4
"Papa kan sudah bilang, nggak usah sok diet-diet segala, kamu itu nurun papa, besar dan nggak akan bisa kurus, ya gini ini kalo dipaksa kurus akhirnya sakit! Biar kata orang kamu gendut atau apa, mereka nggak ikut kasi makan kamu! Kamu anak papa satu-satunya, kamu tetap cantik dengan cara kamu! Heran papa sama kamu, sejak dulu cuek mau gemuk, gendut, kok tumben baru sekarang punya pikiran diet, pasti kamu jatuh cinta ya jadi ngelakuin hal nggak masuk akal!"
Herdi marah besar saat tahu anak kesayangannya sakit hingga sempat masuk rumah sakit meski hanya di IRD.
"Udah Paaa, udaaah, ingat penyakit jantung dan hipertensi Papa."
Syafina mengingatkan suaminya.
"Hal yang wajar lah Tata diet, biar sehat bukan kurus, itu juga gak kurus-kurus dia, hanya turun berapa kilo sih Ta?"
Talulah terlihat jengkel, merasa mamanya tak tahu usahanya untuk kurus.
"Alaaah nggak usah Ma, nggak boleh diet-diet, ke dokter sana kali mau diet, ke ahli gizi, banyak uang tapi kok nggak digunakan dengan benar." Herdi benar-benar marah hingga Talulah yang merasa tersinggung segera masuk ke dalam kamar.
"Heeii, Heiii! Papa dan mama jauh-jauh ke sini nengokin kamu malah ditinggal, kami belum selesai bicara!"
Syafina memegang lengan suaminya.
"Paaa, kalo ngomong jangan sembarangan, dia sensi kayaknya sekarang, aku yakin dia lagi jatuh cinta, penasaran aku, siapa ya kira-kira laki-lakinya, sudah jadian apa belum?"
Herdi hanya geleng-geleng kepala sambil mendengkus.
"Halah paling belum jadian, Ma."
"Ih Papaaa, ke anak sendiri yaaa."
"Loh aku kan berusaha ngomong apa adanya, anak kita ini kan parasnya manis Ma sebenarnya ya nurun-nurun aku lah, tapi badan dia besar, kulit juga eksotis, rambut macam mi gitu, mana ada laki-laki mau meski dia kaya, kecuali laki-laki mata duitan."
Syafina memukul lengan suaminya.
"Papaaa."
.
.
.
Alzena betul-betul gelisah saat tak ada kabar apapun dari Talulah, dia sempat meminta nomor hp Talulah saat akan mengantar ke rumahnya dengan alasan jika ada barang Talulah yang tertinggal di mobilnya bisa menghubungi tapi hingga saat ini tak ada kabar apapun, padahal saat Talulah pingsan ia sempat mengambil kacamata Talulah dari dalam tasnya, lancang memang tapi tak apa demi usaha pendekatan.
Alzena meraih ponselnya, ia ingin menelepon tapi ia tahan, tak ingin terlihat dia yang ngebet ingin bertemu Talulah. Tapi akhirnya ia menyerahkan kalah, ia ambil ponselnya dan menekan nomor Talulah, lama tak ada sahutan, ia telepon lagi dan teleponnya diterima, terdengar suara berat nan seksi di seberang sana.
"Ada apa? Maaf aku belum sempat bayar hutangku padamu, aku masih lemas, nanti sekretarisku yang akan menyelesaikan semuanya."
Talulah mendengar desah yang membuat bulu kuduknya meremang, dan Talulah mengumpat mengapa ia jadi berpikiran lain pada laki-laki yang saat ini sangat tak ia inginkan untuk bertemu, meski di sisi lain ia ingin sekali bertemu karena hatinya sedang tidak baik-baik saja dan butuh asupan vitamin penyegar mata agar moodnya kembali baik-baik saja.
"Maaf, aku hanya ingin berkabar jika kacamatamu jatuh di mobilku, aku menemukannya saat aku mencari sesuatu di mobilku."
"Ah itu kacamata kesayanganku, aku minta tolong simpanlah dengan baik, nanti sekretarisku yang akan menghubungimu."
