Chapter 10
Selamat datang di chapter 10
Tinggalkan jejak dengan vote dan komen
Tandai jika ada typo (sering kaki suka tebar pesona)
Thanks
Happy weekend
Happy reading everyone
Hope you like this
❤❤❤
______________________________________________
Siapa tahu bayangan aroma campuran antara kayu dan pinus serta senyum Galaxy bisa luntur
~Cecilia Bintang~
______________________________________________
Puncak, 6 Agustus
15.30 p.m.
Villa yang mereka sewa berlantai dua dengan balkon luas menghadap kebun teh dan halaman berumput dikelilingi beberapa pohon sebatas pagar yang terletak di belakang lantai satu. Sebenarnya ada kolam renang tidak terlalu besar yang terletak di lantai dua. Tapi siapa yang akan berenang dalam keadaan cuaca dingin seperi ini kalau bukan Elsa Frozen atau pinguin Madagaskar?
Fasilitasnya pun cukup lengkap. Ada beberapa kamar yang dibagi dan muat untuk menampung semua anggota tim. Komposisinya, lantai satu untuk pelatih, asisten dan tim putra, sedangkan yang di lantai dua untuk tim putri.
Ada dapur yang langsung menghadap halaman belakang dan beberapa kamar mandi berair hangat serta ruang TV. Selain itu villa ini sebagian besar berdinding kaca. Jadi bisa melihat hamparan kebun teh yang menyejukkan mata.
Siang menjelang sore, beberapa anggota tim putra membantu pelatih beserta aistennya untuk persiapan api unggun nanti malam. Sementara yang putri berkutat dengan urusan perdapuran, seperti menyiapkan bahan makanan yang akan dibakar dan minuman hangat.
Namun itu tentu tidak berlaku pada Bintang. Gadis itu masih betah bergumul dengan selimut tebal di salah satu kamar yang muat tiga orang. Kebetulan kamar itu memiliki jendela menghadap taman belakang. Jadi ketika melihat ke luar, tampaklah anggota tim putra bergotong royong membuat api unggun.
“Tang, bantuin kita dong. Jangan tidur mulu ih!” Yola yang kebetulan sekamar dengan Bintang menggunjang tubuh dibalik selimut itu.
Bukan alasan gadis tomboy itu tidak ingin membantu. Sebenarnya dia masih berusaha mencerna kejadian tadi. Sungguh, Galaxy benar-benar membuatnya merasakan berjuta perasaan. Campuran antara terkejut, marah, malu, gugup, berdebar tanpa alasan dan lain sebagainya. Namun beruntungnya pemilik iris cokelat terang itu tidak peka, sehingga Bintang bisa segera bergegas masuk villa.
Ini termasuk daftar baru dalam kamus Bintang. Biasanya dia akan senang hati menghadiahi tinju karena ada seseorang yang telah kurang ajar padanya. Tapi melihat kepolosan dari wajah adik kelas tersebut serta kenyaman yang berhasil dibentuk oleh Galaxy, Bintang meloloskannya.
Kali ini. Cuma kali ini doang. Bintang membuat catatan dalam hati kemudian menyebulkan kepala dari balik selimut.
“Lo turun duluan, abis gini gue nyusul.”
“Ya udah deh, gue duluan ya Tang. Jangan lama-lama lho.”
Bintang hanya mengacungkan jempol.
Sepeninggalan Yola, gadis itu menendang selimut ke samping dan bangkit. Tubuhnya merapat ke kaca jendela, bermaksud ingin mengintip keberadaan Galaxy. Memastikan bahwa dirinya tidak sedang diperhatikan.
Jangan sampai adik kelas itu menemukannya di dapur kemudian menjadi ajang pendekatan.
Haish! Sebenarnya apa sih yang dipikirin cowok itu?! Kenapa pula pikirannya jauh lebih waspada terhadap Galaxy? Bintang merasa lucu.
Usai memastikan sekali lagi jika tidak adanya pergerakkan atau tanda-tanda keberadaan dari Galaxy di dapur, Bintang memasang tudung jamper kemudian turun dan merapat ke sana.
“Gue bisa bantuin apa nih?” tanyanya pada beberapa temannya yang sibuk menusuk jagung. Ada juga yang membuat bumbunya untuk dibakar nanti.
“Eh, tolong bawain alat pemanggang itu ke halaman belakang dong Tang.” Salah satu temannya menyahut. Bintang kontan waspada.
