Bidadari Keseleo part 17
Kenzie berderap menuju kamar, membuka lemari pakaian milik Sarah. Mata pria berkulit bersih itu menyipit. Ia tak mendapati satu pakaian pun yang di tinggal Sarah di sana.
"Sial!" gumamnya mengacak rambut.
💞💞
Dea dan Sarah saling diam di mobil, Sarah larut dengan kegelisahan dan kekesalannya pada Kenzie, sementara Dea tak menginginkan sahabatnya itu pergi dari rumah. Akan tetapi, sikap gadis di sampingnya itu membuat dirinya tak bisa memberi alsan apa pun.
"Masih jauh, De? Loe bawa gue ke rumah loe ya?" tanya Sarah curiga. Dea menarik napas dalam-dalam lalu melirik gadis di sampingnya.
"Lu tinggal di rumah gue dulu deh, ada kamar kosong di sana," jelasnya kembali fokus mengemudi. Mata Sarah membulat seraya menggeleng. Ia menolak anjuran Dea.
"Jangan pernah berpikir gue mengubah keputusan ini, De!" sergahnya kesal. Ia meminta Dea menghentikan mobil.
"Kalau elu nggak mau bantu, gue bisa cari sendiri!" Kembali Sarah berucap ketus. Mengetahui seperti apa karakter sang sahabat, Dea mengangguk menyerah.
"Kalau Kenzie nanyain tentang elu ke gue gimana, Sar?" Dea menoleh saat mereka tiba di sebuah rumah besar. Gadis berdagu belah itu menatap sejenak kearah Dea.
"Lu bisa jawab apa aja, asal jangan sampai dia tahu gue di mana!" tukasnya.
Ia mengangguk tersenyum menanggapi ucapan Sarah. Mereka berdua turun, tak lupa Sarah membawa kopernya. Kedatangan Dea dan Sarah disambut oleh wanita ramah bertubuh sedikit gemuk dengan kerudung coklat menutupi kepalanya. Bu Sinta pemilik tempat kos itu sudah lama mengenal Dea. Mama Dea adalah teman sekolah Ibu berkacamata itu.
Bu Sinta mengajak mereka ke pintu masuk lain di samping rumahnya. Ada berjajar kamar di sana. Masing-masing kamar tersedia kamar mandi juga lemari pendingin juga penyejuk ruangan. Sekilas Dea melirik Sarah.
"Baik, terima kasih, Bu. Saya rasa saya akan betah di sini," ungkap gadis itu seraya merapikan rambutnya. Setelah berbasa-basi sebentar dan melakukan pembayaran. Bu Sinta pergi meninggalkan mereka berdua.
"Thanks, De. Lu bisa tinggalkan gue sekarang, kesian suami loe, nungguin." Sarah mengeluarkan baju untuk dimasukkan ke dalam lemari. Dea menatap ragu Sarah.
"Loe nggak keinget Kenzie, Sar?"
Mendengar pertanyaan itu, Sarah menghentikan aktivitas, lalu ia menggeleng. Ia kemudian tersenyum kembali melanjutkan kesibukannya.
"Ya udah, gue balik dulu ya, telepon gue kalau loe perlu apa-apa," imbuhnya lalu pergi meninggalkan Sarah.
🌼🌼🌼
Kenzie menatap wajah Dea frustrasi, sedari tadi perempuan di depannya itu membisu. meski berkali ia telah mendesak agar ia mau buka suara.
"Gue tahu loe ngerti di mana Sarah sekarang!" ucapnya yakin. Dea hanya menoleh sekilas kemudian kembali menekuri laptop.
"Ck! Oke, kalau loe nggak mau kasi tahu gue, nggak apa-apa. Tolong sampaikan aja, jangan terlalu cemburu!" tegasnya menatap Dea. Merasa sahabatnya tak bersalah, ia menutup pelan komputer jinjingnya.
"Ken, loe denger gue! Sejak kapan elo sering nemenin Steffi?" geramnya. Dilihat sedemikian rupa oleh Dea, Kenzie kesal.
"Loe nyalahin gue juga, De? Udah gue duga, pasti dia cerita banyak ke loe." Pria itu mengusap wajahnya kasar.
"Ken, Sarah itu istri loe, 'kan?" tegas Dea.
"Loe kenapa sih De? Udah tahu nanya!" Kenzie menyeringai tak suka.
Dea naik pitam, ia menatap Kenzie tajam.
"Kalau elo ngerasa Sarah istri loe, kenapa loe nggak pernah pentingin dia? Berapa kali loe habiskan waktu untuk Steffi? Sementara Sarah loe biarkan di rumah resah nunggu kabar dari elo?"
