9
Alzena betul-betul dibuat bingung dengan menghilangnya Talulah, ada sedikit penyesalan dirinya telah mencium Talulah karena Al yakin pasti gara-gara peristiwa itu Talulah menghilang, entah marah, atau entah apa yang dirasakan wanita itu. Hal lain yang membuat Al semakin lelah, Ayesa yang terus mengejar dirinya meski tak secara terang-terangan, biasanya melalui pesan-pesan lewat wa mulai pagi, siang hingga malam, sehari bisa tiga sampai lima kali meski Al hanya membaca saja hanya sesekali ia balas.
Sementara di tempat lain Talulah secara rutin mulai berolah raga, diawali dengan jogging di area sekitar villa atau senam ringan dan sesekali instruktur senam ia datangkan ke villanya. Sedikit demi sedikit Talulah merasakan nikmatnya berolah raga, tidurnya menjadi lebih berkualitas, rasa segar setiap kali selesai berolahraga meski awal-awal ia mulai berolah raga yang ia alami sakit disekujur tubuhnya. Tapi dengan berjalannya waktu ia mulai merasa jika selama ini bukan tidak sempat berolahraga tapi dia tidak cerdas menyisihkan waktu berolahraga diatara kesibukannya.
"Non, jangan terlalu keras berolahraga hanya demi laki-laki itu, niatkan untuk sehat, jangan sampe sakit karena berolahraga berlebihan, kalo sudah merasa cukup berhenti Non meski belum ideal."
Talulah yang baru selesai mandi setelah instrukturnya pulang hanya melihat sekilas pada Bi Siti, ia masuk ke kamarnya, berganti baju, kaos tanpa lengan dan celana pendek segera duduk di ruang makan, Bi Siti masih di ruang makan membersihkan dan merapikan meja makan yang baru saja digunakan makan siang oleh instruktur senam Talulah.
"Terus terang awalnya iya Bi, aku mau menunjukkan pada laki-laki itu bahwa aku juga bisa menarik sebagai wanita tapi saat semakin ke sini kok aku merasakan nikmatnya berolahraga aku jadi mikir rugi amat aku ngurusin badan demi dia, nggak lah, sekarang aku cuman pingin sehat Bi, kalo bisa kurusan ya udah anggap aja itu bonus. Cuman ini dada kenapa nggak bisa kempes ya Bi, yang lain udah bisa agak kecil, lingkar lengan, betis, paha, perut, lingkar dada sebenarnya udah kecilan loh, tapi ukuran bra tetep aja, berolahraga malah tambah keras nih dada."
Bi Siti terkekeh mendengar gerutuan Talulah, Bi Siti tak tahu efek senam lainnya, yang ia tahu berolahraga membuat sehat.
"Ya sudah disyukuri saja Non kalo perabot yang satu itu memang nggak bisa dikecilkan, anggap saja bonus dari Allah yang harus disyukuri, banyak wanita yang pingin dadanya besar itu ditv katanya sampe dioperasi pake plastik, kalo Non kan gak usah, enak sudah gede aja dari sononya, hanya ya agak bingung juga bawanya ya Non."
Talulah terlihat cemberut sambil menikmati potongan buah yang masih tersisa di meja.
"Bukan operasi pake plastik Bi, namanya memang operasi plastik, ih lagian si Bibi ya bukannya aku bingung bawa ini perabot di dada, hanya nggak enak aja mata orang jadi tertuju sama yang satu ini."
Lagi-lagi Bi Siti terkekeh dan berlalu menuju dapur meninggalkan Talulah yang masih menggerutu.
.
.
.
"Ini mau ke mana bos?"
Jezabel merasa bingung saat Alzena memberi tahu tempat yang akan mereka tuju, yaitu ke sebuah tempat yang tak biasa mereka datangi.
"Jalan aja terus, gak usah banyak nanya lu, mobil ini nggak akan nyasar kalo lu jalan sesuai alamat yang gue kasih."
Jezabel mendengkus dengan keras.
"Lu kalo kesel ya kesel aja jangan seenaknya semua orang kena marah lu, kena amuk lu, heran gue ini kali ya yang namanya karma, berapa banyak cewek lu mainin, asal crat crot aja, cewek-cewek seksi, bahenol lu tolak eh kena batunya lu sekarang ngejar cewek gak normal gantian lu ditolak."
"Bilang lagi cewek gak normal gue turunin lu di sini, mumpung di jalanan ini jarang ada rumah."
"Deuh tega amat lu sama gue."
