Chapter 30
Selamat datang di chapter 30
Tinggalkan jejak dengan vote dan komen
Tandai jika ada typo
Thanks
Happy reading everyone
Hope you like it
❤️❤️❤️
____________________________________________
Love of my life, you've hurt me
You've broken my heart and now you leave me
Love of my life, can't you see?
Bring it back, bring it back
Don't take it away from me, because you don't know
What it means to me
~Love of my life-Queen~
_____________________________________________
Jakarta, 29 Agustus
11.35 a.m.
Gadis itu tidak sadar ketika Barja masuk. Mengamati sekilas, ternyata pandangan Bintang kosong. Tangannya yang memegang bola memang mengarah ke ring, tapi tatapan matanya mengarah pada satu titik. Beberapa bola bergelindingan tanpa arah. Ketika sadar sudah tidak ada bola yang tersisa di keranjang samping Bintang, gadis itu baru melihat ke keranjang tersebut.
Kebetulan ada satu bola yang menggelinding di dekat Barja. Laki-laki itu lantas mengambil lalu melemparnya ke keranjang. Bunyi itu membuat Bintang kaget kemudian melihat ke arah si pelempar.
"Ja?" panggil Bintang.
"Ck! Kagak ngajak-ngajak gue lo main basket." Barja memindah berat tubuh ke arah Bintang. Saat menjumpai beebrapa bola dia mengambil lalu melemparnya ke keranjang. Ada dua bola yang memantul keluar karena Barja terlalu bertenaga ketika melakukannya.
Bintang mangambili bola di keranjang hasil lemparan Barja lalu menembaknya ke ring. Karena sahabatnya itu melihat, jadi dia harus bersikap normal, penuh konsentrasi. Hasilnya, bola itu melewati jaring dengan mulus. Barja pun bertepuk tangan.
"Ckckck, nggak salah lo jadi idola kita Tang."
"Siapa dulu dong. Cecilia Bintang ...," kata gadis itu sambil memaksakan senyum. Padahal sebenarnya dia ingin marah, ingin mengumpat, ingin melempari bola-bola itu dengan keras, atau menangis. Namun kenapa dia tidak bisa melakukannya?
Sepeninggalan Galaxy tadi, dia berusaha keras untuk menangis, tapi hingga sekarang dia tidak berhasil melakukannya.
"Hei Tang ...." Bintang kontan memutar kepala menghadap Barja. "Udah lama kita nggak ke mang Uung. Ke sana yok!"
Hati Bintang kontan bertambah nyeri. Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba Barja mengajaknya ke mang Uung? Pasalnya traktiran makan seblak yang dijanjikan Barja sudah berkali-kali dia tagih tapi tidak dilaksanakan karena sahabatnya itu sibuk dengan Aira. Lalu sekarang setelah semuanya terungkap, Barja mengajaknya ke mang Uung.
Apakah sahabatnya itu sudah mengetahui semuanya? Termasuk Aira yang juga menyukai Galaxy? Bintang tidak salah menyimpulkan, kan? Dia melihat dan mendengar sendiri kalau Aira menyuruh Galaxy menciumnya. Bukankah artinya Aira menyukai Galaxy? Itukah yang membuat Barja galau seperti dirinya dan ingin pergi makan seblak?
Jakarta, 29 Agustus
03.15 p.m.
"Mang Uung ... si Jaja kangen nih ...," teriak Bintang mulai dari pelataran parkir hingga tiba di depan konter mang Uung. Beberapa pengunjung sampai menoleh padanya tapi gadis tomboy itu tak peduli. Sementara Barja sendiri masih bercermin di spion membenarkan rambut usai melepas helm.
Sepulang pulang sekolah, biasanya mereka akan berlatih basket. Pengecualian untuk hari ini. Mereka membolos dan langsung ke Mang Uung. Meski tidak bertanya macam-macam padanya sama sepeerti Bintang yang tidak-atau setidaknya belum-menanyakan apa pun pada Barja, tapi dia yakin pasti sahabatnya sudah mengetahui semuanya dan dicampakkan Aira. Oleh karena itu, dia menyetujui ide tersebut, sebab Bintang ingin bertanya pada Barja tentang semua yang telah terjadi. Mengesampingkan perasaanya sendiri yang sakit karena Galaxy.
"Tumben ke sini jam segini? Si Jaja udah nggak digondol kalong wewe lagi Tang?" sahut Mang Uung sambil meracik pesanan pelanggan seperti biasa. Sesekali juga melihat Bintang. Mengingat terakhir kali ke sini tanpa Barja dan gadis itu mengaku Barja sedang digondol kalong wewe.
