5. Koushi dan Sugawara
Hari berlalu, tanggal di kalender terus bertambah satu setiap sekali sehari. Tidak terasa sudah berjalan 5 hari setelah kejadian itu. Organ yang memimpin segala pemikiran dari Oikawa Tooru memanas tiap kali memikirkan hal tersebut. Tantangan yang dideklarasikan si manis abu dari Karasuno, menurutnya sama sekali tidak masuk akal.
Surai kokoa itu mengetuk-ngetuk ujung pulpen yang ia gunakan ke atas meja. Telinganya menangkap getaran suara dari guru yang sedang menjelaskan pelajaran Fisika, tapi otaknya tidak memproses getaran itu. Hebat juga kau, Koushi. Seorang alpha dominan berhasil kau buat ling-lung karena dirimu yang usil itu.
Helaan nafas berat lolos dari mulutnya. Ini karena pembicaraan ngalor-ngidul pada hari itu.
"Termasuk biaya operasi yang mahalnya selangit itu, ya!"
Oikawa mendengus. Meski Koushi adalah omega yang berparas rupawan (sampai membuat Oikawa terpesona dengan ukiran wajahnya yang indah), namun Oikawa sendiri sama sekali tidak pernah jatuh cinta. Memahami esensinya saja tidak. Jika kau berpikir lebih jeli, terpukau dan terpikat itu memiliki makna yang berbeda. Oikawa lebih dari sekedar mengerti perbedaan dari 2 kata tersebut. Karena, dirinya sudah sering merasakan semu kemerahan di wajah, namun tidak (belum) dengan jantung yang berdegub lebih dari biasanya. Tidak juga dengan istilah 'kupu-kupu yang beterbangan di perut'.
Dan lagi, biaya operasi? Ayolah, Oikawa bukanlah anak dari keluarga konglomerat. Kalau begini ceritanya, Oikawa akan mati-matian berusaha untuk tidak jatuh dalam kehangatan Koushi. Dirinya lebih memilih untuk jatuh cinta pada mantan kekasih perempuan dan omeganya. Atau, yang pernah menghabiskan malam bersamanya juga tidak masalah. Asalkan jangan Koushi, seluruh uang pribadinya akan terkuras untuk 'biaya operasi' itu.
Jika mengingat taruhan ini, refreshing-kun ternyata tidak sepenuhnya refreshing- lebih ke arah menyeramkan. Bayangkan, jika dia juga mengatakan hal demikian pada orang lain, sudah berapa banyak yang dia dapatkan?
***
Telapak kaki jenjang melangkah menuju gymnasium tempat anak-anak mengambil les bermain bola voli. Hari ini adalah hari Senin, hari istirahat untuk seluruh anggota tim voli Seijoh termasuk sang kapten itu sendiri. Tangannya mendorong pintu dan melangkah masuk. Sesekali, ujung bibirnya membentuk senyum tipis saat berpapasan dengan para pekerja di sana. Tangannya tetap melambai kecil ketika bersua dengan omega dan perempuan.
"Hoi, Takeru!"
Seorang bocah tidak berambut dan berpostur pendek; seperti bocah pada umumnya menoleh. Kedua tangan mungilnya tetap memegang bola voli ketika berlari menyapa pamannya, Oikawa Tooru.
"Tooru! Sejak kapan kau disini?" Bocah dengan wajah yang dipenuhi perekat luka bergambar pikachu; bola voli menjadi penyebab. Dia selalu bermain bola dengan 2-3 warna itu setiap hari dan selalu totalitas ketika memainkannya. Maka, wajar jika wajah dan lututnya sering berjumpa dengan daratan hingga luka-luka (Takeru biasa bermain di daratan beraspal).
"Baru saja datang," Balas Tooru singkat. Takeru ber-oh ria, kemudian berpamit pada Tooru ketika suara teman-temannya menyebut nama dirinya; memanggil. Tooru mengusap kepala Takeru yang tidak berambut, dibalas dengusan oleh Takeru. Walau dalam hati kecil Takeru, dia senang kepalanya diusap oleh sang paman yang hebat. Bocah itu lalu berlari kecil ke arah teman-temannya, meninggalkan Tooru di pinggir lapangan sendirian.
Alasan Tooru pergi ke gymnasium ini adalah untuk bekerja, menjadi pelatih dari klub bola voli anak-anak di Miyagi. Awalnya, Tooru meminta izin untuk tidak datang karena ada janji dengan salah satu perempuan yang mengajak dia untuk berkencan, tapi malah perempuan itu sendiri yang membatalkan. Tooru sudah menelepon kepala pelatih bahwa dia bisa hadir hari ini, namun sudah ada pelatih lain yang bersedia untuk menggantikan dia. Ya sudah, pikir Tooru yang memutuskan untuk tetap pergi ke sana didasari oleh alasan bosan.