"Biarin!"
Lama tak ada obrolan, Jezabel lagi-lagi bertanya.
"Beneran deh Al, ini mau ke mana?"
"Mau jual aset ortu gue, lama gak ditempati kan mending di jual aja, gue ke sana dua tahun lalu kayaknya, ada yang nempatin sih ada yang ngerawat tapi lama-lama buat apa numpuk properti kayak gitu."
"Lu jangan seenaknya main jual Al, lu gak tahu gimana ortu lu dulu beli itu properti."
"Ah entahlah, ntar kita lihat Jez kan kerjaan lu bergerak di bidang itu juga pasti lu tahu dan bisa gue ajak diskusi, kita lihat aja ntar."
"Ok, ah ellu beneran galau akut Al, dari tadi bawaan lu serius aja."
"Entah, gue juga baru kali ini jadi stres kayak gini hanya gara-gara bantal empuk."
Alzena memejamkan mata dengan wajah terlihat resah.
"Bantal empuk? Maksud lu?"
"Kayaknya enak kalo tiduran di dada Talulah, bakalan tidur beneran gue seharian, besar dan pasti empuk."
"Dasar ellu Al, horni ya horni aja, gak usah pura-pura pake acara bantal empuk!"
.
.
.
"Non, dah malem, tidur, masa pagi jogging, sore senam, malam kok ya masih apa ini namanya Non?"
"Yoga, ntar dulu lah Bi, jangan di ganggu, ntar lagi juga selesai."
Tak lama Talulah selesai melakukan yoga sebelum tidur, ia segera mandi dan setelahnya terlihat menuju ke dapur bersih untuk membuat susu.
"Eh Non tumben, villa sebelah ada tamunya biasanya juga cuman yang jaga suami istri Pak Saleh, misal kalo ke toko di bawah saya kadang ketemu sama istrinya, ya biasalah basa-basi nyapa, negur."
Talulah hanya mengangguk, ia segera menghabiskan susunya dan beranjak tidur menuju kamarnya.
"Sudah ditutup semua pintu Bi?"
"Sudah Non, si Asep tadi yang bantuin saya, dia paling masih ngopi di gardu jaga depan."
"Iya aku mau tidur Bi dah ngantuk."
"Iya, tamu villa sebelah kayaknya duduk di taman samping mereka Mon kelihatan dari sini, itu di jendela belakang dekat dapur."
Talulah menarik tirai dan ia terkesiap, darahnya seolah-olah semuanya naik ke kepala. Ia kaget bukan main saat melihat Alzena dan temannya yang terbiasa ke sana ke mari berdua duduk-duduk di taman samping villa sambil menikmati makanan yang tertata rapi di meja yang ada di taman itu. Terlihat Alzena yang lebih banyak melamun sementara temannya makan dengan lahap.
"Non kenapa? Kayak lihat hantu aja?"
"Nggak papa Bi, aku hanya minta tolong, kalo orang sebelah tanya apapun nggak usah jawab, nggak usah banyak basa-basi, untung selama jogging aku cuman sekali ketemu sama laki-laki yang jaga rumah sebelah, mulai sekarang aku nggak akan jogging lagi, semua akan aku lakukan di dalam rumah toh tetap bisa melakukan aktivitas apapun di sini."
Bi Siti menatap wanita yang ia asuh sejak kecil, sehingga sedikit banyak ia tahu apa yang terkadang disembunyikan oleh Talulah.
"Non, apa salah satu laki-laki itu yang Non suka? Soalnya saya ingat betul dulu saat papa mama Non belum sibuk kadang mereka ketemuan di di sini makam bersama gitu, jadi pemilik villa sebelah kayaknya teman papa dan mama Non, kalo nggak salah sih karena saya nggak banyak tanya juga sama ibu, tapi setelah itu mereka jarang ketemu mungkin karena sama-sama sibuk."
"Udah lah Bi nggak usah banyak tanya, aku hanya ingin jauh dari segala hal yang bikin lelah, aku ingin saat kembali kerja nanti aku sudah lebih tenang menghadapi semuanya dan pastinya lebih fresh lagi."
"Bener kan Non, salah satu laki-laki itu? Kayaknya laki-laki tampan yang lebih banyak diam, kayak ngelamun itu kan?"
Talulah diam saja, perlahan ia tutup tirai dan harus ia akui bahwa menjauh dari Alzena bukan hal yang mudah karena ternyata hatinya tidak baik-baik saja.
💓💓💓
20 Oktober 2022 (06.58)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top