PART 6
Fani baru keluar dari mall bersama Bima. Tadi setelah mereka sampai mall, Bima mentraktir Fani ice cream vanilla sesuai janjinya. Lalu mengantar Fani membeli sepatu. Kemudian dengan paksaan dari Bima, Fani mau nonton dengannya.
Fani mengecek handphonenya yang sedikit bergetar di dalam saku jeansnya.
From: Bang Ar
To: Fani
Fan, abang pulang besok sore kalau gak telat. Kalau kamu keluar sama Bima, jangan pulang malem-malem, jangan lupa makan.
'Perhatian amat abang gue' batin Fani. Lalu ia melihat jam di layar handphonenya, 'jam 6 sore, cepet amat!'
"Bim, pulang kan?" tanya Fani.
"Iya, tapi kayaknya di ular hujan! Kita gak bisa ke mobil, nanti ke hujanan!" jelas Bima.
"Hujan?" Bima menoleh, menatap Fani intens. Membuat Bima tau jika dari wajah Fani, dia sedang cemas.
"Iya, kenapa Fan--"
Darr...
Terdengar sura guntur, lalu di susul kilatan cahaya di langit.
"Aaaaaaa!!" Fani menjerit ketakutan, lalu dengan sepontan memeluk erat lengan Bima.
"Kenapa Fan?"
Jdarr..
Terdengar lagi suara guntur, kali ini lebih keras. Membuat Fani kembali berteriak.
"Aaaaaaa—" Fani semakin mempererat pelukannya pada tangan Bima.
Melihat Fani yang sangat ketakutan, Bima segera merengkuh tubuh Fani. Bima memeluk Fani dengan erat, Fani menyandarkan kepalanya ke dada bidang Bima.
"Bim, pulang yuk!" lirih Fani.
"Kan hujan Fan, nanti ke hujanan ke mobilnya."
"Gak pa-pa, nantikan bisa ganti kalau udah di rumah. Ayo, pulang sekarang."
"Nanti kalau sakit gimana Fan?"
"Ayo! Pulang Bim!" Bima menghela napas pasrah.
"Ayo." mereka berlari menuju mobil, dengan Bima yang menarik tangan Fani dan Fani yang menggenggam erat tangan Bima.
Di dalam mobil beberapa kali Fani terlihat memejamkan mata sambil menutup telinganya dengan tangan saat ada petir atau guntur.
"Lo yakin Fan, gak mau gue temenin?" tanya Bima meyakinkan sebelum Fani turun dari mobil Bima. Fani hanya mengangguk.
"Tapi ini masih hujan, nanti kalau ada guntur lagi gimana? terus itu wajah lo pucat banget!"
"Gak apa-apa kok Bim!"
"Ya udah nanti langsung ganti baju ya, biar gak masuk angin!" pesan Bima sebelum Fani keluar dari mobil Bima dan berlari masuk rumah.
***
Jdarr
Baru saja masuk rumah, Bima sudah kembali mendengar suara guntur yang sangat keras. Hingga dirinya bahkan terlonjak kaget.
Bagaimana Fani? Sedang apa dia?
Bima mulai mengkhawatirkan gadis yang baru ia tinggal beberapa menit yang lalu.
Apa gue ke rumah Fani aja ya? Ah gak, gue ganti baju aja dulu deh!
Bima segera menuju kamar dan berganti baju, seketika itu ia terpikir untuk menelpon Arga dan menanyakan apa yang terjadi pada Fani.
"Hallo ga!" sapa Bima setelah panggilan darinya di angkat.
"Ada apa Bim?"
"Emm, gue mau tanya masalah Fani."
"Ada apa sama adik gue?"
"Tadi waktu gue sama dia pulang dari mall kan hujan tuh--
"Apa? Hujan?" teriak Bima dari sebrang sana.
"Iya kenapa?"
"Apa Fani lo temenin?"
"Gak, gue bar--"
"Bego lo! Cepetan SAMPERIN ADIK GUE!! AWAS KALAU DIA KENAPA-NAPA!! GUE CINCANG LO!!"
