[ORION] 10 | make a scene

Minggu mid semester telah tiba. Untuk sebagian siswa ini adalah minggu yang penting karena bisa berpengaruh dengan nilai rapor mereka nantinya. Untuk sebagian yang lainnya menganggap ini tidak sepenting itu, toh mereka bisa remedial atau kalau nilai mereka tetap jelek, masih ada ulangan semester dimana mereka bisa memperbaikinya.

Seperti mid-mid sebelumnya, setiap ruangan ulangan adalah gabungan siswa dari berbagai kelas, disatukan disana dengan harapan mereka tidak akan melakukan kecurangan karena teman seruangan mereka yang tidak terlalu mereka kenal. Dan secara kebetulan pun, Sagi, Edo dan Orion berada di satu ruangan yang sama. Bel sudah berdering sekitar 1 menit yang lalu namun Orion belum juga menampakkan batang hidungnya disana membuat Sagi terus menatap pada bangku kosong tempat Orion seharusnya duduk.

“Sagi? Sagi?” Sagi menoleh kedepan, kearah Edo yang baru saja memanggilnya. “Pengawas sudah masuk.” Beritahu Edo membuat Sagi melihat kedepan dan benar saja Pak Anton sudah ada didepan kelas.

“Do, kamu sakit?” tanya Sagi sebelum Edo berbalik kembali kedepan. Edo meresponsnya hanya dengan senyum kecil seakan memberitahu Sagi untuk tidak khawatir.

Sampai 10 menit setelah kertas ulangan mereka dibagikan, Orion baru muncul didepan pintu dengan wajah santai. Sagi yang melihatnya melenguh lega namun juga sedikit kesal melihat bagaimana santainya Orion berjalan masuk kedalam kelas. Sedang Pak Anton yang melihatnya menggeleng-gelengkan kepalanya namun tidak berkomentar akan hal tersebut.

Sekitar 30 menit semenjak dimulai, Pak Anton memutuskan berjalan mengeliling kelas sambil tangannya memegang penggaris kayu panjang, melihat ke kiri kanannya selagi ia berjalan pelan melewati barisan demi barisan.

Pakkk!!

Seisi kelas terpenjat dengan suara pertemuan antara penggaris dan meja kayu tersebut. Sontak kepala mereka berbalik mencari sumber suara dan disanalah Pak Anton sedang berdiri, dibarisan bangku paling belakang, ujung penggarisnya berada diatas meja siswa tersebut. “Kamu! Berdiri sekarang juga!”

Pandangan Sagi terpaku melihat tubuh tinggi menjulang itu berdiri dari duduknya. Itu Orion yang mengikuti perintah Pak Anton untuk berdiri dengan wajah datarnya yang terkesan sedang kesal. Apa lelaki itu ketahuan menyontek? Orion sudah berdiri dan kini menatap tidak suka pada Pak Anton, “Ada apa ya, pak?”

“Ada apa?” Pakkk. Sekali lagi Pak Anton memukul meja kayu dengan penggarisnya. “Kamu kedapatan tidur oleh saya dan kamu masih bertanya ada apa?” Marahnya dengan keras, Orion diam, tidak takut l, pun tidak senang diperlakukan seperti ini. “Kamu kenapa tidur ditengah ujian? Memang kamu sudah selesai, hah?”

“Belum.”

“Belum dan kamu malah tidur? Apa kamu sadar apa yang sudah kamu katakan dan lakukan hah?” Pak Anton semakin marah, ia menatap Orion dengan pandangan tidak habis pikir, “Sekarang kamu duduk, kerjakan soal kamu. Awas sampai saya melihat kamu tidur lagi!” Kata Pak Anton menatap dengan tatapan peringatan sebelum akhirnya membalik badannya dan berniat kembali kedepan kelas.

“Saya sudah menjawab semua yang saya tahu.” Suara Orion yang masih berdiri menghentikan langkah Pak Anton dan semakin membuat suasana tegang di kelas tersebut, “Kami gak diperbolehkan mengumpul sebelum waktunya habis, daripada saya berusaha menyontek bukannya lebih bagus kalau saya tidur saja?”

Pak Anton berbalik kembali pada Orion dengan wajah marahnya yang sangat nampak. “Apa kamu bilang?!”

“Saya gak berniat menyusahkan diri dengan menjawab pertanyaan yang gak saya tahu. Setidaknya saya tidur, gak mengganggu siapapun. Atau, mungkin bapak lebih menganjurkan saya tetap sadar dan menyontek?”

“Kamu berani menantang saya?! Hah?!!”