“Kenapa mesti di halaman belakang? Bukannya itu tugasnya cowok buat ngangkut-ngangkut?”
“Ya udah Tang, kalau gitu tolong panggilin salah satu cowok buat ngangkat alat itu,” balas temannya yang lain.
Bintang reflek garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Ya ini namanya sama aja Markonah!
Ya sudah, akhirnya gadis itu memutuskan untuk membawa alat tersebut sendirian. Lagi pula, alatnya tidak terlalu besar dan kelihatan ringan. Akan tetapi sepertinya dia terlalu menganggap remeh berat alat tersebut. Kala mencoba mengangkatnya, ternyata tidak seringan yang dia bayangkan. Bintang memang kuat, mengingat badannya yang berukuran lebih besar dari kebanyakan perempuan pada umunya—wajar juga bila teman-teman memintanya mengangkat ini dan itu. Namun kali ini dia sedikit kesusahan.
“Minta tolong ya Kak, kalau terlalu berat.”
“Astaga dragon!” Bintang hampir saja melempar pemanggang akibat Galaxy tiba-tiba ikut mengangkat alat tersebut. “Bisa nggak sih lo tuh nggak tiba-tiba dateng kayak gitu?! Bikin jantungan aja!”
Bintang pun pasrah ketika adik kelas itu mengumbar senyum seribu wattnya kemudian mengambil alih sepenuhnya. “Sorry. Padahal dari tadi gue di sebelah Kakak, tapi nggak nyadar.”
Ha? Sejak kapan laki-laki ini disebelahnya? Perasaan, mata Bintang selalu waspada. Kepalanya bahkan seolah dipasangi radar untuk mendeteksi keberadaan Galaxy. Tapi kenapa tidak ada alarm yang menyala dalam kepala gadis itu jika Galaxy berada dalam radius sedekat ini? Apa laki-laki ini terlalu sakti dan tak kasat mata sehingga Bintang tidak menyadarinya? Atau gadis itu yang terlalu fokus pada alat pemanggang?
Bintang rasa tidak. Galaxy pasti nyamar jadi tembok tadi, makanya tidak terlihat.
Bintang yang masih cengo kembali mendengar suara berat namun ceria dari bibir tipis laki-laki itu. “Biar gue yang bawa ke sana. Kakak bantu aja temen-temen cewek di dapur, oke?”
Bintang hanya mengangguk. Sejujurnya ingin cepat kabur dari Galaxy yang sekarang menggotong alat pemanggang dengan senyum tak lepas dari bibir tipis merah muda tersebut. Kemudian melepas satu genggaman untuk memberi kiss bye sebelum pergi dari hadapannya.
Astaga! Apaan sih!
Puncak, 6 Agustus
16.01 p.m.
Selama membantu di dapur, mata Bintang bagaikan cameleon yang mengintai mangsa. Tidak henti-hentinya mengawasi keberadaan Galaxy. Sampai-sampai tidak konsentrasi menusuk marshmallow dan malah memakannya.
Yola yang tidak sengaja melihat tingkah Bintang kontan berkacak pinggang. “Tang, marshmallow-nya buat entar ya!”
Mendengar suara tersebut, Bintang segera menelan permen lembut nan manis itu sehingga bisa menghadap Yola sepenuhnya. “Hehe enak La,” jawabnya sambil meringis dan tanpa rasa dosa.
Sebelum marshmallow lain masuk ke mulut Bintang lagi, Yola segera menyelamatkannya.
“Ya emang semua yang gratisan itu enak Tang! Tapi ini buat sama-sama! Entar deh kalau udah acara ramah-tamah, lo baru boleh ambil semuanya. Bawa pulang sekalian kalau perlu! Sekarang nggak boleh!”
Teman-teman perempuan yang berada di dapur dan menyaksikan mereka kini tertawa. Tidak sedikit pula yang setuju dengan pendapat Yola.
“Mending, semua makanan yang mau dibakar entar malem, sekarang lo bawa ke meja kecil deket pemanggang itu deh!” Yola kembali memerintah setelah meletakkan marshmallow di piring besar bersama jagung, sosis, dan lain-lain.
Bintang mencibir. “Ya ampun jangan jadi Medusa dong! Pelit kali ya! Dikit doang elaaahhh ....”
“Dikit-dikit! Lama-lama jadi bukit! Udah sana bawa ke halaman belakang!” titah Yola yang sudah menyodorkan piring tersebut dan mendorong bahu Bintang.
