BIMPIRIMPI || 02
Selamat datang hari minggu! Betapa indah sekali hari ini.
Minggu pagiku akan kuhabiskan bersama dengan Yessa. Ya, kami sudah menyusun planning kencan seharian. Dari nonton, jalan-jalan, wisata kuliner dan main ke pantai. What a perfect plan!
Aku kembali menatap layar tabletku. Kini kulihat cerita andalanku masih menduduki peringkat pertama. Ini sudah hampir dua minggu. Wow, sangat menyenangkan sekali rasanya. Jirih payahku untuk membuat sebuah cerita yang dapat dinikmati orang banyak terbayarlah sudah. Aku tak pernah menyangka bahwa cerita abal miliku dapat seterkenal ini. Sungguh di luar bayanganku. Aku sungguh sangat bersyukur. Sangat-sangat bersyukur.
Ting ... ting ... ting ....
Terdengar getaran dari atas meja. Aku menoleh ke arah meja tersebut dan kudapati hapeku bergetar dengan tak sabarannya. Dengan segera kuambil hapeku dan kubuka aplikasi Line.
Pimpi : Di mana?
Pimpi : Jalan yok?
Pimpi : Males nih di rumah.
Pimpi : Nonton kek.
Pimpi : Makan kek.
Pimpi : Ngapain kek.
Aku tersenyum membaca pesan line dari Pimpi tersebut. Sepertinya dia sedang butuh hiburan.
Bimbi : Gak bisa Pim. Gue udah ada janji sama Yessa nih.
Pimpi : Yaahhh ... pembaca pesan kecewa.
Bimbi : Sorry. Besok deh.
Pimpi : Besok gue kuliah full, Bim.
Bimbi : Besoknya lagi kalo gitu, ya.
Pimpi : Besok-besok aja terus sampe avatar dan Dora jadian.
Bimbi : Haha ... beda film woy.
Pimpi : Ah gak asik lo :p
Bimbi : Asik-asik joss!
Pimpi : Gak lucu, Bim. Garing wek.
Bimbi : Hahaha udah ah, gue mau jalan dulu yeee. Bye cintahh
Aku terkikik geli membaca balasan Line darinya. Tuhkan, Pimpi memang lucu. Lucu-lucu ngeselin. Gak deng, bercanda.
Ngomong-ngomong, Yessa mana ya? Kok belum datang juga? Katanya mau jemput jam sembilan? Ini sudah jam sembilan lebih banyak, Yessanya gak muncul-muncul. Yessa nyebelin!
Ting ... ting ... ting ....
Kembali hapeku mengeluarkan sebuah suara yang membuatku cepat-cepat melihatnya.
Pimpi : Gawat Bim!
Bimbi : Gawat kenapa?
Pimpi : Cerita lo!
Bimbi : Cerita gue kenapa?
Pimpi : Ke rumah gue sekarang. Seriusan gawat. Gue gak lagi bercanda!
Bimbi : Gak usah nakut-nakutin deh!
Gawat? Ceritaku? Ada apa coba? Ceritaku kenapa?
Sial! Pimpi hanya membaca pesan Line-ku tanpa membalasnya. Sepertinya memang gawat!
Bergegas aku keluar kamar. Dengan sedikit panik aku berlari menuruni tangga, melewati ruang tengah, menuju ke ruang tamu dan berakhir di luar rumah. Setelah itu segera aku berjalan dengan cepat ke arah rumah Pimpi yang hanya berjarak tiga rumah dari rumahku. Ya, aku dan Pimpi tetanggaan. Dan kamipun sudah saling mengenal sejak dahulu kala.
Ketika aku sampai di depan rumah Pimpi, aku langsung saja menerobos masuk. Pimpi saat ini hanya tinggal sendirian di rumah. Kedua orangtuanya sedang ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Kakaknya sedang berada di Semarang untuk menempuh kuliah sarjananya. Dan Pimpi terlantar sendirian di sini untuk beberapa hari. Sebenarnya aku sudah menawarinya untuk tinggal di rumahku. Entah kenapa tumben-tumbenan dia menolak.
