PART 9
Saat akan menghampiri mobilnya, langkah Bima terhenti karena sebuh getaran dari saku celananya.
From : Unknown
Waktu lo tinggal 30 hari lagi!
Lalu terpampang jelas senyum miring di wajah Bima.
"Gue cuman butuh 15 hari." kemudia ia kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya.
***
Fani mengernyitkan dahi, saat melihat sebuah mobil yang sangat ia kenal terparkir di depan gerbang SMA ERLANGGA.
"Bima!" gumam Fani, lalu dengan segera ia menghampiri mobil tersebut.
Setelah Fani mengetuk kaca mobil, kaca tersebut terbuka dan menampilkan Bima dengan senyum lebarnya.
"Lah, ngapain disini Bim?" tanya Fani.
"Jemput lo lah, mau ngapain lagi emang!" Pintu mobil terbuka, mempersilakan Fani untuk masuk kedalam.
"Ohh, tapi kok gak bilang dulu ke gue?" tanya Fani setelah duduk dan menutup kembali pintu mobil.
"Gak apa-apa dong, biar surprise!"
"Serah deh Bim!"
***
Fani sedang termenung di dalam kamarnya, memikirkan suatu hal yang tidak ia mengerti.
Kenapa ya? akhir-akhir ini kalau deket sama Bima rasanya gugup banget! Rasanya deg-deg an gimana gitu!
Gue juga gak pernah bisa cuek lagi sama dia?
Terus kenapa kalau liat bima sama cewek lain gue rasanya gak suka banget ya?
Aneh! Tapi kok gue ngerasa familiar sama perasaan itu ya? Kayak gue pernah ngalamin gitu?
Fani mulai mengacak-acak rambutnya sendiri.
Arghhh! Perasaan apa sih ini?
"Tanya Vina aja kali ya?" gumam Fani.
Ia lalu mengambil handphone nya yang tergeletak di atas nakas.
"Hallo Fan!" sapa Vina setelah telpon diangkat.
"Hm, hallo Vin! Gimana kabarnya?" tanya Fani.
"Baik kok, gak biasanya telpon! Ada apa?"
Fani lalu merubah posisinya yang berbaring menjadi duduk.
"Eh gue mau tanya nih Vin!"
"Tanya apa?"
"Emm, gini! Pernah gak sih lo, kalau sama cowok tu ngerasa gugup deg-degan kalau deket-deket dia?"
"Pernah, kenapa?"
"Terus pernah gak lo ngerasa marah kalau liat dia deket sama cewek lain?"
"Ah elah, elo Fan! Itu tuh namanya cemburu! Lo tu ya kayak anak tk aja pake tanya!"
"Ihss gak mungkin lah, suka aja enggak kok!"
"Eh! Percaya deh! Lo itu lagi jatuh cinta...Ciyeee sohib gue udah bisa jatuh cinta lagi nih!!"
"Masak sih? Gak mungkin deh kayaknya!"
"apa sih yang gak mungkin? Gak ada yang gak mungkin Fan! Eh! Kalau boleh tau, siap sih cowoknya? Kepo deh gue!"
"Emm, itu loh! Cowok yang waktu itu! Yang lo ketemu gue di cafe terus gue sama cowok, itu loh!"
"Ohhh, yang Bima-Bima itu yah kalau gak salah! Lah bukannya dia udah jadi pacar lo!"
"Ishh, percaya banget sih lo sama dia! Gak lah, gue belom pacaran sama dia!"
"kok belom! Berarti bentar lagi dong!"
"Apanya yang bentar lagi?"
"Jadian dong!"
"Ah elo mah! Ngina gue mulu hobinya!" kata Fina pura-pura marah.
"Hahaha, enggak deh! Bercanda! Udah ya! Gue ada kerjaan nih! Bye!"
"Oke, bye!"
Tut..Tut..Tut..
Setelah panggilan berakhir, Fani memilih untuk pergi ke balkon kamarnya sambil menikmati secangkir Cappucino.
Dan ketika Fani berada di balkon, pasti Bima akan segera menghampirinya. Selalu seperti itu.
"Fan lo tau gak? Sekolah gue bakal ngadain pertandingan beladiri antar sekolah?"
"Hm."
"Dan lo tau gak, bakal tanding sama sekolah mana?"
"Tau! Sama sekolah gue kan?" tebak Fani yang sukses membuat Bima melongo.
"Lah, tau dari mana?"
"Ada deh! Apa sih yang gak gue tau!" kata Fani menaik turunkan alisnya.
"Kalau gitu lo pasti tau!"
"Tau apa?"
"Tuh kan gak tau! Katanya tau apa aja!" ejek Bima.
"Bima, nyebelin!"
"Oke-oke sekarang serius! Tau gak apa bedanya kamu sama rembulan?"
"Ya beda lah!"
"Lo tu gak bisa di ajak romantis dikit gitu ya?!"
"Iya-iya deh! Emang apa bedanya?" Fani tersenyum lebar menunggu jawaban Bima.
