(4. Wanita Gila)
Ahsan meringkuk di atas sofa, setelah perdebatan sengit itu, dia meninggalkan Nahla seorang diri di dalam kamar. Dia tak habis fikir, apa yang ada dalam kepala gadis itu, leluconnya sangat keterlaluan, membuat hidup Ahsan berubah seratus delapan puluh derajat. Kenapa dengan gampangnya dia menjebak Ahsan dengan pernikahan ini.
Percuma baginya membela diri, semua yang terlihat nyata oleh pimpinan pondok tak bisa di bantah lagi, musnah sudah impiannya selama ini, apa yang harus dilakukannya sekarang.
Gadis itu tak memiliki kelebihan apa- apa selain wajah blesteran yang sangat mencolok. Tak ada kesan sholeha sama sekali, penampilan dan sikapnya sama buruknya.
Sekilas Ahsan menilai Nahla adalah wanita tomboy, keras, egois dan selalu memaksakan kehendaknya. Bagaimana dia bisa menjalani peran sebagai suami terhadap istri seperti Nahla?
Seumur hidupnya dia tak pernah berpacaran. Setelah menèmpuh sekolah pesantren selama tujuh tahun, dia melanjutkan kuliah program beasiswa ke Kairo Mesir, kemudian melanjutkan lagi pasca sarjananya di Sudan. Ahsan tak pernah berfikir untuk mengenal perempuan secara dekat, dia sibuk dengan menuntut ilmu. Akan tetapi semua berbeda, saat dia mendapat tawaran mengajar di pondok pesantren itu, saat itulah dia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
Pada saat itu, Yayasan mengadakan acara seminar bedah buku yang di hadiri santri putra dan putri. Buku itu sendiri adalah milik Hanum, sudah menjadi Best seller di berbagai negara.
Selama seminar berlangsung, Ahsan tak berhenti memuji kekuasaan Allah. Hanum adalah wanita sempurna yang sangat ideal untuk dijadikan istri, cantik, cerdas, berpendidikan lebih utama dia adalah wanita sholeha yang berasal dari keturunan baik- baik.
Ahsan pun menangkap Hanum memiliki perasaan yang sama dengannya, cuma dia hanya bersifat menunggu. Ahsan pernah berniat ingin melamarnya, tapi sebuah pembicaraan pimpinan pondok terekam olehnya saat itu, bahwa Ustadz Muraq menginginkan menantu bergelar Doktor. Akhirnya Ahsan mengurungkan niat, karena syarat itu belum terpenuhi.
Menjadi Doktor tidak sulit, yang sulit adalah biayanya, dia adalah tulang punggung keluarganya, adiknya masih membutuhkan biaya untuk sekolah dan sekarang tanggung jawabnya bertambah satu lagi, Nahla ... mengucapkan namanya saja Ahsan langsung tidak bersemangat.
Baru saja Ahsan berniat memejamkan mata, Nahla membuka pintu kamar dan berjalan menuju dapur, kali ini Ahsan bernafas lega, Nahla sudah memakai baju kaos dan celana panjangnya.
Nahla menuju dapur yang berhadapan tidak jauh dari sofa Ahsan, gadis itu mencari sesuatu di sana. Kemudian mendesah kecewa.
"Bahkan di sini tidak ada air minum,"
katanya kecewa, Ahsan diam saja, tapi matanya melihat apa yang dilakukan gadis itu.
Nahla melirik sinis pada Ahsan, bahkan dia tak sedikitpun berinisiatif.
"Ahsan! itu namamu, kan?" tanya Nahla sambil melipat tangannya di dada, menurut Ahsan wajah ketus dan sinis itu memang lebih cocok untuknya.
"Kenapa kau ingin tau, apa kau ingin berkenalan denganku?" jawab Ahsan begitu malas.
"Berkenalan denganmu? Cih! yang benar saja." Gadis itu membuang muka.
Ahsan tak menanggapi, dia kembali memejamkan matanya.
"Kau laki-laki yang sombong," ujar Nahla.
"Aku tak butuh penilaianmu," jawab Ahsan tak peduli.
"Ya ya ya, kau sangat membosankan."
Gadis itu diam sejenak kemudian melanjutkan
"Berapa umurmu? 38? 40? Atau 42?"
Habislah kesabaran Ahsan. "Aku belum setua itu."
"Biar aku tebak, 32 ... benar, kan?"
Ahsan tak menjawab.
"Kau diam berarti aku benar, pantas saja kau tidak laku-laku, melihat sikapmu yang kaku, sombong dan angkuh, seharusnya diumur segitu kau sudah punya anak dua."
Ahsan semakin kesal, gadis itu selalu membuatnya jengkel.
"Apa mulutmu selalu mengeluarkan kotoran?"
"Apa maksudmu?" Mata Nahla melotot.
"Selain pintar berbohong kau juga pintar menghina, kau sendiri sudah cukup tua."
"Hei, aku baru 29 tahun ini."
Nahla tak terima dikatakan tua.
"Di kampungku, umur segitu sudah beranak empat."
Impas, Ahsan berhasil membalikkan ucapan gadis itu, wajahnya memerah. Ahsan tersenyum puas.
"Aku ini seorang model, semua laki- laki memujaku."
"Tapi tidak denganku, Nona. Kau mengerti? Sekarang kembali ke kamarmu, aku mau tidur, bicara denganmu, aku akan terkena serangan jantung."
Nahla menatap Ahsan dengan benci, lalu meninggalkan pria itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top