"Pim! Lo di mana?" teriakku dari ruang tamu.
"Ruang makan, sini." terdengar jawaban dari Pimpi. Segera aku berjalan ke arah ruang makannya. Kini kulihat Pimpi tengah duduk manis dengan laptop yang berada di hadapannya.
"Gawat apa'an sih, Pim?" tanyaku bingung seraya duduk di kursi sebelahnya.
"Kuatin ati lo." katanya tiba-tiba.
"Kuatin kenapa?"
"Sebelumnya, gue turut turut bersedih, Bim." katanya lagi dengan eskpresi serius. Melihat ekspresinya tersebut kontan membuat pikiran negatif bermunculan dibenakku.
Apa jangan-jangan Pimpi mau ngebongkar kebusukan Yessa? Atau Pimpi mau bilang kalau Yessa selingkuh? Atau jangan-jangan ada hal buruk terjadi dengan Yessa?
Kurasakan Pimpi menepuk pundakku seolah menguatkanku. Kini digesernya laptop yang semula berada di hadapannya ke arahku.
"Coba baca deh." ucapnya lirih.
Dengan tak yakin mataku mulai menelusuri layar laptop Pimpi. Terpampang halaman sebuah blog di sini. Blog yang terlihat sangat indah namun berisi tulisan yang menyakitkan. Aku membaca rentetan tulisan tersebut dengan hati berdebar-debar. Debaran yang sangat menyakitkan. Debaran yang membuat semangat hidup hilang. Karyaku telah dicuri orang.
"Kok tega?" tanyaku lirih masih memandang layar laptop Pimpi.
"Bimbi sabar ya." kata Pimpi memeluk tubuhku.
"Cerita gue itu, Pim."
"Sorry, gue ngasih kabar gak enak gini sama lo."
"Pim, itu cerita gue. Kenapa ada di situs lain?"
"Gue juga gak tau, tadi pas gue browsing gak sengaja gue nemu situs itu, Bim."
"Pimpi ... huee ..." rengekku sedih. Pimpi kembali memelukku erat dan menenangkanku.
Kenapa ada orang jahat yang tega mencuri karya orang lain? Apa mereka manusia yang tidak punya hati? Bagaimana bisa melakukan hal terkutuk seperti ini?
Aku tidak pernah menyangka bakalan ngerasain sakitnya kena plagiat kayak begini. Rasa sedih, dan kecewanya ngelebihin ketinggalan durasi nonton di bioskop selama satu jam. Rasanya tuh kayak kita punya anak yang kita sayang banget dan tiba-tiba ada orang gak jelas maling anak kita dan dipajang di rumah lain. Emang anak kita pajangan? Menyebalkan!
Karyaku itu adalah hasil kerja kerasku selama ini. Aku tuangin semua ide dan tenaga buat nyelesain karyaku itu. Tapi kenapa ada yang tega mencurinya! Kenapa ada yang tega membegal ceritaku! Apa dia gak punya hati!
***
"Sayang, udah dong jangan cemberut gitu." kata Yessa untuk yang kesekian kalinya.
"Gak cemberut gimana! Ceritaku dicuri! Aku bete. Aku kesel. Aku sebel. Aku benci sama pencuri itu! Kamu sih, gak ngerasain. Makanya bisa santai kayak di pantai gitu. Coba deh, sayang ngerasain apa yang aku rasain. Pasti kecewa berat!"
"Iya, aku ngerti."
"Coba deh, ibaratin kalau aku yang dicuri cowok lain! Sayang gimana perasaannya? Sedih gak? Kecewa gak? Ha!"
"Ya kamunya jangan mau dong kalau dicuri orang."
"Sayang mah gitu! Males ah!" ucapku semakin bete dengan ucapan Yessa. Dia benar-benar menyebalkan! Gak ngerasain sih, gimana jengkelnya lihat karya kita dicuri. Nyebelin!