"Hari ini kalong wewe lagi baik hati mang Ung. Jadi Jajanya boleh main sama gue."
Ngomong-ngomong dulu Bintang bersama seorang pemuda yang berwajah masih imut dan kata bocah itu meminta restu agar lancar mendekati Bintang. Kalau sekarang Bintang ke sini dengan Barja, kelihatannya bocah imut itu gagal. Kasihan sekali. Sungguh malang nasibnya berada di tangan Bintang. Semoga saja tidak ditolak lalu di hajar sampai babak belur. Untuk memastikan, mang Uung harus menanyakannya.
"Bocah itu apa kabar Tang?" tanyanya penasaran, "katanya kalian lagi-"
"Sekarang gantian dia yang digondol kalong wewe mang Ung," sahut Bintang dengan nada ketus. Dia jadi tidak sengaja mengingat kejadian Aira meminta Galaxy menciumnya. Hatinya nyeri lagi. Di satu sisi Bintang juga berharap, semoga Barja tidak tahu dan hanya jenuh latihan basket lalu asal mengajaknya ke mang Uung.
"Bocah siapa Mang Ung?" tanya Barja yang saat ini sudah berdiri di sebelah Bintang. Keningnya berkerut samar.
"Bukan siapa-siapa kok Ja. Mang Ung, gue pesen seblak komplit level jahanam."
Mang Uung mengirauhkan Bintang. Menghentikan kegiatannya untuk berpikir sebentar, pria berkuncir itu menjawab setelah mengingat nama tersebut. "Kalau nggak salah namanya Galaxy Ja, masih imut wajahnya, tapi tinggi banget. Terus bule-bule gitu."
Barja kontan ternganga. Tidak menyangka Bintang akan mengajak bocah itu ke sini. Itu berarti hubungan mereka sudah jauh, lalu kata Zhardian sekarang Bintang sudah mengetahui semuanya kecuali Galaxy sudah serius menyukai Bintang. Anehnya reaksi gadis itu sedari tadi di GOR hingga kini biasa saja. Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda patah hati. Jauh dari sifat Bintang yang bar-bar dan tidak akan pandang bulu maupun situasi-ketika ada yang menyakiti hatinya-maka akan dengan senang hati menghadiahi tinju pada orang tersebut.
Dari hasil pengamatannya, Barja membuat catatan. Memang gadis itu bersikap biasa saja, tapi di suatu waktu kadang kedapatan melamun. Bahkan tidak keberatan diajak membolos latihan basket. Setelah dipikir-pikir, belakangan ini gadis itu juga jarang bicara kasar dan kotor. Ternyata sebesar itu pengaruh yang ditimbulkan oleh Galaxy terhadap Bintang.
Ketika mang Uung menyebut bocah poker face itu, Barja melihat Bintang memandang ke sembarang arah dengan kedua tangan mengepal kuat. Sampai-sampai dia takut Bintang akan ngamuk. Namun kenyataannya tidak. Barja mengacungi jempol atas kontrol diri Bintang. Selain itu juga bersyukur karena penjual seblak berkuncir itu segera menambah kalimatnya. "Lo beneran pesen level jahanam Tang? Perut lo nggak sekuat itu loh."
"Tenang Mang Ung, gue yang tanggung jawab. Kalau gue kayak biasanya ya, ma Ung" kata Barja.
Bintang hanya memandangi sahabatnya lalu menunduk menatap sepatunya dan mulai mengurai kepalan tangannya. Dalam kasus biasa, Barja pasti akan mengomeli Bintang karena akan kerepotan bila membawa pulang dirinya dalam keadaan sakit perut, tapi sekarang tidak. Jelas sekali jika sahabatnya itu mengetahui sesuatu. Namun kenapa tidak bertanya apa-apa padanya? Apakah menunggu dia bercerita sendiri? Seperti layaknya seorang sahabat, sewajarnya mengeluh jika ada masalah.
Anehnya, kenapa Barja tidak memesan seblak yang sama dengannya kalau predisksi Bintang sahabatnya itu tahu semuanya dan patah hati dicampakkan Aira?
Dulu sewaktu tidak lolos seleksi wilayah mewakili Jakarta untuk seleksi DBL, Barja langsung mengajaknya ke Mang Uung dan pesan seblak komplit level jahanam. Berarti dalam kasus ini, Barja belum tahu kalau Aira juga menyukai Galaxy. Kalau begitu jangan sampai Barja tahu. Cukup dirinya saja yang merasakan sakit akan hal tersebut.
