PART 4

Fani berjalan menuju kelasnya dengan lesu. Hari ini untuk yang ke-dua kalinya, ia mengikuti upacara bendera hari senin setelah yang pertama kali saat hari pertama Fani masuk sekolah.

"Hey nerd!" sapa Fani pada teman sebangkunya yang seorang nerd, Viola biasa di panggil Vio.

Vio adalah satu-satunya siswi di kelas 12 MIPA 2 yang mau berteman dengan Fani. Sedangkan siswi-siswi lainnya hanya mau dengan Fani jika mereka butuh contekan saja, tapi sayannya Fani tidak bodoh hingga mau di manfaatkan mereka. Jika mereka meminta conteka pada Fani, dia hanya akan berdecak lalu bergumam 'ck munafik!' lalu pergi tanpa memperdulikan mereka.

"Emm hey Fan. Ikut upacara ya hari ini?" tanya Vio yang sudah terlebih dulu masuk kelas.

"Ya."

"Gak biasanya!"

"Kenapa?"

"Kan biasanya lo kalau senin gak ikut upacara terus sekalian bolos jamnya pak Bachri sampai jam istirahat!" jelas Vio panjang lebar tentang kebiasaan Fani di hari senin yang sudah dia hafal di luar kepala.

"Lo kan tau mobil gue baru di servis, jadi nebeng bokap. Ya konsekuensinya harus berangkat pagi." Vio hanya ber-oh-ria.

"Kalau ada mobil kan gue masih bisa bolos kemana dulu gitu, lhah kalau langsung ke sekolahan ntar gue ketauan bolos upacara terus bokap nyokap gue di panggil. Lah mampus dah! Aset gue di ambil semua sama bokap!" jelas Fani panjang lebar.

***

Fani masih duduk di tempat duduknya sambil memainkan game di ponselnya, sedangkan di sampingnya ada Vio yang sedang membaca buku barunya.

Bel sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, tapi Fani sedang tidak ingin kemanapun. Apalagi pergi kekantin belakang yang jaraknya cukup jauh dari kelasnya dan nongkrong dengan Kevin dan teman-temannya.

"Hallo, ada apa Vin?" kata Fani setelah mengangkat telphone dari Kevin.

"........"

"Gak, gue lagi males!"

"........."

"Nanti gue bolos jam ke enam, terus kesana!"

"........"

"Lah mau pergi kemana?"

"........"

"Ya udah deh, kalau gitu gue gak jadi bolos! Lagian gue juga gak bawa mobil! Yang ada bosen sendiri ntar kalau cuman di kantin belakang."

"........."

Tut...Tut...

***

Di suatu tempat...

Dua orang siswa dengan seragam berbeda sedang berbincang mengenai suatu hal.

"Gue udah berhasil ngajak dia jalan!" kata salah satu dari mereka.

"terus?"

"Lo masih yakin mau lanjut? Karena gue yakin gue bakal menangin taruhan ini!"

"Sebenernya ada satu hal lagi yang harus lo lakuin, lo harus pacarin dia selama satu bulan habis itu langsung putusin dia. Dan lo gak boleh jatuh cinta sama dia!"

"hah? Jatuh cinta? Gak akan pernah! Gak ada yang namanya cinta dalam hidup gue, yang ada cuman rasa penasaran!"

"Bagus!"

***

Fani berjalan menuju dapur, setelah sebelumnya ia di panggil oleh Kirana.

"Ada apa ma?" tanya Fani saat sampai di dapur.

"tolong antarin roti keju ini ke rumah tante Fira!" Safira Archelaus, Fira--ibunya Bima.

"Akhhhh! Fani cape ma!!" Fani sangat malas jika harus bertemu Bima nantinya, apa lagi jika mengingat kejadian tadi malam 'Apa-apaan Bima itu! Vina kan sahabat gue!'

"Faniii! Cepet! Gak usah males-malesan kayak gitu dong kamu itu anak cewek, kamu harus nu--"

"Iya, iya Fani tau. Fani harus nurut sama apa pun perintah mama, karena suatu hari nanti pasti Fani juga bakal jadi ibu kayak mama! Gitu kan lanjutannya ma?! Ahhh Fani mah udah hafal, gak usah di ulang-ulang lagi dong ma! Kan Fani bosen!" Kata Fani menyambung ucapan Kirana yang ia potong.

"Faniiiii!!! Kamu itu ya! Bandel banget--"

"Eh iya-iya, Fani anterin rotinya!" Fani segera menyambar sekotak roti yang sudah di siapkan Kirana di atas meja, lalu berlari meninggalkan mamanya yang belum selesai berbicara.

Knock, knock, knock

"Eh, Fani! Masuk yuk!" kata Fara setelah membukakan pintu.

"Gak tante, Fani di sini aja! Ini cuman mau nganter roti keju!" Fani menyodorkan kotak di tangannya.

"Wahh jeng Ana itu emang baik banget ya!" Fani mengerutkan dahi tak mengerti.

"Jeng Ana?"

"Iya! Ibu-ibu komplek sini kalau manggil ibu kamu kan jeng Ana!" jelas Fara.

"Ohhh gitu! Ya udah tante, Fani pulang dulu ya!"

"Gak mau ketemu Bima dulu gitu? Tuh dia di kamarnya!" kata Fara menggoda.

