7
"Makasih ya Al, udah ngajak aku makan siang, aku nggak tahu lagi mau minta tolong sama siapa, makasih masih ingat aku, dan satu lagi makasih mau bantu aku ngenalin ke klien-klien kamu, jadinya aku nggak kesulitan buka butik aku di Indonesia, hanya aku butuh model yang unik untuk memasarkan karyaku, masih nyari ini."
Alzena tersenyum ramah, Ayesa adalah teman kuliahnya saat di Inggris dulu, belajar bisnis bersama hanya usaha yang ditempuh berbeda. Al dengan segala bidang usaha sedangkan Ayesa dengan bisnis bajunya, merk-merk kelas dunia yang mahal dan elegan yang ia pasarkan, dan baru kali ini ia membuka cabang di Indonesia, dan seperti biasa jika ada teman lama Al merasa tak enak hati saat diminta tolong untuk membantu mengembangkan usahanya.
"Ok, aku balik dulu ke kantor."
Dan saat Alzena hendak bangkit tiba-tiba tangan Ayesa menahannya, Alzena menatap tangannya yang dipegang Ayesa. Al menarik perlahan tanpa senyum, wajah dinginnya seketika muncul, ia bangkit dan menatap tajam mata Ayesa.
"Ingat, aku membantumu sebagai teman, tak lebih, jangan libatkan perasaan atau apapun."
"Lalu tak ada bekas apapun atau kenangan apapun Al?"
Alzena mengernyitkan keningnya.
"Bekas? Bekas apa? Bahkan kita tak pernah berada dalam rasa yang sama, aku tak pernah ada rasa padamu, sejak dulu sampai sekarang."
"Lalu kisah kita dulu ..."
Al mendengkus kasar.
"Itu karena kita terbawa suasana, kita sama-sama setengah mabuk setelah dari club dan terjadilah hal yang sama-sama kita inginkan, kita sadar melakukan itu dan setelah itu aku tak lagi dekat denganmu karena satu hal, aku tak suka kau mengejarku dengan cara-cara gila."
Ayesa menunduk dengan wajah memerah.
"Itu dulu Al, saat aku masih sangat muda, awal kita berkuliah, aku tergila-gila padamu dan berusaha mendapatkanmu dengan berbagai cara setelah malam itu."
"Yah dan aku tak suka dikejar! Ok terima kasih, jangan hubungi aku lagi, sudah aku berikan jalan, silakan kamu lanjutkan."
Alzena bergegas meninggalkan ruang kerja Ayesa, ia tak peduli saat Ayesa masih memanggil namanya.
"Boomerang, aku hanya niat menolong eh kok dia nyinggung malam jahannam itu, ck sialan! Nggak lagi-lagi dah ketemu sama dia."
Alzena terus menggerutu saat ia sudah sampai di mobil.
.
.
.
Sementara itu Talulah yang penasaran pada wanita yang bersama Al membuatnya ingin menghubungi Rezano, ia cari nomor Rezano dan mencoba bertanya apakah saat ini Alzena dekat dengan seseorang? Karena sesuai cerita Rezano jika Al dan Rezano satu vibes, selalu ada di lingkup yang sama. Rezano terkekeh dari seberang sana saat mendengar suara Talulah yang penasaran.
"Benar kan dugaan saya jika Anda menyukai dia?"
"Nggak, saya hanya ingin tahu saja, kan selama ini saya tahunya dia selalu bersama laki-laki, saya pikir Anda juga mengenal wanita yang sedang bersama dia kemarin siang."
"Saya tidak tahu siapa wanitanya, tapi demi Anda saya akan mencari tahu."
"Jangan! Jangan mencari tahu! Saya tidak ingin dia beranggapan saya tergila-gila padanya, saya bertanya saya pikir Anda tahu karena Anda sendiri yang mengatakan jika Anda selalu ada di tempat yang sama dengan dia jika berhubungan dengan wanita-wanita."
Terdengar kekeh Rezano di seberang telepon.
"Kenapa? Kenapa Anda sepertinya benar-benar penasaran padanya? Apa karena Anda sudah menolak dia karena Anda tahu dia sering gonta-ganti pasangan? Hingga dia marah besar sampai memukul saya? Ah ini cerita menarik, sekali lagi saya akan tetap mencari tahu wanita yang bersama dia kemarin siang yang membuat Anda terus memikirkan dia."
