PART 5

Fani berjalan menuju pintu rumahnya, beriringan dengan Arga, Surya, dan juga Kirana.

"Bang Ar! Abang di rumah aja gih! Masa' mama-papa pergi, bang Ar juga ikutan pergi!" hari ini tanggal merah, itu artinya hari ini hari libur. Tapi bukannya Surya berkumpul dengan keluarganya, malah dia harus meeting di luar kota dengan mengajak Kirana, selama lima hari. Sedangkan Arga harus mengerjakan tugas kuliah dengan temannya selama dua hari, yang mengakibatkan Arga tidak bisa pulang.

"Kalau ini bukan urusan kuliah, juga paling abang tunda, Fan! Tapi ini penting! Kalau lusa gak di kumpulin, abang gak lulus semester ini," jelas arga yang cukup membuat Fani menghela napas panjangnya, pasrah.

"Nanti papa, minta ke Bima buat nemenin kamu. Bima juga di rumah sendiri. Jadi kalian bisa keluar jalan-jalan kalau bosen!" kata Surya yang sudah mulai melangkah keluar rumah.

"Ihhh papa! Kok Bima sih!"

"Kenapa? Lagian bima juga baik, gak apa-apa dong kalau kamu di titipin ke Bima!" jelas Kirana.

"Mana nih!! Emang Fani anak kucing apa, pake di titipin segala. Fani bukan anak kecil lagi. Dan jelas-jelas juga bukan anak kucing," kata Fani sambil menghentak-hantakkan kakinya.

"Ya udah deh sana pergi!" kata Fani ketus.

"Abang tau kenapa hari ini kamu gak kayak bisanya, yang tenang-tenang di tinggal sendiri di rumah."

"Kenapa?"

"Karena hari ini mendungkan?"

"Ya..Begitulah!"

"Udah-udah, ayo berangkat! Tenang aja, Fan! Paling juga gak jadi hujan!" Surya menenangkan Fani.

"Iya deh!"

***

Ahhh! Gue bosan!! Kalau nelpon Vani, pasti ujung-uiungnya ngajak dugem! Kalau manggil Bima...

Gengsi lah ya!

Ah Vio!

Fani menggeser cepat layar handphonenya, setelah menemukan nomor Vio yang terletak di urutan paling bawah, Fani segera men- diall nomor tersebut.

Tut.. Sambungan pertama tut..Sambungan kedua... tut...

"Hallo, Fan! Ada apa?"

"Vi, bisa ke rumah gue gak? Bosen sendirian di rumah!"

"Eh sorry, Fan! Gue gak bisa!Gue ada urusan lain!"

"oh gitu ya! Ya udah, gak apa-apa deh!"

Tanpa menunggu jawaban Fani menutup telponnya.

Mobil gue di bawa bang Ar, mobilnya bang Ar, gantian di servis. Terus gue harus ngapain.

Ting tong

Terdengar suara bel runah dibunyikan. Fani dengan terburu-buru membuka pintu.

"Hay Fan! Kata bang Arga gue di suruh nemenin lo!" sapa seseorang di depannya dengan senyum lebar, lalu tanpa di persilahkan orang tersebut masuk dengan seenaknya.

"BIMAAAA!!"

"Apa?" tanya bima dengan tampang tak berdosa.

"Lo itu gak sopan banget sih! Belom gue suruh masuk tapi udah nyelonong aja!" Fani menggeram kesal.

Bima hanya ber-oh-ria, membuat Fani semakin kesal. Fani berjalan menuju sofa untuk duduk dan melanjutkan nonton tv nya.

Ia memencet-mencet tombol di remot mengganti siaran, tapi sama sekali tak ada yang di minatinya.

Bima yang duduk di samping Fani, hanya menperhatikan gerak gerik gadis tersebut.

"Fan!" panggil Bima tiba-tiba.

"Apa?" jawab Fani ketus tanpa menoleh.

"Lo masih marah?"

"Menurut lo?" balas Fani sama bertanya.

"Masih!" Bima menghela napas, lalu melanjutkan lagi ucapannya.
"Gue tau lo bosen! Gimana kalau lo gue ajak jalan-jalan!" seketika itu juga Fani langsung menatap Bima, tentu saja dengan mata berbinar.

"Tapi—" raut wajah Fani sedikit berubah kecewa.

"Yahhh-- kok ada tapinya!"

"Mau gak?" tanya Bima.

"Iya deh, iya! Mau!" jawab Fani pasrah.

"Tapi--lo harus maafin gue dan buatin gue sarapan! Dari pagi sampai sekarang gue belum sarapan, jadi buat jalan-jalan gue butuh makan dulu biar gak lemes!" kata Bima panjang lebar tanpa menyadari jika Fani sudah tidak di sampingnya dan berada di dapur.

'Dasar cewek aneh--' batin Bima sambil tersenyum.

'--tapi menarik.' lanjutnya lagi.