"Ah, enggak tante! Fani langsung pulang aja tan!" Fani membalikkan badan akan berjalan pulang, tapi langkahnya tertahan mendengar namanya di panggil oleh suara yang cukup ia kenal. Bima!

"Fanii!"

"ck!" decak Fani sebal.

Fani menghentikan langkahnya sejenak, lalu kembali melanjutkan langkahnya seolah tak mendengar teriakan Bima.

"Dasar si Bim-Bim nyebelin! Dia gak punya otak apa? Pake ngaku-jadi pacar gue segala! Mana alasannya buat ngusir Vina! Ngelarang-ngelarang gue sahabatan sama Vina! Sok banget! Siapa dia?" gerutu Fani saat mulai memasuki rumah.

"Udah Fan?" tanya Kirana yang sedang menonton tv.

"Udah ma!" Fani ikut duduk di samping Kirana.

"Cepet banget, mama kira kamu bakal ngobrol dulu sama Bima!" goda Kirana.

"Ahh! Mama nih! Nyebelin!" rajuk Fani lalu pergi kekamarnya.

Fani bersandar di tepi balkon kamarnya sambil meminum secangkir kopi, seperti biasanya.

Lalu terlihat pintu kamar balkon terbuka. Menampilkan Bima dengan membawa sebuah cangkir yang berisi sama dengan apa yang sedang Fani minum, Capucino coffe.

Fani yang masih marah, membalikkan badan menuju kamarnya. Namun, langkahnya lagi-lagi terhenti seperti tadi siang. Tapi bukan karena teriakkan, Fani terhenti karena suara hentakan kaki seperti orang melompat.

Fani membalikkan badannya, dan terlihat di sana Bima sudah berada di balkon kamarnya.

"Lo bisa gak sih gak usah lompat-lompat kayak gitu segala! Bahaya bego!" teriak Fani.

"Cieee, perhatiin gue!" Bima mengerling, menggoda.

"Gak usah mimpi!" Fani melengos, kembali berjalan menuju kamarnya. Tapi lagi-lagi Bima mencekal tangan Fani.

"Bisa gak, lo gak menghindar dari gue?" tiba-tiba wajah Bima yang tadinya cengengesan berubah serius.

"Dan lo sendiri bisa gak, berhenti nahan-nahan gue gitu?" timpal Fani.

"Oke gue lepasin, tapi dengerin gue dulu!" Bima lalu melepaskan cekalan tangannya.

"Gue mau minta maaf masalah kemarin, iya! Gue salah ngaku-ngaku jadi pacar lo, dan gue juga salah ngelarang-ngelarang lo sahabatan sama cewek yang kemarin itu! Tapi itu demi kebaikan lo Fan! Lo cuman tau luarnya dia kan!"

"Gue udah tebak lo bakal bahas ini lagi! Dan sekali lagi gue tegasin, Vina itu sahabat gue! Jadi gue tau luar dalemnya dia kayak apa! Bukan kayak lo yang baru kenal kemarin malam tapi udah ngomongin dia yang enggak-enggak, nuduh dia seenaknya!" kata Fani yang masih berdiri ditempatnya, 'gak tau kenapa gue penasaran sejauh mana lo bakal berusaha minta maaf' batin hati Fani.

"Iya! Gue salah Fan! Tapi percaya sama gue! Suatu hari nanti lo bakal tau alasan gue buat ngelakuin ini!"

"Kenapa harus nanti, kalau sekarang lo bisa jelasin ke gue!"

"Gak sekarang Fan!"

"Bodo dah susah ngomong sama lo!" ucapa Fani kesal, namun tetap berdiri di tempatnya.

"Ya udah, sekarang jawab aja pertanyaan gue ini! Lo maafin gue?"

"Gak sebelum lo jelasin alasannya!"

"Aduh nengg! Ngomongnya kok kayak pacar aja sih minta penjelasan!" Bima kembali menggoda Fani dan raut muka yang kembali cengengesan.

"BIMAAA!! Lo tu kebiasaan ya, ngerusak suasana marah gue! Dasar Bima RESE!" Lalu..

Blamm

Pintu di tutup dengan keras oleh Fani yang masuk kedalam kamar dan meninggalkan bima yang masih di balkon kamarnya.

"Ngomong aja gak bisa marah lama-lama sama gue!" gerutu Bima sebal karena di tinggal sendiri di balkon.

***

Fani masuk ke dalam kamarnya lalu segera menutup pintu, setelah itu ia menyandarkan tubuhnya ke pintu dan menangkup wajahnya sendiri.

Haduhhh, kenapa pipi gue rasanya panas gini ya..Apa gue demam?

Tangan Fani beralih menuiu keningnya, tapi disana tidak terasa panas sama sekali.

Enggak, gue gak demam!

Aduhh, gue kenapa sih! Lo ngelakuin apa ke gue Bim-Bim, gimana bisa gue segugup ini deket sama lo!

"Ngomong aja gak bisa marah lama-lama sama gue!" terdengar gerutuan Bima dari luar yang masih dapat di tangkap telinga Fani.

"Dasar Bim-Bim toa! Omongan lo masih bisa gue denger bego! Awas aja lo Bim! Gue cincang-cincang mampus lo!"

[SUDAH DIREVISI]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top