"Sebenernya ada apa sih, Ga sama dia?"
"DIA TAKUT SAMA SUARA GUNTUR BEGO!!"
Pet!
"HWAAAAAA--"
Mendengar teriakan itu, Bima segera berlari keluar rumahnya tanpa memperdulikan handphonenya yang masih tersambung dengan Arga.
***
Fani yang baru saja memasuki kamarnya terlonjak kaget, saat mendengar suara guntur yang begitu keras.
Jdarr
Fani segera berlari menuju pojok kamarnya. Ia meringkuk ketakutan disana, dia ingin sekali berteriak tapi dia juga tidak mau mengganggu Bima jika sampai Bima mendengar teriakannya.
Ia terdiam di situ, sambil menangis. Fani jua mulai kedinginan karena baju basah yang belum sempat di gantinya.
"Hiks...Hiks...Hiks--"
Pet!
"HWAAAAA--"
Tiba-tiba saja semuanya gelap, mati lampu. Seketika itu Fani berteriak. Napasnya terengah, tangisannya semkin keras, lalu--
Brakk
"Fan!" panggil seseorang yang baru saja mendobrak pintu kamarnya.
"Bim, hiks... Bima! Apa itu hiks.. lo? Hiks... Hiks..." Bima segera menghampiri Fani dan merengkuh tubuhnya. Membawa Fani kedalam pelukan Bima, membuat Fani tenang.
Hening...
Itu lah yang terjadi selama beberapa saat, hingga Bima menyadari sesuatu.
"Fan, baju lo masih basah? Lo belum ganti?"
"Gu—gue takut—" Bima segera melepaskan pelukannya, kemudian menangkup wajah Fani dengan ke dua tangannya. Lalu beralih menuju kening.
"Astaga!!" pekik Bima.
"Fan! Lo demam!" Bima lalu menggendong tubuh Fani ke atas tempat tidurnya.
"Bim, lo mau kemana?"
"Bentar gue mau cari senter, senternya Di mana?"
"Itu—itu di atas meja belajar."
Bima menuju meja belajar dan mengambil senter tersebut lalu meletakkannya di nakas. Bima menghidupkan senter tersebut, kemudian beralih pada Fani.
Bima menarik selimut Fani keatas sampai leher.
"Fan, lo ganti baju dulu deh, gue mau ambil air panas. Lo kuat kan ganti baju?" Fani samar-samar mengangguk.
***
Bima berjalan kembali menuju kamar Fani dengan salah satu tangan memegang baskom berisi air panas dan tangan yang lain memegang handphone dengan flash yang menyala.
Tepat ketika Bima baru saja membuka pintu kamar Fani. Fani sedang berdiri di depan pintu kamar mandi dan menumpukan salah satu tangannya pada pintu, mencegah agar dirinya tidak terjatuh ke lantai.
Bima segera meletakkan baskom di tangannya ke atas nakas, saat tiba-tiba tubuh Fani luruh kelantai karena kepalanya yang pusing.
Dengan sigap, Bima menyangga tubuh Fani agar tidak terjatuh kelantai. Kemudian menggendong Fani ketempat tidurnya.
***
Perlahan mata Fani kembali terbuka setelah sebelumnya sempat tak sadarkan diri. Kini di kepalanya ada sebuah kain yang di gunakan untuk mengompresnya dan listrik yang sudah menyala lagi.
Fani mengambil kompres yang ada di dahinya kemudian meletakkannya di atas nakas. Ia mencoba untuk duduk dan berhasil meskipun agak sulit karena kepalanya yang masih terasa sangat berat.
Terdengar suara pintu berderit, lalu terbuka dan di sana lah Bima berdiri membawa nampan denfan mangkuk berisi bubur dan segalas air putih.
"Lo udah bangun Fan?"Bima berjalan mendekati Fani lalu duduk di samping Fani. Ia meletakkan nampan yang yang tadi di bawanya dan mengambil mangkuk berisi bubur.
Kemudian tangan Bima bergerak menuju kening Fani, menyentunhnya untuk mengecek deman Fani.
