2


"Makasih ya anak manis, udah nenangin Al jadi nggak nangis lagi."

"Nggak papa, anak Tante aja yang cengeng, ini kolam renang nggak dalem."

"Dia takut air sayang."

"Masa sudah besar takut air? Nggak mandi dong dia?"

Terdengar tawa mamanya sambil mendekap dirinya yang masih menangis ketakutan.

"Nggak gitu, dia cuman takut kalo ke kolam renang atau laut, dia pernah hampir tenggelam saat bermain di danau buatan di rumah."

Dan gadis kecil tambun itu berjalan menjauh sambil sesekali menoleh lagi padanya. Al kecil terus ingat bagaimana gadis tambun itu sempat menenangkannya dengan memeluknya meski sebentar sampai mamanya datang, hanya kejadian kecil tapi Al terus mengingat dekapan sayang gadis tambun berambut ikal, berkulit agak gelap.

Dan kilasan sepenggal kisah lalu sering datang dalam mimpi Alzena, gadis kecil tambun pemberani yang telah menyelamatkannya saat ia tergelincir di area kolam renang saat berlibur bersama dua keluarga itu. Setelah itu ia tak pernah bertemu lagi meski kabar perkembangan gadis itu terus ia pantau hingga Al dan gadis itu sama-sama dewasa.
.
.

"Lu malu kalo punya cewek kayak dia kan Al? Secara lu ganteng, banyak duit sejak dulu pacar proporsional masa sekalinya cinta mati kok ya sama karung beras, kulkas dua pintu dan spring bed double pegas." Lagi-lagi mulut pedas Jezabel menyulut emosinya.

"Lu bisa diem nggak sih, gue galau tahu? Resaah! Umur gue dah waktunya nikah, papa mama tanya terus calon bini gue, gue belum nemu, jadi lu diem, lu gak tahu bingungnya gue mana papa pake acara ngancam segala jadi lu harus tahu kegalauan gue!"

"Iya gue tai eh tau."

"Ck, lu emang tai, pergi bisa nggak Jez dari hadapan gue? Biar gue rada tenang."

"Ya nggak bisa, gue kan kerja ke lu juga, istirahat gini kan mending jahilin lu."

"Setan lu."

"Emang!"

"Makan di luar aja kita Jez, pesenin ke tempat biasa kita makan, rese lu ngomong aja bikin gue makin stres."

"Alaaah lu stres kan bawaan horni aja ingat badan keras, besar, berotot kayak cewek idaman lu yang nggak banget."

"Lu ngomong aja! Jadi makan ini nggak Jeeeez!?"

"Jadi Aaaal, jadi gue peseniiin!"

Dan teriakan Alzena pada Jezabel mengakhiri debat siang itu.

.
.
.

Sesampainya di rumah makan mewah dengan sajian kesukaan Alzena bukan kenikmatan dan ketenangan yang didapat Al, justru rasa marah karena di pojok ruangan itu terlihat Talulah dengan laki-laki tinggi tegap berkulit gelap, kepala licin yang garis wajahnya benar-benar mengingatkan pada sosok legendaris bola basket America, Michael Jordan, dengan jas lengkap seperti Alzena yang saat ini sedang dipakai.

"Makan bos, makaaan."

Jezabel yang telah kelaparan tak berpikir bagaimana perasaan cemburu Alzena, ia tetap makan dengan lahap.

"Gue jadi gak selera tapi pantang bagi gue terlihat cengeng, gue kaya, tampan, banyak yang menginginkan sementara dia nggak pernah punya laki-laki yang menghangatkan kamarnya."

Alzena mencoba menghibur diri dan mencoba menikmati makanan meski terasa hambar.

"Ck, sok tahu." Jezabel menyahut dengan mulut penuh makanan.

"Gue memata-matainya, semua hal tentang dia gue tahu."

Dan Jezabel tersedak, ia raih gelas dan menegak sekaligus.

"Ya ampuuun segitunya lu demi karung dekil?"

"Tutup mulut lu! Gue lempar ke jalan baru tahu rasa lu!"

"Iya iyaaaa die cantik, menarik, ya ampun kenapa jadi gini ya Tuhan!"

Sementara di tempat lain laki-laki yang tengah menemani Talulah sempat melirik Alzena yang memasang wajah dingin, mengunyah makanan dengan cara tak wajar, seperti orang marah.