“Kalau saya sedang menantang, bapak sudah dapat tonjokan dari saya.”

PAAKKKKK!!! Pak Anton memukul meja terdekat darinya kali ini dengan kekuatan penuh, penggaris itu bahkan patah menjadi dua bagian, “KELUAR KAMU SEKARANG!! KELUAR!!!” suara Pak Anton bergema menggelegar bagaikan sebuah kutukan yang menyeramkan. Seluruh kelas bungkam, mata mereka kini terpaku hanya pada Orion yang tetap berdiri tegap tanpa rasa gentar sedikitpun.

Diperitahkan keluar seperti itu, Orion tidak membalas apapun. Malah ia terkesan tidak peduli tapi dari tatapan matanya dapat terlihat saat ini amarahnya sedang mendidih. Ia tidak pernah suka dibentak seperti ini. Tidak pernah.

“Tunggu apa lagi kamu sekarang? Mau memohon untuk tidak dikeluarkan? Cih, saya akan pastikan ulangan kamu tidak diperiksa oleh guru yang bersangkutan!” Pak Anton yang merasa direndahkan dengan tatapan Orion itu mengeluarkan ancamannya sebagai guru.

Orion mendecih dengan wajah songongnya, ia menatap pak Anton dengan sinis. “Lo pikir gue peduli?”

Suara tercekat dari siswa-siswi lainnya seketika terdengar. Belum pernah ada satupun siswa yang berani melawan pak Anton selama yang mereka bisa ingat. Tapi hari ini Orion melakukannya tanpa rasa takut sedikitpun.

Mata Orion kemudian beralih pada kertas jawabannya diatas meja. Ia memutuskan mengambilnya, mengangkatnya kedepan Pak Anton lalu dengan perlahan dan tanpa dugaan ia mulai merobek kertas tersebut.

Srekkk…. Skekkk…

Awalnya hanya merobeknya menjadi dua bagian kemudian ia terus merobek kertas itu sampai menjadi cukup kecil untuk diremas dalam satu kepalan dan membuangnya dengan kasar keatas lantai, tepat didepan Pak Anton. Orion menatap Pak Anton dengan senyum miring yang terpasang di bibirnya sebelum beberapa detik kemudian berbalik, mengambil tasnya dengan kasar dan berjalan kedepan kelas untuk segera keluar.

Brakk! Orion menghilang.

◐◐◐◐

Orion memilih merokok di kantin bersama dengan kelompok senior kelas 3-nya. Berhubung anak kelas 3 sudah lebih dulu menyelesaikan ulangan mid mereka, kini mereka hanya belajar seperti biasa. “Lo bener-bener ya. Biar mau dipikirin gimanapun, tadi tuh tetep salah lo, Yon.” Salah satu seniornya yang ada disana berkomentar setelah mengamati Orion yang terlihat sangat santai seperti tidak ada apa-apa yang terjadi sebelumnya.

“Gue cuma tidur, apa salahnya? Emang ada peraturan selama ulangan gak boleh tidur?”
“Gak ada sih. Tapi tetep aja, lo gak perlu sampe segitunya kan. Mau tinggal kelas lo?”

“Tinggal bayar doang juga.” Kata Orion acuh, “Lagian gak usah sok suci deh lo. Kayak gak pernah ngelawan guru aja.”

“Udah, gak usah ceramahin dia lagi. Lagian gue rasa sekolah jadi makin seru sejak dia pindah kesini. Pertama si curut Daniel sekarang Pak Beton. Gila aja, kalo bukan dia siapa yang bakal ngasih kita hiburan eksklusif gini?” Senior yang lain menepuk pundak Orion dengan bangga, “Junior gue nih.” Lanjutnya seperti seorang Ibu yang memamerkan anaknya pada Ibu lain karena sudah mendapat ranking pertama dikelas.

Tidak lama kemudian, anggota senior yang lain, Akri, datang bergabung dengan mereka, sepertinya ia baru bisa lolos dari jeratan gurunya di kelas. Matanya kemudian menangkap sosok Orion disana, “Loh, lo kok disini? Bukannya anak kelas 1-2 lagi ulangan ya?”

“Gue disuruh keluar.” Jawab Orion dengan ringan.

“Jangan bilang lo yang lagi digosipin guru-guru tadi? Yang 'anu' sama Pak Anton?” Tanya Akri dengan penuh keingintahuan yang dijawab Orion dengan anggukan, “Gila, lo anak baru terbadass yang pernah gue kenal. Bangga banget gue rasanya bisa kenal sama lo, adikku tersayang.”