"Kepompong Kupu-kupu," ucap Yessa yang membuatku menoleh ke arahnya.
"Tuhkan! Malah ngeledek!" kataku semakin kesal.
"Kok ngeledek?"
"Itu tadi bilang kepompong kupu-kupu! Mau bilang 'kasihan deh lo', kan?" tuduhku. Kenapa Yessa menyebalkan seperti ini sih? Bukannya bantuin nenangin hatiku yang sedang berkobar kepanasan, malah ngeledekin mulu.
Mending tadi ke kantin sama Pimpi, bukan ke taman kampus gini sama Yessa. Yessa bikin kesel aja sukanya!
"Enggak ngeledek, sayang. Ini aku baca nama blognya. Kok kayaknya familiar gitu. Profil picturenya juga kayaknya pernah lihat."
"Masak?" tanyaku bingung.
Kemudian Yessa menggeser laptopnya agar dapat kulihat. Kini kulihat gambar yang memang sepertinya tak asing juga. Gambar metamorfosis kupu-kupu. Dari ulat menjadi kepompong dan berakhir menjadi kupu-kupu yang cantik. Tunggu, kok kayaknya pernah lihat.
"Hai kalian berdua. Udah gak ada kelas ya?" terdengar sapaan dari arah depan kami. Aku mendongak dan kudapati Pimpi sudah duduk manis di kursi depan kami.
"Hai, Pim. Iya, udah gak ada kelas kok kita. Lo sendiri?" tanya Yessa kepada Pimpi.
"Masih ada sih, ntar jam satu." Jawabnya.
"Oh begitu."
"Iyap. Gimana tuh Bim, yang plagiat cerita lo udah ada bales komen lo belum?" tanya Pimpi kepadaku. Aku hanya menggeleng lemah sambil menyenderkan kepalaku pada bahu Yessa.
Sudah sejak kemarin siang aku mencoba mengomentari karya sang plagiat ceritaku ini diblognya. Tapi sampai sekarang masih belum ada balasan darinya. Dia memang orang yang tidak bertanggungjawab sama sekali. Menyebalkan!
"Udah, lo sabar aja. Mungkin dia sibuk kali." komentar Pimpi mencoba menghiburku.
"Iya, sibuk cari korban lain mungkin!" kataku sebal sendiri.
Aku masih tidak paham dengan pemikiran kaum copaster seperti si 'dia' ini. Apa coba maunya? Mau sok tenar dengan nebeng karya orang lain? Dangkal banget pemikirannya.
"Udahlah Bim, nanti juga bakalan dibales sama yang punya blog. Lo sabar aja. Tenangin pikiran lo."
"Tau ah. Gue bete."
Kurasakan Yessa mengelus lenganku mencoba untuk menenangkanku. Pimpi tersenyum kecil ke arahku. Mereka baik ya, selalu ada buat menghiburku. Aku sangat bersyukur memiliki mereka berdua.
***
Ini sudah dua hari sejak aku menemukan ceritaku berada di situ lain. Dan sampai hari inipun aku belum mendapat balasan komentar dari sang copaster tersebut. Entah dia masih belum membaca komentarku, atau memang dia tidak berniat untuk berdamai denganku. Yang pasti, dia sudah sukses menghancurkan moodku.
Aku melirik jam yang berada di nakas. Kini jarum menunjukan angka sembilan lewat lima. Terlalu dini untuk memejamkan mata dan berselancar di dunia mimpi. Kuputuskan untuk bangun dari posisi tidurku dan langsung kusambar tablet yang berada di atas nakas. Kubuka kembali blog yang berisi ceritaku di sana. Setiap kali aku melihat blog ini, rasa marahku semakin menjadi-jadi.
Aku mulai membaca biodata sang copaster ini. Di sini tertulis nama kupu-kupu dan ada quote yang membuat jantungku serasa berhenti.
'Persahabatan itu kayak kepompong yang suatu saat bakalan menjadi kupu-kupu. Seperti persahabatan kita yang dulunya kepompong dan kini telah menjadi kupu-kupu cantik. Indah bukan.'