Tooru memerhatikan anak-anak yang sedang misuh di lapangan, Takeru berada di salah satunya. Melihat momen menggelikan (karena mereka menjadi sangat rusuh sehingga beberapa darinya malah jadi duel 1 lawan 1 untuk berebut posisi setter) itu membuat Tooru menjadi nostalgia. Tape memori pun diputar secara otomatis di otaknya. Masa kecilnya bersama Iwaizumi Hajime yang rata-rata selalu ada sahabat mereka yang tidak bisa berbicara; bola voli. Tooru terkekeh geli ketika mengingatnya.
"Wowowow, Aoba Johsai no kyaputen!"
Tooru lantas menoleh, mendapati sosok bersurai abu tengah berdiri bersama satu anak kecil yang juga anggota klub voli tersebut. Cengir jenakanya mengembang bersama tangan yang melambai kecil, "Halo!" Sapanya dengan suara yang sedikit serak. Tangannya yang lain masih setia menggandeng tangan mungil anak itu.
Astaga, sosok yang paling tidak ingin Tooru temui untuk saat ini. Sugawara Koushi, wakil kapten juga setter dari SMA Karasuno yang membuatnya rusuh di dalam otaknya sendiri. Sugawara Koushi dengan segala keusilannya yang berhasil mengusik fokus dari seorang murid yang mengambil kelas unggulan di SMA Aoba Johsai, Oikawa Tooru.
Tooru selalu ingin tahu apa rasanya jatuh cinta, walau beberapa dari temannya mengatakan bahwa rasanya seperti dirudal nuklir kalau bertepuk sebelah tangan. Tapi sebaliknya, rasanya akan seperti terbang di angkasa dan memakan awan yang entah mengapa rasanya dideskripsikan manis, memabukkan, dan seperti gulali. Pernyataan dari teman-temannya membuat Tooru mengambil kesimpulan: jatuh cinta adalah pedang bermata dua. Karena rata-rata dari temannya menjadi bulot: bucin, tolol, dan idiot ketika berhasil memacari orang yang mereka taksir.
Pada awalnya, hatinya terenyuh ketika berbicara dengan Koushi pada hari itu. Entah karena kiasan Koushi yang amburadul atau senyumnya yang bagaikan sinar mentari; menghangatkan. Tapi, ketika Koushi mendeklarasikan peperangan (baca: tantangan) untuk dirinya sendiri, Tooru jadi ogah jatuh cinta. Malah menambah keyakinan Tooru bahwa cinta itu memang pedang bermata dua.
"Haloo? Oikawa melamun aja, nih!"
Tooru bangkit dari lamunannya. Otaknya cepat-cepat memberi perintah pada mulut untuk membalas sapaan dari Si Manis Bersurai Abu dari Karasuno, "Ah, iya, halo Suga-chan~!"
Kedua sudut bibir Koushi tertarik; tersenyum cerah. Dia berbicara singkat pada anak yang dia gandeng, kemudian anak itu mengangguk dan berpisah dari Koushi, bergabung dengan teman-temannya. Setelah itu, Koushi duduk di sebelah Tooru tanpa permisi, seolah-olah sudah mendapat izin dari sang alpha yang bersurai kokoa.
"Tooru kok duduk disini? Nggak kerja?" Koushi bertanya, masih dengan cengiran di wajah manisnya. Tooru menunjuk pelatih yang menggantikan dirinya, pandangan Koushi beralih ke pelatih itu dan mengangguk-angguk ketika sudah menangkap maksud dari Tooru. Mulutnya membentuk o kecil dan mengeluarkan suara yang sama seperti Takeru tadi; "ohh, begitu!"
Tooru mengerutkan alisnya, kenapa Suga-chan bisa ada disini? Dan lagi bersama Kurisu-chan, anak perempuan dari keluarga berada yang sudah lama bergabung disini!
Merasa tak kunjung menemukan jawaban yang masuk akal, Tooru memutuskan untuk bertanya langsung. "Suga-chan sendiri? Kenapa ada disini?"
Senandung kecil Koushi terputus, menjawab pertanyaan dari yang bermanik hazel. "Eeh? Masa nggak ngeh? Kurisu-chan adalah adikku."
Kurisu-chan adalah anak perempuan berusia 8 tahun, seumuran dengan Takeru. Kurisu-chan memiliki nama belakang Sugawara, keluarga yang memiliki perusahaan besar di bidang peralatan olahraga. Jika Kurisu-chan adalah adik dari Suga-chan, maka ...
Hening.