"Mengapa selalu sekretaris dan sekretaris, kita bisa bertemu jika kau ingin mengambilnya atau aku yang akan mengantarkan ke rumahmu."
"Aku sibuk, tak ada waktu untuk hal kecil."
Alzena lagi-lagi mendesah kecewa dan Talulah memejamkan matanya mencoba membuang khayalan erotis tentang laki-laki yang rasanya tak mungkin ia miliki. Dan ucapan papanya kembali terngiang, jika ada laki-laki yang mau padana pasti hanya karena uangnya. Tapi Alzena tak pernah kekurangan uang, jadi jika akhir-akhir ini seolah ingin mendekatinya lalu untuk tujuan apa? Ataukah Al hanya ingin mempermainkan perasaannya? Orang kaya dengan banyak yang dan wajah tampan rasanya tak mungkin jatuh hati pada wanita dengan ukuran tubuh seperti dirinya.
Dan Talulah menutup pembicaraan mereka tanpa menghiraukan Alzena yang seolah masih ingin bicara.
Sementara di seberang sana Alzena mengamuk karena merasa diabaikan oleh Talulah.
"Sok jual mahal dia, ok kalau begitu akan aku abaikan lagi kamu, tapi ... ck aku yang butuh dia."
Alzena mengusap kasar wajahnya dan kaget saat tepukan lembut mendarat di pundaknya. Ia menoleh dan melihat Bi Imah yang tersenyum lembut.
"Marah lagi? Gagal lagi? Ingat Den Al, jangan sampai si cewek merasa Den Al tidak sungguh-sungguh, atau dia merasa ragu karena tahu Den Al selama ini banyak ceweknya, kok tiba-tiba mengejar dia wanita yang kata Den Al bukan kelas Den Al, iya kan? Tidak seksi apa bagaimana dia?"
Al tertawa, meski hatinya sedih dan matanya tak bisa berbohong.
"Atau jangan-jangan Den Al hanya ingin dia secara fisik? Maksudnya, maaf hanya penasaran bagaimana rasanya tidur dengan wanita seperti itu? Enyahkan pikiran seperti itu, waktu terus berlalu dan Den Al semakin tua, saatnya serius berpikir untuk menikah, kasihan Bapak dan Ibu yang terus-terusan bertanya pada saya lewat telepon, ya saya bilang belum ada yang serius."
Alzena diam, ia merebahkan tubuhnya di sofa, terlentang, memejamkan mata masih dengan baju kerjanya, lengkap.
"Aku mau jujur Bi, terus terang aku maunya juga nikah, maunya juga serius sama yang ini, meski ya aku juga penasaran, gimana rasanya wanita kayak gitu dengan ukuran yang semuanya super besar, sshhh aku jadi terobsesi banget Bi sumpah, meski akhir-akhir ini dia mulai agak kurus, nggak kurus sih hanya lebih mengecil sedikit, malah aku sempat berpikir jika dia sebenarnya menguruskan badan buat aku, aku sempat gr tapi tadi saat aku ajak dia ketemuan eh dia nolak aku, dan aku merasa kecewa lagi, laki-laki sekaya dan setampan aku diabaikan sama wanita kayak dia."
Tiba-tiba Alzena bangkit dan menepuk keningnya. Bi Imah akhirnya duduk di dekat Al.
"Kenapa Den? Ada ide baru?"
Alzena menggeleng dengan keras.
"Aku baru ingat Bi, kalo wanita ini pernah bersama teman kuliahku dulu saat ada urusan bisnis, Rezano, jangan-jangan dia tahu dari laki-laki itu jika aku gonta-ganti cewek, untuk urusan yang satu ini bahkan pesta-pesta gila, kami selalu hadir di tempat yang sama, ah brengsek jika dia membuka aib aku untuk keuntungan dia."
Bi Imah semakin mendekat ke arah Alzena.
"Naaah, justru dengan kejadian ini Den Al bisa membuktikan pada wanita itu kalo Den Al sudah sembuh, tidak ke tempat-tempat maksiat itu lagi demi dia, eh memang Den Al sudah sembuh? Sudah tidak anu-anu lagi?"
🥀🥀🥀
28 September 2022 (05.05)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top