"Maaf, Anda mengenal laki-laki di sisi kanan yang bersama teman laki-lakinya?" Rezano bertanya pada Talulah yang sedang mencermati dokumen di depannya. Talulah melirik sejenak lalu kembali pada lembaran kertas yang ada di depannya.

"Hmmm, ya sekadar kenal karena hampir ada kerja sama tapi tak jadi karena sesuatu hal, ya dia memang laki-laki hanya sepertinya tidak punya pasangan, saya melihatnya selalu dengan laki-laki itu, mereka ke mana-mana atau kalau tidak ya dengan sekretarisnya."

Zano terkekeh lalu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.

"Anda kurang update kalau begitu, kebetulan dulu dia satu kampus dengan saya di Inggris sana dan yah sama-sama kembali bekerja di negara tercinta, masih satu vibes juga jadi tahu sepak terjang dia dalam urusan wanita, dia banyak teman wanitanya, tapi saya maklum, dia tampan dan kaya, sering satu pesta dengan saya jadi kami masing-masing tahulah gimana belangnya."

Dan mulut Talulah terbuka karena kaget.

"Silakan Anda minum, tidak usah kaget, itu hal biasa, kami laki-laki dewasa, kami butuh pelampiasan saat lelah dan jenuh karena pekerjaan."

Wajah Talulah berubah ngeri dan jijik.

"Iya saya sadar dan tahu bagaimana pergaulan para eksekutif muda tapi saya tidak membayangkan dia yang dingin dan cuek ternyata doyan hal seperti itu."

"Kebutuhan nona, dan kami bermain aman, tidak sembarang wanita, yang jelas mereka juga harus terjamin kesehatan dan keamanannya, mahal memang tapi kami sama-sama nyaman."

Talulah mengembuskan napas berat, meski ia tahu bagaimana pergaulan seperti itu, ia betul-betul kaget jika laki-laki berwajah bayi yang mau tak mau akhir-akhir ini sering hadir dalam mimpinya juga melakukan hal yang sama.

"Eemmm, maaf saya lihat Anda betul-betul kaget, atau Anda menyukai dia hingga Anda berharap ia masih perjaka karenaaaa, karena Anda juga masih suci, betul kan?"

"Anda cenayang? Dari mana Anda tahu saya tak pernah punya laki-laki? Apa karena tubuh tambun saya? Kulit kecoklatan saya? Rambut keriting saya?"

"Aaah tidak, tidak, saya bukan laki-laki pemuja penampilan luar, maaf saya hanya mengira-ngira."

"Tapi semua laki-laki tertarik pada wanita selalu pada penampilan luar, betul kan?"

"Eemm, yah ... Ah sudahlah mari kita lanjutkan obrolan santai tapi mendatangkan uang siang ini."

Dan Talulah kecewa, ia melirik sejenak pada Alzena tepat Alzena juga melirik padanya lalu keduanya sama-sama membuang muka.

.
.
.

Alzena marah, ia melempar tasnya lalu menarik dasinya dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Pembantu tua tergopoh-gopoh datang, wanita yang sudah ia anggap seperti mama baginya.

"Ada apa lagi Den Al? Masih belum mau wanita yang diburu sama si Aden?"

"Diburu? Kucing kali?"

Bi Imah terkekeh lalu duduk tak jauh dari Al berbaring di sofa.

"Sejujurnya aku lelah berpetualang Bi, aku ingin menikah, ada tempat nyaman untuk pulang, bukan pindah dari satu wanita ke wanita tak jelas."

"Lah ya kalo sadar nikah aja kan beres, Den?"

"Masalahnya yang mau dinikahin ini nggak jelas."

"Lah kok bisa?"

"Belum sesuai harapan Bi."

Bi Imah melihat dengan wajah serius pada Al.

"Apanya yang belum sesuai harapan? Apa Den Al masih ingin ia tampil sesuai harapan Den Al? Cantik dan menarik? Kan bibi bilang berkali-kali bahwa pasangan ideal hanya ada dalam mimpi?"

"Masalahnya aku hidup diantara mimpi banyak orang Bi."

Dan suara Al terdengar lelah.

💗💗💗

14 September 2022 (22.00)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top