"EH?! Ano Sugawara kazoku?!"
Koushi mengangguk, "Memangnya kenapa?" Serius, refreshing-kun dari Karasuno ini membuat Tooru jengkel karena malah balik bertanya.
"IH, KOK MALAH NANYA BALIK, SIH?! Sugawara yang keluarga pemilik perusahaan peralatan olahraga ituu!!"
Tooru beruntung karena pernyataannya yang menggelegar di seluruh penjuru gymansium itu tersamarkan oleh suara ricuh dari anak-anak. Tapi tidak dengan keadaan telinga Koushi. Tooru berucap (berteriak) tepat di pendengaran malang milik Koushi, menyebabkan sang empu menjauhkan mulut Tooru dari telinganya. Telinganya diusap, terasa nyeri.
"Jangan teriak di telingaku, Oikawa!"
"Habisnya Suga-chan menyebalkan!!"
Koushi menggembungkan kedua pipinya. Kenapa malah jadi aku yang menyebalkan? Jelas-jelas Oikawa duluan yang mulai, pikirnya begitu.
"Eh, dari awal aku udah bilang namaku SUGAWARA Koushi lho, ya! Oikawa aja yang baru ngeh!!"
"Kan kukira Sugawara lain!" Elak Tooru tidak mau kalah. Setelah itu, dirinya membuang wajah ke samping, tidak mau melihat wajah Koushi yang memerah; sebal. Koushi berniat untuk mengeluarkan debat lagi, tapi niatnya itu diurungkan. Memutuskan untuk memendam marah dan nafsu untuk memenangkan debat yang tidak bermutu ini.
"Iya, keluarga Sugawara yang pemilik perusahaan besar dan sponsor dari banyak event olahraga itu."
Akhirnya pertanyaan Tooru dijawab dengan jelas oleh pemuda yang bermarga Sugawara. Kadar ngambek Tooru menurun sehingga akhirnya dia kembali menatap wajah Koushi.
"Tapi, Suga-chan dan Kurisu-chan sama sekali nggak mirip." Tooru dengan kurang ajarnya langsung menyatakan fakta. Namun, dari respon Koushi yang tergelak, sepertinya pemuda abu itu tidak tersinggung.
"Lho, tapi benar, 'kan? Kenapa malah tertawa, sih? Habisnya rambut Suga-chan berwarna abu, sedangkan Kurisu-chan berambut pirang. Mata kalian pun warnanya berbeda. Sifatnya apalagi!" Ucap Tooru panjang lebar, menyebut segala ketidak-miripan antara Koushi dengan bocah perempuan yang dia akui sebagai adiknya, Kurisu. Mendengar hal itu, Koushi lagi-lagi tergelak walau suaranya parau.
"Wajar kan? Aku ini anak adopsinya keluarga Sugawara."
Koushi terkekeh, Tooru menelengkan kepalanya. Oh, ternyata anak angkat. Keluarga Sugawara memang terkenal dermawan, jadi tidak heran jika mereka mengadopsi anak. Entahlah Koushi ini anak yatim-piatu atau anak hilang, rasa penasaran Tooru tidak lebih besar dari rasa enggan untuk terang-terangan bertanya.
"Jadi, Kurisu-chan bukan adik kandungnya Suga-chan?" Tooru mengambil kesimpulan, Koushi mengangguk tapi menambahkan satu fakta lagi, "Mhm, tapi aku masih masuk jejeran sepupu jauhnya Sugawara kok."
Tooru mangut-mangut, ternyata di Karasuno ada anak dari keluarga kaya raya. Tapi, kalau begitu kenapa Koushi masuk ke SMA biasa seperti Karasuno? Dengan kapasitas otaknya yang tidak buruk juga finansial keluarganya yang melebihi cukup, dia pasti bisa masuk Shiratorizawa- akademi yang terkenal elit kualitasnya. Mulai dari prestasi (akademik dan non-akademik), fasilitas, dan lain sebagainya. Yah, Tooru sendiri pun sebenarnya bisa masuk ke Shiratorizawa. Jadi, pasti ada alasan dibalik Koushi lebih memilih untuk bergabung ke SMA Gagak dibanding Akademi Angsa.
Kemudian, hening menyergap mereka. Tidak ada pembicaraan lain dari kedua pemuda itu, hanya ada suara riuh anak-anak yang menggema di seluruh penjuru tempat tersebut. Tooru memeriksa arah jarum jam di tangannya, tidak terasa sudah 1 jam lewat semenjak perbincangan itu.
Hazel Tooru menatap Koushi di sudut matanya, melihat omega bersurai abu itu sedang membalas senyum girang dari adiknya, Kurisu yang baru saja mencetak skor untuk timnya. Dengan spike itu, latihan antara kedua tim pun ditutup dengan kemenangan dari tim Kurisu.
