Chapter 28

Selamat datang di chapter 28

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo

Thanks

Happy reading everyone

Hope you like it

❤️❤️❤️

______________________________________

Lebih baik dibenci karena jujur,
daripada disukai karena bohong

~Zhardian Abimanyu~
_______________________________________

Canada, 4 April
08.20 p.m.

Sepuluh tahun yang lalu, saat usia Galaxy Andromeda masih enam tahun, mama kandungnya meninggal dunia karena kanker otak. Setahun kemudian, papanya yang warga negara Canada pun menikahi wanita Indonesia.

Karena mencintai istri barunya, papa Galaxy mendeklarasikan pindah ke Indonesia untuk memulai hidup baru. Untuk urusan pekerjaan, tidak masalah. Firma Arsitek yang papanya kelola bisa dipindahkan ke Indonesian, tepatnya di Jakarta pusat. Sejak saat itu pula, Galaxy mendapat kakak perempuan bernama Aira mentari. Seseorang dengan predikat cantik, manja dan periang.

Orangtua mereka yang sibuk, tidak lantas membuat Galaxy kesepian. Karena ada Aira. Dulu dia belum bisa berhasa Indonesia, tetapi Aira mengajarinya.

Menginjak usia sepuluh tahun, Galaxy tertarik untuk belajar bermain piano karena Aira hobi menyanyi. Dia ingin mengiringi nyanyian Aira dengan dentingan pianonya. Maka mulailah dia belajar piano.

Karena terbiasa dengan Aira lambat laun perasaan Galaxy tumbuh melebihi wajar. Saat Aira baru beranjak SMA, Galaxy dikejutkan sesuatu.

“Dek, lihat deh. Manis nggak sih?” tanya Aira pada Galaxy sambil nenunjukkan foto Barja Agritama di aplikasi instagram.

Saat itu mereka sedang duduk santai di dekat kolam renang pada sore hari. Galaxy kontan waspada tapi berusaha tenang dalam duduknya sambil bermain gim di ponsel. Padahal sejujurnya dia tidak suka Aira mengatakan laki-laki lain manis.

“Biasa aja.”

“Anak basket looh, sayang banget gue nggak sekelas ama dia.” Aira senyum-senyum sendiri sambil terus melihat-lihat foto Barja. “Dia yang nolongin gue waktu diomelin kakak OSIS pantia MOS.”

Sejak saat itu Aira terus menerus menyebut nama Barja. Galaxy pun merasa muak. Lalu dia menceritakannya pada Zhardian. Kata sahabat yang ahli dalam segala hidang termasuk percintaan—padahal sendirinya jomlo—dapat disimpulkan kalau dia menyukai Aira bukan sebagai kakak, tapi sebagai perempuan.

Suatu saat di penghujung kelulusan SMP, Galaxy menyatakan perasaannya pada Aira dan betapa kagetnya perempuan itu.

Dek, jangan kayak gini. Kita udah jadi saudara lama banget. Gue nggak ada perasaan yang kayak gitu. Kalau bilang sayang, ya gue sayang sama lo sebagai adik gue. Tapi buat suka sebagai cowok. Sorry gue suka Barja.”

“Tapi lo belum kenal dia kak Ai ...,” bantah Galaxy.

Sorry, Dek.”

Gue yakin, lo tuh cuma lagi nge-fans aja. Lo sebenernya suka sama gue sebagai cowok, bukan sebagai adik!”

“Enggak Gal,” jawab Aira sambil menggeleng.

“Gue bakalan buktiin itu!”

Galaxy pun pergi dengan rasa marah kemudian memutar otak untuk menyusun rencana menarik perhatian Aira kembali dengan cara mengikuti Aira ke SMA Geelerd. Padahal dia sudah berencana kembali ke Canada untuk mendalami permainan pianonya karena bercita-cita menjadi komposter terkenal. Demi Aira. Namun bukankah kadang rencana bisa berubah?

Kata orang, untuk membuktikan orang itu memiliki perasaan suka atau tidak, buatlah orang tersebut cemburu. Maka Galaxy akan berusaha membuat Aira cemburu dengan mengencani seseorang. Dimulai dari sesuatu yang menggebrak, seseorang yang tidak hanya perempuan biasa. Harus seseorang yang memiliki track record luar biasa. Suatu kebetulan Galaxy melihat Cecilia Bintang.

“Lo gila Gal! Enggak! Sebagai sahabat, gue nggak ngedukung lo,” kata Zhardian usai mendengar Galaxy mengutarakan rencana tersebut.

“Kenapa?” tanya Galaxy dengan polos seperti biasanya. Membuat Zhardian ternganga.