Sepertinya aku pernah membaca quote tersebut di suatu tempat.
Bergegas aku bangkit dari ranjangku dan berjalan menuju lukisan yang tergantung di sebelah poster band favoritku. Segera kuambil lukisan tersebut dan kubaca tulisan yang tertera pada belakang lukisan itu.
'Persahabatan itu kayak kepompong yang suatu saat bakalan menjadi kupu-kupu. Seperti persahabatan kita yang dulunya kepompong dan kini telah menjadi kupu-kupu cantik. Indah bukan.'
Kalimatnya sama persis dengan yang berada dibiodata blog copaster ceritaku. Tapi bagaimana mungkin? Ini adalah lukisan metamorfosis kupu-kupu yang khusus Pimpi buatkan untukku. Dan Pimpi juga yang menuliskan kalimat tersebut di sana.
"Pimpi," gumamku. Kurasakan gemuruh di dadaku. Napasku mulai memburu karena emosi yang tengah meluap-luap. Air mata sudah siap meluncur dari mataku.
Dia berkhiyanat. Pimpi menusukku! Orang yang selama ini kubanggakan dan kupercaya telah menorehkan luka yang sangat dalam. Rasa sakit akibat kecurian cerita kini berganti dengan rasa sakit ditusuk oleh sahabat sendiri.
Bagaimana Pimpi tega melakukan ini kepadaku. Aku sudah menganggapnya saudariku sendiri. Jika dia meminta ijin untuk merepost ceritaku ke blognyapun akan kuberikan ijin itu dengan cuma-cuma. Kenapa dia harus melakukan hal jahat seperti ini? Kenapa harus dia? Kenapa harus sahabatku sendiri! Kenapa harus Pimpiku?
Dengan terisak aku keluar dari kamar dan berniat untuk pergi ke rumah Pimpi. Aku harus minta penjelasan kepadanya. Pimpi harus menjelaskan hal ini sejelas-jelasnya kepadaku. Dan aku masih berharap bahwa bukan Pimpi yang melakukan ini.
Aku berjalan ke rumahnya dengan air mata yang masih setia menetes. Dadaku semakin terasa sesak tatkala aku membayangkan bahwa Pimpilah orang dibalik blog laknat itu.
Setelah sampai di rumahnya, aku langsung mengetuk pintunya berkali-kali. Aku ingin segera mendapatkan jawaban darinya. Aku ingin masalah ini cepat selesai.
Tak lama kemudian pintu di depanku terbuka. Terlihat sosok Pimpi yang tengah memakai baju tidur berwarna biru. Rambut panjangnya dikuncir kuda dengan anak rambut di sekitar wajahnya. Dia begitu polos, apa mungkin benar dia pelakunya? Apa Pimpi tega melakukan hal jahat seperti ini kepadaku?
"Bimbi, lo kenapa?" tanyanya terkejut mendapatiku yang tengah menangis di depannya.
"Apa salah gue, Pim? Kok lo tega ngelakuin ini sama gue!" kataku marah dengan air mata yang masih deras mengalir.
"Maksud lo apa, Bim? Gue gak ngerti." ucapnya terlihat kebingungan.
Dengan segera kuhadapkan tabletku ke depan wajahnya.
"Bilang sama gue kalau ini bukan blog lo." ucapku dengan suara bergetar. "Pimpi, ngomong kalau bukan lo yang punya blog ini!"
Kini kusingkirkan tablet dari hadapannya. Kupandangi lekat-lekat wajah Pimpi yang terlihat sangat terkejut. Wajahnya terlihat memucat ketakutan. Sorot matanya terlihat kebingungan.
"Gue ... gue ...." ucap Pimpi terbata-bata.
"Kok lo tega sama gue, Pim?" tanyaku lirih.
B E R S A M B U N G ....
========++++=======
Sambungannya, terusannya, lanjutannya dan semacamnya itu silahkan serbu lapaknya @Andhyrama
wkwkwkwk
Thanks for coming!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top