PART 7
Tok, tok, tok
Fani yang sudah siap dengan seragam sekolahnya segera berlari menuju pintu dan membukanya.
"Ada apa lagi, Bim?"
"Eh gue minta sarapan dong, lo masakkan?" Bima berjalan memasuki rumah tanpa menungu di persilahkan oleh Fani.
"Masak dong! Gue baru aja selesai masak! Ayo, ikut gue." Fani tampak tak masalah dengan kelakuan Bima yang asal masuk kedalam rumahnya. Padahal biasanya ia akan marah jika ada orang seperti itu, bahkan jika itu sahabatnya sendiri, Vina.
Bima mengikuti Fani yang ternyata pergi ke ruang makan.
"Untung aja, tadi gue udah masakin dua telur!" kata Fani segera duduk.
"Lo cuman masak telur, tapi baunya enak kayak gini!" Bima ikut duduk di samping Fani.
"Ah itu mah, lo nya aja yang lagi laper!"
"Gak juga, eh ngomong-ngomong, badan lo udah enakan belom?"
"Udah kok, udah gak pusing lagi!"
"Bagus deh, tapi nanti obatnya di minum lagi abis sarapan."
"Oke!"
"Tadi abang lo telpon gue, lo disuruh berangkat bareng gue."
"Ah iya, tadi abang gue juga telpon gue. Tapikan sekolah kita arahnya beda Bim!"
"Gak apa-apa, lagian masih sempet kok."
"Nanti lo telat dong."
"Gak masalah, lagian nanti juga rencananya gue mau bolos jam pertama. Males banget masuk pelajaran konseling!"
"Ohh gitu ya! Ya udah deh, gue berangkat bareng lo!"
***
Bima berjalan menuju kantin, setelah melompat dari pagar belakang sekolahan. Saat dijalan dia bertemu dengan sahabatnya, Farelio Devangga yang sering di sapa dengan Lio.
"Bim, hosh..Hosh..." Lio tampak terengah-engah seperti orang yang baru saja berlari, karena memang dia baru saja berlari.
"Ada apa?" jawab Bima cuek sambil terus berjalan.
"Tunggu Bim, dengerin gue dulu. Jangan kekantin! Yakin deh! Ntar lo nyesel." Bima seketika berhenti dan berblik.
"Jangan bilang kalau—" Bima menggantung ucapannya.
"Ya! Itu cewek ada disana!"
"Dasar! Jalang! Bitch! Gak bisa berhenti gangguin gue apa! dia itu gak ada kapoknya ya! Udah berkali-kali gue maki, masih aja ngejar-ngejar!"
"Gimana aku mau berhenti kalau aku sayang sama kamu." tiba-tiba Bima merasa ada seorang gadis yang bergelayut manja di lengannya. Bima sudah cukup jengah dengan kelakuan gadis murahan di sampingnya itu
"Bim..Kok kemarin aku lihat kamu jalan sama cewek sihh..Ishhh kamu kan cuman punya aku, kok kamu tega banget sih nyelingkuhin aku..." Bima menghempaskan tangannya membut gadis tersebut bergeser sedikit menjauh, tangannya juga sudah terlepas dari lengan Bima.
"Ishh...Kok kamu jahat banget sih Bim, sama pacar sendiri."
"Pacar? Heh! Bitch..." Bima mengarahkan jari telunjuknya Pada gadis itu, "jangan ngarep jadi pacar gue! Bahkan dalam mimpi sekalaipun gue tu gak akan sudi jadi pacar lo! Jijik tau gak di aku-akuin pacar sama jalang kek lo! Dan inget satu hal lagi...GUE MAU JALAN SAMA SIAPAPUN, CEWEK MANAPUN ITU BUKAN URUSAN LO!" Gadis tersebut hanya bersikap acuh dengan perkataan Bima.
Bima kembali berjalan menuju kantin. Di ikuti dengan Lio di belakannya. Namun, baru beberapa langkah. Gadis yang tadi dan kedua temannya, menghadang jalan Bima. Sontak Bima berhenti dan menatap gadis tersebut dengan datar.
"Liat aja Bim! Cuman gue yang boleh milikin lo!" ancam gadis tersebut.
"Awas lo, Stev! Kalau lo sampai berani nyelakain Fani! Gue gak akan segan segan ngasih pelajarann ke elo! Gue gak pernah mukul lo, karena lo itu cewek. Tapi kalau sampai Fani kenapa-napa, gue gak akan mikirin itu lagi!" ancam balik Bima.
"Kenapa sih lo? Sok belain tu cewek? Gue tau kok, lo deketin dia cuman—"
***
"Fan, lo lagi deket sama anak Jayawijaya, ya?" tanya Fio saat baru saja Fani duduk di tempatnya.
"Gak tuh, dia cuman tetangga."
"Kok kayaknya kemarin kalian jalan gitu!"
"Lo tau dari mana?"
"Kemarin pas gue jalan-jalan sama sepupu, Gue liat lo jalan sama cowok. Dan gue tau kalau dia itu pentolan SMA Jayawijaya yang super ganteng itu..." Kata Vio setengah histeris.
"Heboh banget sih lo, orang juga gak ada bagus-bagusnya kok dia. Ishhh ganteng dari mana coba dia..."
"Alah...Gak usah gitu, ntar suka sama dia...Mampus deh lo." ejek Fio.
"Eh ngomong-ngomong, dari mana lo tau kalau dia anak SMA Jayawijaya?"
"Ohh itu, 1 tahun yang lalu dia pernah datang ke sini, terus nanatangin Kevin berantem. Dan mereka akhirnya berantem di lapangan."
"Loh emang ada masalah apa?"