“Menurut gue, lo mending tenangin diri dulu Gal. Siapa tahu kesimpulan gue waktu itu salah, sebenernya lo nggak suka kak Aira sebagai cewek. Tapi emang bener-bener sebagai saudara.”

“Terus kenapa gue ngerasa nggak suka waktu dia terus-terusan cerita soal Barja si Tinja itu?” Nada Galaxy memang polos, akan tetapi Zhardian tahu sahabatnya itu sedang bingung sekaligus marah.

Mungkin itu parasaan wajar kalau adik cowok nggak suka kakak ceweknya sama orang yang belum dikenal,” papar Zhardian.

“Enggak Zhar.” Galaxy menjawabnya sambil lalu karena sibuk mencari instagram Barja. Dirasa ketemu, dia pun menggeser-geser foto dan menggerutu. Sebenarnya apa yang Aira banggakan dari Barja? Lalu matanya menangkap sesuatu. Yaitu foto seorang gadis bersama Barja sedang memegang medali kejuaraan basket.

Harus Galaxy akui bahwa sepertinya Barja ini cukup digemari oleh murid perempuan di sekolah. Terbukti dari pengikut instagram-nya yang puluhan ribu. Apa dia harus ikut basket juga agar Aira menyukainya?

Jakarta, 17 Juni
08.00 a.m.

Pada waktu pertama kali masuk sekolah, tepatnya saat upacara bendera telah usai, para murid  berhamburan untuk masuk ke kelas masing-maisng. Begitu juga Galaxy dan Zhardian. Mereka berjalan ke koridor untuk bisa mencapai gedung kelas sepuluh.

Samar-samar dari kejauhan, Galaxy tidak sengaja melihat Barja sedang berjalan dengan seorang gadis yang tingginya menyamai laki-laki yang disukai Aira itu. Mereka terlihat sangat akrab. Barja sedang menarik rambut berkuncir ekor kuda gadis itu sementara gadis itu sendiri balas menyiku perut Barja sambil uring-uringan. Melihat hal tersebut, Galaxy menghentikan langkahnya diikuti Zhardian. Itu gadis yang di Instagram Barja!

“Tuh si Barja udah punya cewek, kenapa kak Aira masih suka? Tapi bisa jadi kak Aira percaya diri soalnya cewek itu nggak ada apa-apanya dibandingin sama kak Aira.”

“Mana Gal?” tanya Zhardian sembari mengikuti arah pandangan Galaxy. Setelah mengetahuinya, baru berkomentar. “Oh, itu bukan ceweknya Gal, itu namanya kak Bintang dan dia menarik tahu!”

“Kayak nama cowok,” komen Galaxy asal-asalan. Masih terus memandangi Barja dan Bintang dari kejauhan.

Zhardian yang notabennya merupakan google dan majalan gosip berjalan—sebab mengetahui seluk beluk SMA Geelerd—pun merasa tidak terima. Pasalanya dia baru saja bergabung dengan BFC, alias Bintang Fans Club. Dengan kata lain, Zhardian juga fans Bintang. Namun bukan yang fanatik. “Nama lengkapnya Cecilia Bintang. Dia itu kebanggaan sekolah Gal, jago basket! Dan mereka cuma sahabatan. Tapi semua orang tahu sih kalau di suka kak Barja, cuma kak Barjanya aja yang nggak nyadar. Makanya dicomblangin sama orang-orang.”

Mendengar penuturan Zhardian, tiba-tiba ada sebuah bola lampu yang menyala di atas kepala Galaxy mirip di film-film kartun. Pertanda sebuah ide cemerlang datang. “Kayaknya dia cocok jadi cewek gue Zhar.”

Zhardian hampir melompat karena terkejut dengan perkataan Galaxy. “Gal! Jangan! Kak Bintang itu ada Fans Club-nya. Dan mereka itu yang nyomblangin! Bisa berabe lo Gal kalau deketin dia!”

Galaxy malah tersenyum penuh arti. “Kebetulan Zhar, bukannya malah bagus kalau sama cewek famous kayak gitu? Jadi gue nggak perlu woro-woro ke kak Aira. Cukup Fans Club-nya aja dan kak Aira udah denger sendiri. Pasti dia nggak bakalan nyangka kalau gue bisa pacaran sama cewek famous tapi mukanya biasa aja. Lucu aja sih mereka sama-sama suka sama Barja.”

“Jangan gitu Gal!” Zhardian menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Heran deh gue! Lo tuh polos tapi bisa kayak gini ya?!”

“Buat dapetin cewek yang kita sukai itu butuh usaha Zhar.”

“Wah gila lo Gal! Dengerin nih ya kata-kata bijak gue. Kalau lo  ngelakuin sesuatu dengan niat buruk, pasti hasilnya buruk juga Gal! Udah! Mending lo baikan aja sama kak Aira.”

