13. Angsa vs Gagak (2)

"Oi, ternyata kau datang juga." Suara berat nan familiar menginterupsi pendengaran si surai kokoa. Oikawa menoleh, "Oh, Iwa-chan?"

Iwaizumi mengangguk dan beranjak mengambil duduk di sebelah sahabat karibnya. Tangannya bersedekap dengan punggung yang menggunakan fungsi sandaran kursi dengan baik.

"Iwa-chan telat banget." Oikawa mendengus, ikut menyenderkan punggungnya pada bangku. "Kukira kau nggak akan kesini."

"Mana mungkin aku tidak akan kemari? Aku menantikan sekolah yang mengalahkan kita membantai Shiratorizawa." Ucap Iwaizumi. "Kau juga sama, 'kan?" Lanjut pemuda berambut jabrik itu.

Oikawa memasukkan kedua tangannya ke dalam saku dan mengangkat dagunya, menatap rendah 2 tim yang berada di lapangan, "Kalau bisa, aku ingin mereka sama-sama kalah, terus tiket ke pertandingan nasionalnya diserahkan ke kita."

"Goblok, mana bisa gitu."

"Halu dulu, siapa tau kejadian, Iwa-chan." Iwaizumi menepuk jidat. Sahabatnya ini terkenal karena otak encer, wajah tampannya dan kemampuannya dalam bermain voli yang lebih dari sekedar patut untuk diacungi jempol. Namun, mengapa logikanya semakin kesini, semakin sengklek?

Surai hitam pekat yang senada dengan warna maniknya mengedar ke tempat dimana para supporter Karasuno berada, "Sebenarnya, aku sudah datang dari tadi. Aku ingin mendatangimu tadi, tapi aku lebih menginginkan pemandangan kau dicekek oleh si abu itu." Senyum tersungging tipis saat melihat surai monokrom yang dimaksud sedang mendukung teman-temannya dengan semangat membara.

Oikawa membelalak, "Iwa-chan melihatnya dan tidak ada keinginan untuk menolongku sama sekali?! Hidoii!! Bukannya kita itu teman?"

"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai teman."

"Huweeee, Iwa-chaaaan!!" Oikawa merengek, Iwaizumi berdiri dan duduk beberapa petak lebih jauh dari Oikawa.

"Kok menjauh?!"

"Kau kimochi waruii."

"Hido--"

"TSUKKI NAISUUU!!!"

Perdebatan mereka terhenti, keduanya lantas menoleh ke pemilik suara yang melekat di otak mereka. Surai monokrom bermanik hazel itu sedang melompat-lompat gembira dengan lighstick berwarna oranye yang entah darimana datangnya.

Dua alpha berbeda surai itu menoleh ke arah lapangan, terdengar suara teriakan dari megane tiang Karasuno. Bukan teriak kesakitan, apalagi teriakan lara nan menyayat hati. Melainkan, jeritan yang dua orang itu pun pernah melakukannya; jeritan, teriakan karena kepuasan dan kesenangan saat berhasil menghadang lawan untuk menggapai trofi kemenangan.

"HUHUWEHUWEHUWEEEE TSUKKIII!" Si penyebab putusnya perdebatan tak bermutu mereka pun menangis haru. Oikawa, tanpa sadar menyunggingkan lengkung tipis pada bibirnya, kekehan tak sengaja pula lolos dari mulutnya.

"Seperti ibu yang sedang melihat anak balitanya berhasil berjalan tanpa dituntun."

Alis tipis menukik, "Hah?" Iwaizumi melirik Oikawa, "Tumben kau angkat suara mengenai dia. Bukannya kau tidak suka dia?"

Oikawa mengerjap, seketika sadar lantas menutup mulutnya rapat-rapat. "M-maksudku, seperti ibu yang pertama kali melihat anak lelakinya puber dan menyukai seseorang! Alias, norak!!" Cepat-cepat merevisi kalimat yang dia utarakan. Tatapan "kau-memang-brengsek-ternyata" didapat dari Iwaizumi dan Oikawa hanya bisa menelan bulat-bulat tatapan tersebut.

"Yah," Pemilik obsidian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket, "Si megane itu sebelumnya memang tidak terlihat memiliki semangat bertarung. Kukira itu tidak aneh jika Sugawara sampai seperti itu." Lanjutnya seraya menunjuk Koushi yang sedang memeluk manajer Karasuno yang bersurai pirang dengan air mata mengalir deras.

Oikawa merengut, "Aku juga tahu! Tapi, keceplosan bilang begitu nggak banget, tau! Dasar Iwa-chan nggak peka, pantesan nggak ada cewek atau omega yang ngelirik!!"

Dagu ditumpu dengan tangan, menatap lurus pandangan. Bukan lapangan yang dipandang, tapi sosok monokrom yang sedang bergembira di seberang sana. "Yah, Sugawara itu memang baik hati sedari awal." Ucapnya, atensi Oikawa pun berdalih padanya. "Jadi, menurutku adalah hal yang wajar kalau dia sangat mengkhawatirkan adik tingkatnya."

Pemandangan Koushi yang sedang tersenyum riang ditangkap netra milik alpha yang bersurai kokoa. Oikawa mendalihkan matanya, kembali ke tujuannya berada di sini. Wajah semakin ditenggelamkan dalam lengan yang berhimpitan, kedua hazelnya teduh.

"Kalau begitu, apa aku terlihat menyedihkan sehingga dia melakukan banyak kebaikan padaku?"