"Koushi nii-chan, Kurisu berhasil! Spike Kurisu masuk!" Katanya sambil berlari ke arah Koushi. Tubuh anak perempuan itu pendek, lebih pendek dari anak seumurannya. Maka, bisa memasukkan bola itu adalah hal yang luar biasa untuknya yang memiliki tubuh mungil.
Koushi memuji adiknya, menghujaninya dengan pujian yang membuat adiknya mesam-mesem, "Kurisu-chan hebat! Kurisu-chan keren! Spikenya hebat sekali, lho!" Yang dia katakan pada sang adik seraya mengusap pucuk kepalanya lembut. Cengiran khas Koushi ditunjukkan Kurisu, Koushi ikut memasang seringai yang sama.
Tooru yang menyaksikan momen itu ikut tersenyum. Hatinya menghangat saat melihat kedua insan itu tertawa dengan lucunya. Kurisu juga merupakan muridnya di klub voli khusus anak perempuan walau Tooru jarang diberi tugas untuk mengajar di sana. Sedikit hal yang Tooru ketahui mengenai Kurisu, anak itu ingin menjadi ace dibanding menjadi libero yang memberi lebih banyak kemudahan untuk pemain bertubuh mungil. Tooru yakin, chibi-chan dari Karasuno pasti mengingatkan Koushi dengan Kurisu.
"Latihannya sudah selesai, 'kan?"
"Um! Sudah selesai, nii-chan!"
Koushi tersenyum. "Kalau begitu, kita pulang?"
"Iya!"
Koushi berbalik ke arah Tooru, seperti biasa memasang seringai jenaka seraya melambai kecil tangannya. Yang berbeda hanyalah tangannya yang lain menggenggam tangan mungil adiknya. "Kalau begitu, aku pamit dulu!" Tooru menganggukan kepalanya, membalas senyum dari Sang Manis Bersurai Abu dari Karasuno.
"Nah, ayo Kurisu, berpamitan dengan Oikawa-nii! Dia pelatihmu juga, kan?"
"... Dadah, Oikawa-nii." Gadis berkuncir twintail itu melakukan perintah dari sang kakak, tapi ekspresi wajahnya berubah drastis. Seolah berkata pada Tooru untuk "menjauhlah dari kakak omegaku, alpha sialan." Bisa ditebak dari gerak anak perempuan itu yang memeluk tangan Koushi erat, membiarkan tas yang telah berada di punggungnya sedikit merosot.
Tooru hanya bisa mengelus dada dan tetap membalas ucapan dari anak didiknya. "Dadah, Kurisu-chan! Hati-hati pulangnya, ya!" Walau ujung-ujungnya Tooru dikacangin. Malah diberikan tatapan tajam dari sang bocah sebelum mereka berdalih dari Tooru.
Dua saudara itupun berpamitan pada pelatih yang lain, dan tak lama kemudian langkah kaki mereka berjalan keluar dari gymnasium. Tak butuh waktu lama untuk keduanya menghilang dari pandangan Tooru.
Langit senja sudah menyapa manik topaz kepunyaan Tooru. Sejauh matanya memandang ke luar, hanya terlihat langit senja disertai awan yang berwarna kemerahan. Terlihat indah, namun juga berati waktu untuk Tooru membawa Takeru pulang.
Kedua topaz cokelatnya berdalih menatap keponakannya yang masih asyik bermain bersama teman-temannya. Ingin mengajak Takeru pulang, tapi nanti sang paman malah disemprot oleh keponakannya. "Sebentar lagi, Tooru!" Tooru sudah bisa menebak jawaban yang akan dilontarkan sang ponakan. Kalau Tooru memaksa, nanti Takeru akan mengadu pada ibunya (kakak perempuan Tooru), lalu Tooru akan disemprot oleh kakaknya yang berkata bahwa dirinya dulu juga kerepotan menghadapi Tooru yang masih keluyuran bermain voli saat langit sudah berwarna oranye.
Tooru yang malang, tapi dia tidak dapat menyangkal fakta itu. Dengan pasrah, Tooru menunggu keponakannya hingga kelelahan, atau disuruh pulang oleh kepala pelatih jika orang yang sudah sepuh dalam voli itu peka dengan ekspresi masygul dari Tooru.
.
.
.
.
.
[Visualisasi Kurisu (Hijiri) Sugawara. Marga aslinya adalah Hijiri, dan gadis berkuncir dua ini berasal dari series Tsukiuta. Untuk Kurisu disini, bisa dibayangkan masih menjadi anak-anak, ya! XD]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top