Galaxy tidak mendengarkan kata Zhardian dan mulai menyusun rencananya. Dia akan mendekati Bintang yang menjadi idola di sekolah, dengan begitu Aira akan cemburu lalu sadar bahwa perempuan itu menyukainya.

Dimulai dari Galaxy menggali informasi dengan merecoki Zhardian agar mau menceritakan semua tentang Cecilia Bintang. Awalnya Zhardian merasa geram, tapi lama-lama menceritakannya juga. Karena Zhardian tahu, Galaxy adalah orang yang bertekad kuat akan sesuatu. Akan berusaha mendapatkan apa yang menjadi keinginannya dan pantang menyerah.

“Dia galak Gal,” kata Zhardian. “Bukan tipe lo. Kak Aira kan lemah lembut, marah aja tetep kayak gitu.”

“Bagus Zhar, semakin besar tantangannya itu semakin bikin gue semangat!”

Mungkin kalau Galaxy mengatakannya dengan kilatan mata licik, Zhardian akan memukuli sahabatnya tersebut. Namun Galaxy mengatakannya dengan wajah polos. Bagaimana Zhardian tidak simpati? Galaxy memang polos, kadang terlalu polos sampai bisa diperbudak perasaan suka seperti ini. Lalu Zhardian menyadari sesuatu bahwa, itu bukan perasaan suka, melainkan obsesi Galaxy semata.

“Gal, gue salah deh Gal. Lo bukan suka sama kak Aira, tapi cuma obsesi. Serius.”

“Bedanya apa Zhar?” tanya Galaxy.

“Ck! Muka doang yang ganteng nggak cukup Gal! Otak lo juga harus ganteng! Udahlah, nih lo baca sendiri aja grup WA sama instagram-nya BFC!” Daripada berakhir dengan pertengkaran besar, akhirnya Zhardian menyerahkan ponselnya pada Galaxy.

Jakarta, 29 Juli
11.20 a.m.

Seperti informasi yang sudah Galaxy dapat sebelumnya, bahwa saat ini merupakan acara final basket SMA Geelerd dan SMA lain. Pertandingan itu dilaksanakan di SMA Geelerd. Tibalah bagi Galaxy untuk memulai sesuatu terhadap Bintang.

Menurut informasi, Bintang itu susah didekati, galak, suka berkata kasar dan kotor, bar-bar serta tomboy. Para murid laki-laki memang sering membicarakan gadis itu di kantin, tapi tidak ada satu pun yang memiliki tekad mendekati Bintang sebab merasa gadis tomboy itu terlalu tinggi untuk di lampaui. Entah dari segi fisik mau pun kemampuan akademik dan olahraga.

Bintang jelas bukan tipe Galaxy. Itu justru bagus. Jadi tidak akan ada persasaan yang bisa ditanam pada gadis itu. Rencananya akan berjalan mulus. Dia akan mendekati Bintang, lalu membuat gadis itu jatuh cinta padanya. Setelah Aira tahu dan merasa cemburu, dia akan meninggalkan Bintang untuk kembali pada Aira. Ini sangat mudah, pikirnya.

Usaha yang Galaxy gunakan dengan mempermalukan dirinya sendiri di GOR usai pertandingan basket itu gagal. Oh tidak apa-apa, memang hasil yang maksimal membutuhkan proses yang tidak main-main.

Usaha kedua mendatangi gadis itu di kelasnya, juga masih gagal. Itu justru semakin memicu semangat Galaxy untuk mendekati Bintang. Lalu ada sesuatu yang aneh. Gadis tomboy itu mengkhawatirkannya terlambat masuk kelas. Ada sesuatu yang menghangat di dalam rongga dada Galaxy. Namun dia mengabaikannya.

Keanehan yang lain datang. Gadis itu mengajaknya ke tempat mang Uung di saat dirinya butuh penghiburan setelah bertengkar dengan Aira. Tentu saja karena Galaxy masih memaksa Aira untuk menerima perasaannya dan mogok latihan piano. Padahal konser tunggalnya tinggal beberapa waktu lagi, tapi dia tidak peduli dan malah berencana ikut ekskul basket. Sesuatu yang rawan untuk jari-jarinya. Sesuatu untuk melawan sekaligus membuat kesan pada Aira bawa dia juga bisa bermain basket seperti Barja.

Keanehan berikutnya datang lagi. Galaxy suka melihat wajah damai gadis tomboy itu dalam tidurnya sewaktu di dalam perjalanan naik bus. Selain itu, Bintang juga peka akan seuatu dan mengkhawatirkan tangannya yang terkena air panas. Entah kenapa rasanya Galaxy jadi ingin memeluknya dan itu membuatnya nyaman.