"Tidak Pak Rezano, jangan memperkeruh keadaan, saya betul-betul tak mau berurusan dengannya lagi."
Suara Talulah terdengar sedih.
"Tak mau berurusan tapi hari Anda gelisah, akui saja dan berdamailah dengan hati Anda, datangi dia, Anda minta maaf dan selesai kan, kalian bisa jadian."
"Tidak, tidak sesederhana itu kejadiannya."
"Lalu bagaimana? Apa yang Anda inginkan? Anda bisa mengandalkan saya, saya akan selalu membantu Anda jika Anda mau."
Tak ada sahutan di seberang sana, tapi Rezano tahu jika Talulah bimbang dan ia tak ambil pusing, kini saatnya ia melancarkan rencananya. Terlihat Rezano yang tersenyum licik.
Kau akan tahu sakitnya hatimu laki-laki lemah, akan aku buat wanita yang kau incar luluh padaku, pada kebaikan hatiku.
.
.
.
Alzena kaget saat sekretarisnya tiba-tiba saja menghubunginya karena ada tamu yang memaksa masuk dan saat tahu siapa yang datang, Alzena menyeringai lebar.
Akhirnya kau datang dan masuk dalam perangkapmu sendiri Sayang.
Alzena menyuruh sekretarisnya agar membukakan pintu dan membiarkan ia dan tamunya hanya berdua. Dan saat detak heels ia dengar semakin dekat entah mengapa Alzena jadi sedikit gugup dan saat Talulah masuk sambil memeluk map coklat ia berusaha meredam gemuruh di dadanya. Lalu pintu tertutup kembali. Talulah berjalan lurus menuju ke arahnya.
"Aku tak akan lama, hanya mau mengembalikan semua berkas yang dulu rencananya kita mau kerja sama, nggak perlu juga kalo ada di aku, ini aku kembalikan."
Talulah meletakkannya di meja Alzena dan ia berbalik bersamaan dengan Alzena menekan tombol kunci pada pintu ke luar dengan mengunakan remote control di tangannya. Talulah berbalik dengan wajah penuh tanda tanya.
"Buka pintunya! Aku mau pulang."
Alzena bangkit tanpa bicara, ia berjalan pelan dengan tatapan mata yang tak lepas dari wajah Talulah yang terlihat bingung dan sedikit panik. Dadanya naik-turun dengan cepat, terlihat jika Talulah panik hanya berusaha tenang.
"Kau yang datang sendiri ke sini tanpa aku undang, jadi aku anggap kau menyerahkan diri padaku, Sayang, berkas itu harusnya sudah kamu buang, nggak ada gunanya juga kamu kembalikan ke sini toh itu berkas lama, sangat lama, kita bukan orang baru di dunia bisnis, aku tahu kau juga mengerti! Hehe kau ke sini karena rindu kan? Kau rindu ingin ketemu aku dan memakai cara aneh untuk melepas rindumu. Aku tak akan membiarkanmu pulang sia-sia. Saat kau menolakku di depan papa mamamu pun aku tahu jika mulut dan hatimu bertentangan, kau juga menyukaiku bahkan mungkin lebih dulu kamu suka padaku dari pada aku yang baru akhir-akhir ini sadar jika ada perasaan yang aku sendiri nggak tahu ada apa sebenarnya."
Talulah semakin panik saat dirinya sudah terkunci di dinding, dalam kungkungan lengan Alzena di kedua sisi kepalanya dan wajah Alzena yang agak menunduk tepat berada di depannya, napas laki-laki itu menderu, menyapu wajahnya.
"Kau jangan macam-macam, ingat aku wanita yang masih suci jangan kotori aku dengan apapun yang ada di tubuhmu!" Talulah menekan Alzena dengan suara pelan namun penuh tekanan.
Alzena semakin menundukkan wajahnya, ia tahu Talulah tak bisa berkutik. Ia lihat wajah ketakutan Talulah yang perlahan menutup matanya karena takut.
"Jangan berharap aku akan menciummu! Buka matamu!"
Dan saat Talulah membuka mata dengan menahan malu, tiba-tiba ...
Cup!
Alzena mengecup sekilas bibir Talulah dan sang empunya bibir kaget bukan main.
"Satu- kosong, pulanglah! Sebelum aku semakin jadi melahap bibir seksimu!"
😄😄😄
14 Oktober 2022 (14.17)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top