"Kata orang-orang sih gara-gara ceweknya Bima di tikung sama Kevin." cerita Vio berakhir karena bel masuk sudah berbunyi.
***
Saat Fani sedang asik makan di kantin dengan Kevin dan teman-temannya, tiba-tiba handphone Fani bergetar.
From: Bima
Fan, nanti pulang bareng gue ya? Nanri gue jemput depan sekolahan lo.
To: Bima
Lo yakin?
From: Bima
Iya lah, emang kenapa?
To: Bima
Gak, cuman gue takut aja kalau nanti tiba-tiba lo di serang sama anak SMA gue.
From: Bima
Tenang aja, gak akan kenapa-napa kok!
From: Bima
Pulang bareng gue ya?
To: Bima
Emm, iya deh.
From: Bima
Sip👍
Fani memasukkan kembali handphonenya kedalam saku roknya.
"Siapa Fan?" tanya Rizky.
"Heh, iya! Siapa tuh tadi?" sahut Kevin.
"Eh, bukan siapa-siapa kok. Cuman abang gue." jawab Fani berbohong.
"Ohhh, abang! Fan, nanti pulang bareng gue ya?" tanya Kevin.
"Eh, gue gak bisa...Sorry ya! Gue di jemput sama abang gue!" Fani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
***
Fani berjalan menuju gerbang sekolahnya beriringan dengan Kevin dan Rizky.
Setelah melihat sebuah mobil hitam, ia segera berpamitan pada Rizky dan Kevin lalu berlari menuju mobil tersebut.
Tok...Tok..
Fani mengetuk kaca mobil tersebut. "Hay, Bim!" sapa Fani setelah kaca mobil di buka.
Pintu di buka Bima dari dalam, setelah itu Fani masuk dan kemudian Bima melajukan mobilnya.
Sedang dari kejauhan ada seorang laki-laki memperhatikan Fani dari tadi.
"Gue bakal buat segalanya gak segampang itu!" lirih orang tersebut.
***
Fani berjalan kearah Bima, karena tadi Bima memanggilnya dan melambaikan tangan meminta Fani mendekat.
"Kesini lagi Fan!" pinta Bima.
Fani kembali berjalan maju selangkah.
"Deketan lagi Fan!"
"Ini udah mentok Bim! Gimana nanti kalau gue jatuh dari balkon. Lagian kalau mau ngomong--ngomong aja, ini juga udah deket kok!"
"Maksud gue, sini naik ke balkon gue!"
"Maksud lo, lompat gitu?"
"iya!" jawab Bima santai.
"Gila lo!" ucap Fani tak percaya.
"Gak lah, gue masih waras! Kenapa? Lo takut?" tanya Bima meremehkan.
"Ishhh, ngina banget lo! Gue berani kok! Mau bukti? Nih gue tunjukin!" setelah itu Fani melompat dari balkon kamarnya ke balkon kamar Fani.
Bukk
Terdengar suara kaki Fani menapakki lantai kamar Bima. Bima lalu tersenyum.
"Gimana? Lo masih mau ngeremehin gue?" tanya Fani yang masih bersandar di tepian balkon, mengadap Bima dengan kedua tangannya ia silangkan di depan dada.
Bima mengangguk lalu maju dua langkah kedepan, membuat jarak mereka hampir benar-benar terkikis habis. Dengan posisi seperti itu, tampak jelas perbedan tinggi mereka yang tentu saja lebih tinggi Bima dan Fani yang tingginya hanya mencapai telinga Bima.
Bima semakin mendekat, kini jarak mereka mungkin tidak sampai 5 centi.
Fani ingin menghindar tapi dari tadi dia sudah berada di ujung balkon. Fani terus merunduk tidak berani menatap laki-laki di depannya.
Bima menatap Fani yang merunduk. Lalu Bima berpegangan pada tepian balkon, tangannya berada di kanan kiri Fani membuat gadis itu terkunci.
"Fan?" panggil Bima.
"Hm," Fani hanya bergumam dan tetap menunduk.
Bima mendekat kan wajahnya pada Fani. Melewati wajah Fani dan berhenti di dekat telinga kanan Fani.
"Lo tau—" bisik Bima pelan. Setelah jeda tiga detik, ia kembali melanjutkan perkataannya. "—Gue sayang sama lo!"
Fani mematung di tempatnya, mencerna apa yang baru saja di katakan Bima. Mungkin ia terlalu lama mencerna perkataan Bima, karena saat ia kembali tersadar Bima sudah berada di ambang pintu kamarnya dan sedang menatap Fani.
"Fan, gue tidur dulu ya! Ngantuk nih! Bye! Dan jangan lupa di minum kopi yang gue buatin!" kemudian pintu didepan Fani tertutup dan kamar itu menjadi gelap.
Saat itu, barulah Fani bisa menetralkan datak jantungnya yang berpacu terlalu cepat.
***
Fani menatap langit-langit kamarnya, kini ia sedang tiduran di atas kasur. Niat awalnya ingin tidur, tapi jam di nakasnya baru menunjukkan pukul 8 malam. tentu saja di jam segitu Fani tidak akan bisa tidur, karena ia terbisa tidur larut malam.
Apa lagi setelah yang terjadi dengannya dan Bima beberapa saat yang lalu. "—gue sayang sama lo!"
Tiba-tiba pipi Fani kembali memanas. Jantungnya berdetak tak karuan. Ia tersenyum sendiri mengingat hal itu, mengingat perkataan itu. Tapi seketika ekspresi wajahnya berubah, ketika tiba-tiba ia teringat kejadian 3 hari yang lalu saat ia dan Bima pulang bersama.
[SUDAH DIREVISI⚠]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top