Lambat-laun, Galaxy melupakan niat awalnya. Pada saat melihat Bintang mengenakan dress dengan potongan terbuka pada bagian pundak di Taman Bunga Nusantara, entah kenapa dia tidak suka ada mata laki-laki lain yang melihat gadis itu seperti kucing kelaparan.

Keanehan-keanehan berikutnya muncul. Aira sudah benar-benar terlupakan oleh benak Galaxy karena senyuman gadis tomboy itu telah menggantikannya. Maka dari itu dia suka mengabadikan momen tersebut di kamera yang selalu dia gunakan untuk memotret Aira. Hingga Bintang melihat foto kakak tirinya, Galaxy merasa ragu. Apakah benar dia menyukai Aira? Namun kenapa jantungnya tidak berdebar keras seperti saat dia bersama Bintang?

Pada saat kakak perempuan tirinya menjemputnya dari Puncak dan mengajaknya makan malam, Galaxy merasa semakin ragu. Bukankah itu artinya Aira sudah mulai menerima perasaanya? Untuk membuktikan, Galaxy sengaja meletakkan kamera di meja lalu pura-pura ke toilet agar Aira mengecek kameranya. Padahal dia mengintip dari kejauhan dan dia senang prediksi itu tepat. Namun nyatanya fakta bahwa Aira melarangnya mendekati Bintang, membuat sesuatu dalam dirinya yang marah. Harusnya dia senang, satu langkah besar yang dia ambil berhasil, tapi nyatanya tidak.

Perasaan suka pada Aira yang semula ada kini berganti dengan rasa dongkol. Lalu entah kenapa pikirannya tertuju pada Bintang. Oleh karena itu Galaxy mendatangi rumah gadis itu walau sudah malam, dan tanpa babibu kontan memeluk Bintang. Perasaannya pun membaik. Dengan implusif dia pun meminta agar gadis itu tidak meninggalkannya meski bagaimanapun keadaannya.

Usaha mendekati Bintang yang semula bertujuan untuk mendapatkan Aira, sudah luntur sepenuhnya ketika kencan mereka di D’Chocolate Heaven. Kata Zhardian, Galaxy sudah mulai menyukai Bintang. Oh, kali ini Galaxy tidak serta merta lantas percaya begitu saja sebab Bintang sama sekali bukan tipenya. Namun keraguan itu kontan sirna saat di bioskop dan dia bertemu dengan Barja—yang kemungkinan besar bersama Aira. Galaxy ketakutan setengah mati kalau kakak tirinya itu bertemu dengan Bintang lalu mengungkapkan semua rahasia busuknya. Galaxy takut Bintang akan meninggalkannya.

Detik itu pula, dia sadar bahwa dia telah jatuh cinta pada Bintang. Jantungnya berdegup kencang, perasaan senang dan hangat itu menyelimuti diri Galaxy.

“Apa gue bilang Gal! Lo tuh jatuh cinta sama kak Bintang! Gue seneng Gal!”

Tidak bisa menahan senyum, Galaxy sangat senang dengan pernyataan Zhardian. Jatuh cinta pada Bintang terasa benar. Minggu pagi pun terasa lebih menyenangkan dan Galaxy ingin potong rambut sesuai usul Bintang.

“Mau ke mana lo Gal?” tanya Zhardian pagi itu karena melihat Galaxy sudah mandi dan hendak pergi.

Dengan senyum secerah matahari pagi, Galaxy menjawab, “Don’t ask me Dude, I’m falling in love ....” Sambil berjalan mundur dan menunjuk Zhardian menggunakan kedua tangan, dia lanjut berkata, “Ayo ikut gue Zhar.”

“Ke mana emang?”

“Potong rambut ... biar lebih ganteng dan keren di mata kak Bintang.”

Usai dari Barber Shop Galaxy pulang ke rumah Zhardian dan menelepon Bintang. Kemudian Zhardian memberinya petuah lagi.

“Lebih baik, lo kelarin masalah lo sama kak Aira, terus ngaku semuanya sama kak Bintang Gal.”

Usul Zhardian itu jelas mengejutkan Galaxy. “Gimana kalau kak Bintang benci gue Zhar?”

“Gini loh Gal, lebih baik dibenci karena jujur, daripada disukai karena bohong. Lagian Gal, serapat-rapatnya kita nyembunyiin rahasia, entar suatu saat pasti terungkap juga. Lo nggak mau kan kalau kak Bintang tahu masalah ini dari orang lain? Atau parahnya lagi dari kak Aira?”

Galaxy pun mengangguk setuju. Ternyata selain google dan majalah gosip berjalan, Zhardian juga quote yang mirip di dinding-dinding kafe.

_________________________________

Thanks for reading this chapter

Thanks juga udah vote dan komen

See you next chapter teman temin

With Love
©®Chacha Eclipster
👻👻👻

20 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top