thanks buat semuanya yang udah vote dan comment di chapter chapter sebelumnyaa
Love you guys three billion💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top