***

Fani duduk di samping Bima sambil membawa sepiring nasi goreng.

"Wahhh! Baunya enak banget Fan! Sini-sini! Gue laper!" Bima mengulurkan tangan untuk mengambil sepiring nasi goreng tersebut, namun Fani sudah terlebih dahulu menarik kembali piringnya. Fani menggelengkan kepalanya pelan.

"Fan! Gue laper nih!" lagi-lagi Fani menggeleng.

"Traktir gue ice cream!" kata Fani.

"Iya-iya! Gue traktir, tapi nanti kalau jalan-jalan! Gue laper banget, bawa sini!" Bima kembali menjulurkan tangannya dan Fani memberikan sepiring nasi goreng buatannya pada Bima.

"Ternyata masakan lo enak banget ya," puji Bima setelah memasukkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Udah pasti itu mah, gak perlu di pertanyakan lagi!"

Bima melahap makanannya dengan rakus dan semangat. Sementara Fani hanya memperhatikan Bima dengan intens, seolah apa yang di lakukan bima sangat menarik bagi Fani. Hingga...

Uhuk...Uhukk

"Makannya pelan-pelan dong! Bentar, gue ambilin minum!" Fani berlari menuju dapur lalu kembali membawa segelas air putih yang langsung ia berikan pada Bima.

Uhuk..

"Di minum lagi."

"Thanks," ucap Bima setelah batuknya reda.

Fani membalasnya dengan senyuman.

'Dasar nyebelin si Bim-Bim, nyusahin aja bisanya--'

'--tapi asik!' Fani tersenyum sendiri karena ucapannya dalam hati.

Setelah Bima selesai makan, dia benar-benar menepati janjinya untuk mengajak Fani jalan-jalan.

Sudah dua jam Bima dan Fani berjalan-jalan dan kini waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Mulai dari taman mereka berjalan-jalan sampai saat ini Bima baru saja sampai di sebuah cafe untuk makan siang.

"Habis makan mau ke mana Fan?" tanya Bima sembari berjalan masuk ke cafe, beriringan dengan Fani yang berjalan di sanpingnya.

"Ke mall," jawab Fani singkat.

Mereka memasuki sebuah cafe dengan kesan seperti pada jaman kolonial tapi juga terkesan romantis. Desain interior cafe yang sarat akan furniture dari kayu dan foto-foto hitam putih ala jaman dulu yang memberi kesan klasik.

"Selera yang bagus," puji Fani pada Bima.

"Tentu saja!" jawab Bima dengan sombong.

"Kumat deh sombongnya." kata Fani mengejek.

Fani dan Bima duduk di sebuah meja dekat jendela. Bima melambaikan tangannya lalu seorang pelayang datang menghampiri mereka.

"Sapo tahu seafood, lo apa Bim?"

"Samain aja deh Fan!"

"2 sapo tahu seafood sama 2 cappucino coffee."

Setelah beberapa menit pesanan mereka datang. Lalu sembari makan, mereka mengobrol beberapa hal.

"Abis ini lo mau kemana lagi?" tanya Bima.

"Kan tadi gue udah bilang, mau ke mall,"

"Ngapain?"

"Lo udah janji mau beliin gue ice cream, lo lupa?"

"Lah tadi di taman kan juga ada, kenapa harus di mall?"

"Pengen aja."

"Ohh..."

Hening...

"Fan!" panggil Bima.

"Hm." Fani hanya berdehem karena mulutnya masih penuh dengan makanan.

"Emm, lo udah punya pacar?" Bima bertanya dengan ragu dan pelan.

"Gak ada!" jawab Fani singkat dan cuek.

"Ada gak cowok yang lo taksir?" tanya Bima lagi.

"Gak ada!" lagi-lagi Fani hanya menjawab dengan singkat dan cuek.

"Lo pernah jatuh cinta?"

"Dulu, pernah sekali."

"Sekarang?"

"Gak, gue gak tertarik sama yang namanya cinta. Bagi gue, cinta itu gak ada. Bagai benda, cinta itu sebuah bayangan dari benda nyata yang di sebut obsesi, rasa ingin memiliki yang berlebihan!" jelas Fani.

Bima mengerutkan dahi tak mengerti, "Kenapa gitu? Kenapa lo gak tertarik sama yang namanya cinta?"

"Karena hati gue udah mati" jawab Fani dengan menekan dua kata terakhir.

"Oh, gitu!" sorot mata terluka, apa yang terjadi sama dia dulu? Siapa masa lalunya? Dia kenapa?. Berbagai pertanyaan muncul di  pikiran Bima.

"Udah! Ayo kita lanjut ke mall!" kata Fani membuyarkan lamunan Bima.

"Ah! Oke, biar gue yang bayar." Fani tersenyum membalas ucapan Bima. Apa yang lo sembunyiin di balik senyum itu, Fan?.

[SUDAH DIREVISI⚠]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top