Sudut bibir Iwaizumi berkedut, menahan gelak. "Karena kau sedari awal memang menyedihkan, bisa jadi."

Kurva alpha yang bersurai kecokelatan melengkung ke bawah secara tak sadar. Semua waktu yang Koushi rela luangkan untuknya, hanya karena belas kasihan? Oikawa akui bahwa dia merasa risih dengan sikap Koushi, apalagi saat dihadapi dengan kekonyolannya yang sulit untuk dikendalikan. Namun, setelah mengingat ucapan kasih dan roti susu itu, rasanya sedikit perih ketika perhatian yang monokrom itu curahkan pada dirinya hanya berdasar atas empati belaka. Itu berati, Koushi dapat melihat sisi terdalamnya, kan?

"Kalau memang begitu, lebih baik tidak usah perhatian denganku sedari awal."

Iwaizumi menggelengkan wajahnya, "Unko yarou, da na. Dikasih perhatian, malah ngelunjak."

"Bisa hentikan panggil aku unko, nggak?!"

"Unko atau kuso?"

"Jaa, kuso ka na!!"

Keduanya beradu tatap, diakhiri Oikawa yang memalingkan wajahnya lebih dulu dibanding Iwaizumi.

***

Pertarungan menegangkan terjadi, penonton pun ikut menggigit jari. Spike yang dilakukan Si Cebol No 10 Karasuno menjadi penutup yang apik dari pertandingan itu. Karasuno, kawanan gagak yang tidak bisa terbang, kini melebarkan sayapnya dan berhasil menumbangkan seekor angsa. Seluruh penonton bersorak-sorai, memberikan tepukan meriah atas hidangan luar biasa yang telah mereka sajikan.

Meski begitu, pihak-pihak yang gigit tisu tidak dapat dihapus. Termasuk Oikawa Tooru yang sebentar lagi akan melepas jabatannya sebagai kapten klub voli putra Aoba Johsai. Dia, untuk berbagai alasan kecewa karena halu nya tidak terealisasikan.

"Udah, ah. Aku lebih baik mati daripada melihat upacara penutupannya!" Cibir Oikawa sembari mendorong Iwaizumi menuju pintu keluar.

"Unko yarou, da na." Iwaizumi membalas cibiran si kawan yang tidak diakui sebagai kawan.

"Kan tadi sudah sepakat! Kuso bukan unko!!" 

"OIKAWAAAA!"

Derap kaki dan ahoge imut bergerak menghampiri Oikawa yang terlambat untuk mencari tempat persembunyian. Koushi, dengan hazel bulat bak almondnya menatap dalam-dalam warna senada dengan miliknya. "Mau langsung pulang?"

Oikawa memalingkan wajahnya, "A-- yah, begitulah. Aku ada uru--"

"Dia kecewa karena angan-angannya tidak terwujud." Iwaizumi membekap mulut Oikawa yang komat-kamit ingin menyuarakan kebohongan. "Isinya, kalian berdua sama-sama kalah dan tiketnya diserahkan pada kami. Lagipula, sedari awal dia tidak suka melihat Shiratorizawa dan Karasuno."

Manik bulat Koushi mengerjap, kemudian dia menelengkan kepalanya. "Kalau itu, aku tahu, kok." Senyum terukir di wajahnya yang manis, "Itu wajar sekali, aku paham. Niatku itu ingin traktir dessert untuk kalian berdua, tahu!"

Dua alpha di hadapannya saling bertukar pandang, "Traktir? Kami?"

Koushi menganggukkan kepalanya dengan senyum yang masih setia dipasang di wajah rupawannya, "Um! Aku ingin berterimakasih pada kalian karena bersedia mengalah demi kami~"

Sunyi mendadak hadir. Sorot tajam ditunjukkan pada Koushi, membuat bulu kuduknya seketika berdiri tanpa dipinta. Koushi tertawa canggung, "Aku hanya bercanda! Aku ingin menghibur kalian, lho!" Ujar si ibu gagak membela diri, disambut oleh hening, kemudian anggukan dari kedua alpha itu. Aura gelap dan aroma feromon alpha yang menggetarkan sisi omega Koushi pun berangsur-angsur menghilang, membuat si omega menghela nafas lega.

"Kapan traktirnya? Sekarang?" Iwaizumi nampak senang ditraktir manisan. Koushi menggeleng kecil, "Kira-kira 2 minggu lagi, akan diadakan pentas seni budaya di Karasuno. Kelasku membuka kafe dan aku akan traktir kalian di sana!"

Oikawa merengut, "Eeeh, males ah! Aku nggak ikut, Iwa-ch--"

"Oke. Jam berapa?"

"A, bukanya sekitar jam 12 siang hingga 5 sore selama 3 hari!"

"Iwa-cha--"

"Oke. Aku dan Kusooikawa akan datang."

"IWA-CH--"

"Ikut."

Oikawa ciut. "O-okei ..."

Koushi tersenyum cerah, "Baiklah! Kalau ada Oikawa-chan, kafe kami bisa ramai nantinya~♪"

"T-TERNYATA AKU DIJADIKAN TUMBAL!!"

"Eh, tidak apa, kan? Di sana akan ada banyak perempuan cantik yang cosplay jadi maid, lho."

Oikawa tersentak, terdapat petir menggelegar dalam dirinya. Perempuan-perempuan di Karasuno itu rata-rata level S dan dia sudah pasti tidak dapat melewatkan kesempatan untuk meraup lebih banyak fangirl dan "kenalan cewek", 'kan?

"Baiklah, aku akan datang."

"Unkooikawa to Kusooikawa."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top