Gadis itu kembali mencibir tetapi tidak bisa menolak. Hanya pasrah membawa setumpuk makanan menuju meja kecil sebelah pemanggang dengan sikap waspada. Jaga-jaga kalau Galaxy tiba-tiba muncul seperti tadi. Beruntungnya kali ini adik kelas imut nan unyu itu tidak ada di sana. Jadi Bintang bisa bernapas lega.
Oh, tapi sepertinya kelegaan itu tidak betah tinggal dalam diri Bintang terlalu lama sebab kala dia berbalik hendak kembali ke dapur, matanya dapat menjangkau sosok Galaxy yang terlihat dari kejauhan.
Memang, laki-laki itu tidak sedang menatapnya sekarang, hanya berjalan membawa beberapa kayu bersama temannya yang ikut ke kantin mbok Sarmi kemarin. Namun tetap saja. Alarm dalam kepala Bintang menyala. Sebelum keberadaannya terdeteksi oleh Galaxy, gadis itu lebih dulu melipir ke dapur secepat yang dia bisa. Sesekali iris hitam legamnya melirik ke arah Galaxy. Akan tetapi terlambat, sebelum langkah lebar Bintang resmi memasuki dapur yang berjarak kurang dari dua meter lagi, laki-laki itu sudah menyadari keberadaannya dan melayangkan senyum.
Abaikan! Abaikan! Abaikan!
Bintang mempercepat langkah. Sambil menunduk, tangannya terangkat ke dada, menahan deburan jantungnya yang berkejaran.
Kenapa pula jantungnya harus berdetak sekencang ini? Hanya gara-gara senyum adik kelas itu? Ini pasti karena dia malu telah bersandar pada tubuh nyaman itu. Bintang yakin seribu persen dengan alasan itu. Sebelum gila akibat selalu waspada terhadap Galaxy secara terus-menerus, dia memutuskan untuk berlari menuju kamar mandi dan mengguyur seluruh tubuhnya menggunakan air hangat.
Siapa tahu bayangan aroma campuran antara kayu dan pinus serta senyum Galaxy bisa luntur.
Puncak, 6 Agustus
19.09 p.m.
Beratap langit gelap bertaburan gemintang serta angin sejuk yang ramah, sebagian besar anggota tim sudah duduk mengelilingi api unggun. Ada beberapa yang mendekati bara tersebut serta mengusap-ngusap tangan untuk mencari kehangatan, ada juga yang sedang bernyanyi sambil memetik gitar.
Perasaan Bintang sudah jauh lebih baik sekarang. Dapat dikatakan sudah bisa stay cool. Tidak memasang radar pendeteksi keberadaan Galaxy lagi. Jadi, dia juga bersikap tenang saat tiba-tiba adik kelas berjaket Alan Walker putih bersama seorang teman duduk tepat di depannya. Posisinya terhalang api unggun akan tetapi sama sekali tidak menutupi pandangan mereka yang bersirobok.
Stay cool Tang, stay cool. Anggep aja lo tadi kagak tidur nyender dia.
“Hai Kiddo!” sapa Bintang. Sejujurnya dia juga tidak tahu kenapa harus beramah-tamah dengan Galaxy.
Sementara adik kelas itu sendiri sudah memasang senyum berjuta volt.
Dipikir, Bintang akan tersengat alias terpengaruh? Begitu?
Iya, sedikit.
“Seneng disapa Kakak duluan.”
Tuh kan! Tuh kan! Makin ge er nih bocah unyu! Bisa nggak sih dia nggak usah senyum-senyum gitu?!
Galaxy yang baru akan memperkenalkan Zhardian secara resmi pada Bintang, harus mengurungkan niat sebab suara pelatih lebih dulu menyita perhatiannya serta semua anggota tim. Bahkan irama genjrengan gitar kontan berhenti, yang semula berada di dekat api unggun kini juga sudah mengambil duduk masing-masing untuk fokus pada sumber suara tersebut.
“Baik, sudah ngumpul semua ya?” Kedua tangan beliau berekspresi, seiring dengan sepasang mata yang menatap sekeliling. Bermaksud mengabsen semua anggota.
“Sudah Pak,” jawab semua anggota tim secara serempak.
“Yak, selamat malam semuanya. Tibalah kita pada acara yang sudah kita tunggu-tunggu. Sebelum acara kita mulai, alangkah baiknya kita berdo’a menurut keyakinan dan kepercayaan masing-maisng. Berdo’a mulai.”
Keadaan menjadi hening dalam sekejap. Setelahnya suara pelatih kembali memenuhi halaman belakang villa ini.