"Udah mendingan." ucap Bima lirih.
"Gue gak sadarkan diri berapa jam?" tanya Fani.
"Gak lama kok, cmn bentar! Cuman setengah jam!"
"Makan dulu! Gue suapin!" kata Bima dengan lembut.
Bima menyuapkan sendok-demi sendok makanan ke dalam mulut Fani dengan telaten.
"Nih! Di minum dulu obatnya!" bima menyodorkan segelas air putih dan sebutir obat berbentuk kapsul.
Setelah selesi Bima mengambil gelas itu kembali dan meletakkannya diatas nakas saat—
Jdarr
—tiba-tiba guntur kembali bergemuruh, Fina menjerit, terlonjak kaget dan dengan sepontan dia memeluk Bima yang duduk di sampingnya.
Tak berselang lama, terdengar suara rintik hujan di luar kembali terdengar. Dan kembali di susul dengan suara guntur.
Jdarr
Fani semakin memper erat pelukannya, Bima membalas pelukan Fani. Fani menenggelamkan kepalanya ke dada bidang Bima, tak berselang lama Bima merasa jika bajunya pada bagian depan terasa basah. Ia menyadari sesuatu, kemudian mengelus lembut puncak kepala Fani.
Jdarr
"Hiks...Hiks...Hiks..." tangisan Fani semakin keras.
"Stttttt......" Bima memper erat pelukannya.
Setelah beberapa lama, Fani mulai merasa tenang dengan pelukan Bima yang menghangatkan dirinya. Meski guntur terus menglegar, dan hujan bertambah deras. Bima meletakkan dagunya di atas kepala Fani.
"Tidur gih Fan!"
"Tapi gue takut, ucap Fani manja!"
"Udah tidur aja di pelukan gue, gak akan kenapa-napa kok! Gue temenin lo disini."
"Hm..Oke, janji ya—jangan pergi, gue takut sendirian."
"Iya..Udah, tidur gih!" Bima mengelus lembut rambut Fani, dari atas ke bawah.
Fani mulai terlelap dalam pelukan Bima. Sedang kan Bima juga sudah mulai merasa kan kantuknya.
***
"HWAAAAAAA!"
Fani berteriak dengan keras ketika menyadari jika ia tidur dengan Bima dalam satu ranjang yang sama, dengan posisi Fani yang membelakangi Bima, lalu Bima yang memeluk Fani dari belakang. Dan juga tangan Bima yang di gunakan Fani untuk bantalan.
"Apa-apan sih lo?" tanya Bina dengan suara serak khas bangun tidur.
"Lo tu emang bener-bener rese ya!! Dasar!! Seenaknya aja peluk-peluk gue, pake tidur du kamar gu segala...Lo pikir gue apa an hah?" Fani kini telah duuk mengadap Bima yang masih tiduran. Lalu memukul mukul lengan Bima, membuatnya bangun seketika dan mencoba menutupi lengannya yang di pukul Fani.
"Apa-apaan sih lo Fan, bukannya yang minta di temenin itu lo sendiri?" tanya Bima heran.
"Iya ema—apa? Gue yang minta?"
"Iya! Elo yang minta, dasar pikun lo Fan!"
"Ishhh, kayaknya enggak deh!"
"Lo lupa semalam lo bilang gini, jangan pergi, gue takut sensirin!" kata Bima menirukan Fani.
"Ishhh akting lo jelek banget sih!"
"Lah kok malah komentarin itu? Bukannya blang makasih gtu kek!"
"Iya-iya deh, makasih..Dan minta maaf gue udah bangunin lo!" kata Fani sambil turun dari ranjangnya menuju kamar mandi.
"Kalau lagi sakit aja keliatan manis, lembut gak kasar. Nah ini udah sembuh, kumat lagi nyebelinnya." gerutu Bima yang jelas masih bisa di dengar Fani.
"Apa lo bilang Bim!! Ulangin sekali lagi! Gue gampar lo!" Fani yang baru saja menutup pintu kamar mandi berteriak dari dalam kamar mandi.
[SUDAH DIREVISI⚠]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top