Sementara Bintang sibuk dalam pikiramnya sendiri, mang Uung mengabari pegawai lain lewat walkie talkie, meminta bantuan mencarikan kursi untuk Bintang dan Barja.
Jakarta, 29 Agustus
04.30 p.m.
Mereka duduk di kursi lantai dua dekat pagar pembatas. Karena sudah jam empat sore, suasananya tidak terlalu panas, menilik lantai dua adalah rooftop. Bintang mengutuk dalam hati pada tempat itu. Kenapa hari ini harus ramai? Lantai satu penuh pengunjung dan lantai dua hanya tersisa satu meja. Sialnya meja yang dulu pernah dia tempati dengan Galaxy.
Love of my life ....
Lagu dari pengeras suara yang dari tadi terdengar pun mulai berganti.
You've hurt me ....
"Lo yang traktir kan Ja? Lo kan masih ada utang traktir gue di sini sama di mbok Sarmi." Bintang harus bicara sesuatu untuk menghentikan pikirannya yang berkelana pada Galaxy.
"Tenang aja Tang, gue yang traktir," jawab Barja sambil mengorek sesuatu dalam ranselnya.
"Baik banget lo hari ini, Ja."
You've broken my heart ....
Lagu itu pun bertimpang tindih dengan percakapan Bintang dan Barja.
And now you leave me ....
Setelah menemukan satu saset obat mag, Barja memberikannya pada Bintang. Tadi mereka memang sempat berhenti di apotek. Karena Bintang sedang tidak fokus dan tidak nafsu berbasa-basi, jadi gadis itu tidak bertanya apa pun.
Barja memang sudah mempersiapkannya. "Nih, minum ini dulu, mau makan seblak level jahanan kan lo?"
"Thanks, beli ini buat gue. Lo udah ngira ya kalau gue bakalan pesen level jahanam?" tanya Bintang sambil menyobek saset itu lalu meminumnya.
Love of my love can't you see?
"Gue kan bisa baca pikiran lo Tang," jawab Barja sambil memukul-mukul meja pelan seiring dengan aluan lagu dan kakinyanyang menyentak-nyentak, membayangkan dirinya bermain drum.
Bring it back ....
Bring it back ....
"Baru tahu lo cenayang. Nah, lo kenapa kagak pesen level jahanam juga?" tanya Bintang usai menelan seluruh isi saset obat mag.
"Takut kena muntaber lagi," bisik Barja supaya tidak terdengar pengunjung lain.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Satu seblak komplit level mulut tetangga dan jus sirsak milik Barja, serta satu seblak komplit level jahanan dan jus kedondong milik Bintang.
Lagi-lagi gadis itu memandang mangkok seblak milik Barja dan melamun. Teringat Galaxy makan seblak yang sama lalu minum jus kedondong yang mereka pesan dulu. Baru satu sendok dan satu teguk, adik kelas itu sudah tersedak dan terbatuk-batuk usai menyemburkan seblak dan minuman itu ke pagar pembatas.
Setelah Bintang pikir. Itu salah satu bentuk keterpaksaan Galaxy untuk mendekatinya. Sudut bibir gadis tomboy itu pun tertarik ke atas membentuk sebuah senyum getir karena menyimpulkan hal tersebut. Bisa-bisanya dia percaya pada bocah bermuka polos yang menipu itu. Anehnya lagi usai mendengar peracakapan laki-laki itu dengan Aira-bahkan hampir melihat mereka berciuman-dia malah merasa bersedia dimanfaatkan.
Ternyata jatuh cinta memang membuat orang jadi bodoh, pikirnya. Namun kenapa Galaxy malah pergi meninggalkan amarahnya pada Bintang? Bukankah seharusnya laki-laki itu senang dengan respon yang gadis itu berikan?
You take it away from me because you don't know what it means to me ....
Astaga mang Ung, kenapa sih malah muter lagu ini? Rutuk Bintang dalam hati.
"Nggak makan Tang?"
Suara Barja menghentikan lamuman Bintang. Memutar kepala sedikit dan kembali menatap seblak di hadapannya, Bintang sontak memakan satu sendok seblak dan seketika mulut serta lidahnya terasa terbakar. Bintang menahannya lalu mempercepat makan dengan kidmat. Suara lagu pun dia hiraukan. Pada sendok ke-delapan, Bintang terbatuk sampai matanya memerah.