“Saya ucapkan terima kasih pada semuanya karena sudah membantu saya menyiapkan api unggun dan membuat acara ini bisa terlaksana. Tanpa membuang waktu lagi, mari kita mulai saja ya.
“Yok. Bagi anggota baru, silahkan berdiri dan perkenalkan diri kalian. Ceritakan juga motivasi kalian ikut eskskul basket ini. Nggak perlu saya tunjuk ya, giliran aja yang tertib, kalian udah besar.”
Pelatih kembali duduk di sebelah meja kecil dekat pemanggang bersama asisten. Sementara itu tiba-tiba Galaxy berdiri dengan percaya diri. Semuanya praktis memusatkan perhatian pada laki-laki itu, termasuk Cecilia Bintang. Perasaan gadis itu mendadak jadi tidak enak.
“Selamat malam semuanya. Kenalkan nama saya Galaxy. Kalau ditanya kenapa saya ikut basket? Jawabannya karena nama tengah saya adalah basket. Galaxy Basket Andromeda. Jadi saya ikut ekskul ini.”
“Perasaan nama lo Galaxy Andromeda doang kagak ada basketnya, sejak kapan jadi Galaxy Basket Andormeda?” sahut Zhardian yang berada di sebelah laki-laki itu.
“Sejak detik ini Zhar.”
Semua anggota tim langsung tertawa, tidak sedikit juga yang bisik-bisik dan gibah terang-terangan kalau Galaxy itu imut, unyu, manis dan lain-lain. Pelatih dan asisten hanya bisa tersenyum lebar. Sementara Bintang? Perasaannya yang sempat tidak enak tadi sekarang sudah hilang digantikan ngakak yang paling keras cuy.
“Tapi itu alasan kedua saya.” Suara berat dan dalam itu kembali menyita perhatian. “Alasan utamanya ada di sana.” Tatapan Galaxy yang semula beredar ke sekeliling, kini berhenti pada gadis yang duduk tepat di depannya dan masih terbahak. “Karena saya pengen jadi pacarnya kak Cecilia Bintang.”
Bintang praktis berhenti tertawa sebab tersedak ludahnya sendiri. Semua penghuni halaman belakang kini fokus bersorak padanya. Yola yang sedari tadi duduk di sebelahnya pun berkomentar. “Ya ampun Tang, itu yang kapan hari nembak lo di GOR ama di kelas bukan sih? What a sweet boy. Terima aja Tang.”
Sweet boy, sweet boy, gundulmu. Batin Bintang berteriak. Demi kerang ajaib! Saat ini rasanya Bintang ingin menguncir mulut adik kelas itu. Oh tidak! Bintang rasa lebih baik menyelamatkan urat malunya lebih dulu. Tudung jaket abunya mungkin bisa. Jadi dia memasangnya hingga menutupi seluruh wajahnya.
“Jadi, semuanya mohon kerjasama dan do’anya ya. Kalau boleh jujur, saya pengen dilatih sama kak Bintang yang jago basket. Pdkt-nya biar maksimal.”
Kamvretoz nih human!
Pelatih kontan menjawab, “Tang, saya serahkan kamu ya Tang.”
Bintang kontan melotot dan mendongak untuk menatap nanar pelatih yang sedang tersenyum lebar padanya.
“Bapak pasti bercanda ya Pak?” tanyanya.
“Enggak Tang, saya ini juga pernah muda, jadi yang kayak gini bisa maklum. Lagian pasti dia tambah semangat latian kalau kamu yang ngajarin.”
“Tapi Pak—”
“Udah, nggak apa-apa.” Pelatih memotong pembicaraan Bintang, lengkap dengan lambaian tangan. Kemudian melipat keduanya di dada. “Nggak usah sungkan-sungkan Tang.”
Demi kerang ajaib! Saya nggak sungkan Pak!
Rasanya Bintang ingin garuk-garuk tembok tetangga sekarang juga.
“Pwwwiiittt ....”
“Swiiitt ... switt ....”
Di tengah sorakan, suara Galaxy kembali terdengar. “Terima kasih Pak. Tapi, buat permulaan, apa boleh saya duduk di sebelah kak Bintang sekarang? Biar bisa nanya nomer HP-nya?”
Haish! Minta di-smack down nih bocah
______________________________________________
Thanks for reading this chapter
Thanks juga yang udah vote dan komen
See you next chapter teman-temin
With Love
©®Chacha Eclipster
👻👻👻
29 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top