Orion hanya tertawa mendengar perkataan Akri yang kini sudah merangkulnya dengan semangat itu. “Oh ya, Yon, lo inget cewek yang waktu itu dateng nyariin lo gak? Itu tuh yang rambutnya pendek-pendek ucul itu.”

Tawa Orion sedikit hilang, ia menatap Akri dengan serius, “Ngapain lo nanya-nanya dia?”

Akri meringis menerima tatapan tajam dari Orion, “Kagak, tadi gue liat lari-lari gitu. Dan lo tau bajunya banyak banget darahnya. Gila, tuh anak haid atau keringat darah? Lancar banget kayaknya sampe bocor ke baju.”

Sagi?!

Orion yang mendengarnya dengan cepat berdiri dari duduknya, melempar rokoknya yang masih menyala keatas lantai dan langsung melompat berlari keluar dari kantin menuju kelasnya tadi.

Brakkk!

Seluruh perhatian kelas tertuju pada pintu, wajah mereka berubah tegang melihat Orion yang baru saja membuka pintu dengan sangat keras. Mau apa lagi Orion ini? Bukannya ia sudah diusir oleh Pak Anton tadi?

“Sedang apa lagi kamu disini?” Pak Anton berdiri dari duduknya dengan geram tapi Orion tidak mengindahkannya, sebaliknya matanya menyusuri seluruh kelas setelah melihat Sagi tidak ada ditempat duduknya. Tapi nihil, gadis itu tidak ada dibangku manapun. Ia ceroboh langsung berlari kesini, seharusnya ia bertanya pada Akri dulu kemana arah Sagi pergi tadi.

Orion melangkah masuk kedalam kelas, menuju seorang siswa dibangku terdepan dan tiba-tiba ia menggebrak meja itu dengan kedua tangannya, “Sagi kemana?” Tanyanya dengan cepat, menatap lurus pada siswa didepannya yang nyalinya seketika ciut, “GUE TANYA SAGI KEMANA?! CEWEK YANG DUDUK DIBANGKU DERET DUA DI UJUNG! KEMANA DIA?!” Orion menarik kerah baju siswa tersebut kearahnya, tangan yang satunya terentang kesamping menunjuk pada meja Sagi.

“Kamu pikir apa yang kamu lakukan?!” Tangan Orion yang tadi terentang dengan sigap berlaih menahan tangan Pak Anton yang hampir saja memukulnya dari samping. Matanya masih menatap lurus pada siswa tadi, “Jawab atau gue abisin lo?!”

“U—UKS. Ce—cewek tadi ke UKS karena…” Orion melepas tangan kirinya yang mencengkram kerah siswa tadi begitu juga tangan kanannya yang menahan tangan Pak Anton disampingnya. Tanpa mengatakan apa-apa lagi, cowok itu melesat keluar menuju UKS meninggalkan kelas yang tanpa sadar kembali bernapas setelah tadi menahannya selama beberapa detik.

Orion berlari seakan ia adalah seekor cita yang sedang mengejar mangsa. Kecepatan maksimal. Namun saat sampai di belokan koridor ia tiba-tiba menghentikan pergerakan kakinya. Ia berdiri dengan napas tersengal-sengal dan peluh keringat di dahi yang dengan cepat muncul. Ia menatap ke setiap cabang koridor itu dan menyadari sesuatu. Ia tidak tahu dimana letak UKS di sekolah tersebut.

“Errghhh!” Orion menggeram kesal. Kenapa hari ini ia sangat ceroboh? Orion berpikir, ia bisa kembali ke kelas tadi dan menyuruh siswa tadi untuk menunjukkan letak UKS padanya tapi itu hanya akan membuatnya terlihat bodoh.

"Jesus!!" Sekali lagi Orion menggeram sambil mengacak kasar rambutnya sendiri. Ia memutuskan mencari tempat itu sendiri.

Orion beruntung, keputusan refleksnya untuk mulai mencari ke koridor yang bukan merupakan deretan kelas ternyata tepat. Ia menemukan UKS setelah sekitar 5 menit berlari kesana kemari mencarinya. Sebelum masuk kedalam, Orion berdiri didepan pintu sambil berusaha mengatur napasnya agar kembali normal. Ia sudah mengintip dan melihat Sagi ada didalam. Baik-baik saja dan gadis itu sedang duduk disamping sebuah ranjang yang Orion yakini ditempati oleh Edo.

Orion sudah membuka sedikit pintu tersebut saat telinganya menangkap suara tangis Sagi yang sesegukan. Ia memutuskan berhenti disana. Mendengar semuanya dari tempatnya.

to be continued...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top