Sejujurnya dia juga penasaran dengan jawaban Bima.
"Kalau rembulan itu menerangi malam, kalau kamu menerangi hatiku!" Bima tersenyum sedangkan Fani malah tertawa.
"Konyol! Dasar! Gombal aja!"
"Eh, emang iya kok! Kamu itu menerangi hatiku!" tawa Fani semakin keras setelah melihat tampang sok seriusnya Bima.
"Dasar lo, Bim! Rada-rada!"
"Rada-rada apa?"
"rada-rada gila Bima!!"
"Kan masih rada', belom beneran! Kalau beneran aku juga gak apa-apa kok, kan gilanya gara-gara kamu!"
"Kok sekarang ngomongnya pake aku-kamu sih?"
"Gak apa apa dong, kan biar romantis!"
"Romantis dari mananya coba?"
"Romantis kok! Dengerin nih! Aku sayang sama kamu, Aku cinta sama kamu, kamu tau gak? Aku tu suka sama kamu!"
"Ishh apaan coba? Becanda mulu dari tadi!"
"Aku gak bercanda kok, aku tu beneran suka sama kamu! Serius deh?"
"Ihshhh dasar! Bima Gila!!" Lalu terdengar pintu kamar fani di tutup.
"Loh! Kok udah pergi sih? Udah ngantuk ya? Yau udah deh, Selamat bobo manis! good night dear and sweet dream cantik!" teriak Bima.
"Besok gue jemput lagi ya!, berangkat bareng gue!"
***
Setelah menutup pintunya dengan rapat, Fani bersandar pada pintu tersebut sambil menyentuh dadanya yang bergemuruh karena suara detak jantungnya yang tak karuan.
Disini ada jantung gue yang deg-degan gak karuan gara-gara tingkah lo!
Disini juga ada hati gue yang rasanya udah pengen meledak!
apa iya? Gue jatuh cinta lagi?
Apa gue jatuh cinta?
Apa gue cinta sama lo, Bim!
"Loh! Kok udah pergi sih? Udah ngantuk ya? Yau udah deh! Selamat bobo manis! good night dear! And sweet dream cantik!" teriak Bima dari luar.
"Besok gue jemput lagi ya!, berangkat bareng gue!" lanjutnya.
***
Malam hari ini sepertinya akan turun hujun, terlihat dari sore awan sudah mendung dan malam hari ini tidak ada bintang sama sekali. Tapi semua itu tidak akan menyurutkan niat Bima untuk mengajak Fani jalan-jalan malam ke taman di dekat komplek perumahan tempat mereka tinggal.
"Ayo dong Fan—" bujuk Bima.
Mereka saat ini sedang berbicara di depan rumah Fani.
"Nanti kalau hujan gimana? Tadi sore aja udah mendungnya kayak gitu kok," cemas Fani.
"Gak akan! Percaya deh sama gue! Lagian kan ada gue kalau hujan!" Fani menghela nafas pasrah, kemudian mengangguk.
"Ya udah, ayo!" ucap Bima seraya menggandeng Fani.
Setelah berjalan 15 menit dengan obrolan dan lelucon kecil, mereka sampai di taman dan duduk di salah satu bangku taman yang terletak di dekat sebuah kolam ikan.
Di tengah kolam ikan tersebut, terdapat jembatan yang terbuat dari kayu dengan tanaman rambat yang merambat di beberapa bagian kayu.
"Fan."
"Hm."
"Boleh tanya?"
"Kalau mau tanya-tanya aja lagi!"
"boleh gue tau tentang masa lalu lo?"
"Hah? Maksud lo?"
"Tentang kenapa lo takut sama suara guntur dan petir?" Bima menatap Fani intens yang tampak sedang berpikir dalam diam.
Kemudian Fani berdiri, ia berjalan dan berhenti di jembatan kayu yang terletak di tengah kolam ikan. sedangkan Bima mengikuti Fani dari belakang dan ikut berhenti saat Fani berhenti.
Kini mereka berdua berdiri di jembatan tersebut sambil menatap kolam yang berada di bawah mereka. Bima masih menunggu jawaban dari Fani dengan perasaan gelisah karena takut Fani akan marah. Sampai tiba-tiba Fani mengeluarkan suaranya.
"Kadang seseorang membutuhkan rasa percaya yang besar untuk menceritakan masa lalunya pada orang lain. Sama halnya kayak gue, gue juga butuh rasa percaya yang besar buat nyeritain semua itu—"
"—Dan rasa percaya gue ke elo belom cukup besar buat gue bisa cerita ke elo!" di akhir perkataannya, Fani membalas tatapan Bima.
"Apa yang harus gue lakuin untuk ngebuat lo percaya sama gue?"
"Gue gak tau!" Fani mengendikkan bahunya lalu menggeleng pelan.
Hening...
"Ayo pulang! Bentar lagi hujan!" Fani segera menarik tangan Bima.
"Gue bakal lakuin apapun untuk ngebuat lo percaya sama gue! Gue janji!"~Bima Raditya~
[SUDAH DIREVISI⚠]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top