Barja meraih jus kedondong Bintang dan menyodorkam pada gadis itu. Dengan segera, Bintang menenggaknya hingga setengah kemudian melanjutkan acaranya makannya.
"Pelan-pelan aja Tang ...," kata Barja yang sudah menghentikan kegiatan makannya untuk mengamati Bintang.
Gadis itu menghiraukan Barja dan melahap seblaknya banyak-banyak. Sampai pada titik di mana air matanya mengalir. Bintang mengusap kasar tanpa menghentikan kegiatan makan. Beberapa detik kemudian Barja yakin mendengar gadis itu terisak.
Seblak level jahanam memang sangat pedas sampai bisa membuat air mata mengalir. Akan tetapi Barja yakin, Bintang tidak hanya mengeluarkan air matanya akibat efek seblak. Melainkan karena Galaxy.
"Tang ...," panggil Barja sambil menyentuh bahu gadis itu. Bintang memandang ke satu poros dengan tatapan menerawang tapi masih tidak menghentikan kegiatannya makan seblak. Berikutnya isakkan demi-isakkan yang semakin terdengar jelas dari gadis itu lolos satu per satu.
"Tang ... berhenti dulu Tang." Barja mulai khawatir sekaligus tidak tega.
Lagi-lagi Bintang menghiraukan Barja dan malah meneguk habis kuah seblak lalu menggebrak-nggebrak meja sambil berteriak, "MANG UNG NAMBAH LAGI SEBLAK KOMPLIT LEVEL JAHANAMNYA!"
Barja kontan menghentikan Bintang. "Tang, udah Tang ...."
Lagi dan lagi Bintang menghiraukan Barja. Gadis itu meraih jus kendondong dan meneguknya hingga habis lalu berusaha menyeka isakannya menggunakan tisu kering.
"SAMA JUS KEDONDONGNYA YA MANG UNG!" Bintang kembali berteriak.
"Tang ... gue udah tahu semuanya Tang." Barulah Bintang memutar kepala menghadap Barja, "gue udah tahu, makanya gue ngajak lo ke sini tapi please jangan banyak-banyak makan seblaknya, kasihan perut lo."
Barja melihat mata Bintang berkaca-kaca dengan raut wajah kacau. Bibir gadis itu yang terkatub rapat-rapat bergetar hebat. Bintang memutus pandangan ketika seblak serta jus kedondong pesanannya sudah datang dan Barja mengutuk mang Uung dalam hati. Untuk pertama kalinya Barja menyesal menjadi pelanggan yang diistimewakan dengan pelayanan cepat.
"Tang! Udah Tang, berhenti Tang!" Barja berusaha meraih sendok Bintang tapi sahabatnya itu berhasil meraihnya kembali.
Bintang baru menunduk dan akan menyendok seblak itu tapi tiba-tiba Barja menjauhkan mangkoknya. "Biarin gue makan." Gadis itu mencoba meraih mangkoknya.
"Tang! Semangkok level jahanam udah cukup!"
"Biarin gue makan, Ja!"
Tidak bisa diperingatkan, Barja meletakkan mangkok itu dengan kasar dan jauh dari jangkauan Bintang. Kemudian mencengkram kedua bahu sahabatnya erat-erat agar melihatnya. "Heh! Dengerin gue! Gue udah tahu semuanya! Nangis aja kalau lo pengin nangis sekarang! Nggak usah pake alibi makan seblak level jahanam lagi!" bentak Barja. Persetan dengan semua pelanggan yang melihat drama mereka. Terpenting sekarang adalah kondisi sahabatnya.
Bintang menatap Barja dengan mata berkaca-kaca lagi. Pandangannya pun jadi buram. Pikiran serta harga dirinya melarang untuk menangisi Galaxy. Akan tetapi tubuhnya berkhianat. Bulir-bulir bening itu turun satu per satu melewati pipinya seiring dengan isakkan yang tak dapat dia cegah. Lalu aliran itu menjadi deras, tidak bisa terbendung dan semakin tak terkendali. Gadis itu pun menunduk, untuk menangis sejadi-jadinya.
"I love him, Ja. But he's such a little rascal! What should I do?"
Bersama dengan itu, suara lagu juga terdengar jelas dan berakhir.
Back, hurry back ....
Please, bring it back home to me because you don't know what it me ....
_______________________________________
Thanks for reading this chapter
Thanks juga yang udah vote dan komen
See you next chapter teman temin
With Love
©®Chach Eclipster
👻👻👻
20 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top