Kenzie bergeming, kembali ia mengusap wajah. Lelaki itu berdiri membalas tatapan Dea.
"De, lalu apakah karena istri, gue membuang nurani sebagai manusia?" cecarnya. Kenzie bercerita kenapa ia ada bersama Steffi saat itu, dan mengungkapkan penyesalannya karena lupa memberi kabar pada Sarah.
"Gue udah cerita masalah ini ke Sarah, dan dia masih marah, De! Gue bisa apa?" sergahnya dengan wajah memerah menahan emosi.
"Dia minta pergi, oke gue izinkan, mungkin dengan begitu dan bisa menemukan jawaban semua masalah ini. Pergi sementara, bukan pergi dengan membawa semua bajunya, De!" ungkapnya mengepalkan tangan.
Menghela napas Dea meletakkan kepala di sandaran kursi.
"Mending loe keluar dari ruangan gue, Ken! Loe belum ngerti juga tentang perasaannya. Perasaan Sarah yang luka berkali-kai karena Steffi dan tragisnya itu loe nggak pernah sadari!"
Kenzie membuang napas kasar. Ia memejamkan mata mengatur emosinya.
"Tunjukkan salah gue di mana!" ungkapnya pelan.
Dea memijit kening seolah merasakan kemelut rumah tangga sahabatnya itu.
"Loe bisa nggak lagi peduli dengan hidup Steffi?" tutur Dea kali ini dengan nada rendah tapi mata tetap menatap lekat ke arah Kenzie. Pria di depannya itu menarik napas dalam-dalam.
"Emang kalian pikir gue selama ini peduli sama Steffi?" Ia balik bertanya.
"Ken, loe punya catatan masa lalu dengan dia. Siapa pun orangnya pasti akan berpikir bahwa loe sedang mencoba bermain api jika terus begini," papar Dea. Kenzie menyeringai kemudian menggeleng.
"Ken, loe masih sayang sama perempuan itu?" Terdengar tegas kalimat yang keluar dari bibir wanita itu.
"Nggak lah! Gila apa gue?" tampiknya menyugar rambut.
Dea menarik napas, mengatakan bahwa Steffi seorang janda, dan tidak menutup kemungkinan jika wanita merasa kembali bisa melabuhkan harapan padanya.
"Steffi seorang wanita, Ken. Dia akan merasa senang jika ada seseorang yang memerhatikan, gue rasa setiap wanita akan bersikap sama. Terlebih saat ini dia memang sedang membutuhkan pendamping," jelas Dea panjang lebar.
"Loe sebaiknya jangan menganggap enteng masalah ini. Ada hati yang harus loe jaga!" sambungnya.
Kenzie mengangguk mencoba memahami.
"Oke, gue paham! Sekarang tunjukkan ke gue di mana Sarah tinggal," mohonnya.
"Sorry, Ken! Gue nggak tahu dia di mana. Loe cari aja sendiri," ungkap Dea kembali membuka laptop. Kenzie menyerah, ia tak lagi mendesak Dea mengatakan keberadaan sang istri. Sambil mengucap terima kasih ia melangkah meninggalkan ruangan kantor Dea dan Sarah itu.
🌼🌼🌼
Suara telepon genggam milik Sarah bergetar, ia hanya melirik saat mengetahui identitas penelpon. Cepat ia mengaktifkan mode pesawat lalu kembali meletakkan di nakas. Sepanjang hari ini dia hanya bermalas-malasan di kamar. Sesekali ia menghubungi Dea untuk memastikan kabar tentang suaminya. Bibir Sarah sedikit terangkat saat sahabatnya itu mengatakan bahwa Kenzie tengah bingung mencarinya.
"Biarkan saja, De. Gue hanya ingin memastikan perasaan dia ke gue begitu juga sebaliknya," ungkapnya saat Dea menelpon.
Saat ini teleponnya tak lagi bisa dihubungi, dan dia memang tengah menikmati itu. Wanita itu mengikat rambut kebelakang, mengoles tipis bibir dengan lipstik pink dan bedak natural membuat aura cantiknya muncul. Baju casual, celana dan sepatu kets serta tas tangan menambah penampilannya menawan.
Pukul setengah lima sore ia siap di depan rumah tempat ia tinggal. Tak lama mobil kuning mendekat. Wajah Sarah berubah cerah. Bergegas ia membuka pintu mobil kemudian masuk.
"Sar! Tumben loe seneng banget makan masakan Jepang? Biasanya loe nggak doyan?" tanya Dea menatap sekilas. Sarah yang sejak tadi mengikuti lantunan lagu milik Rossa terdiam, lalu tersenyum mengangkat bahu.
"Nggak tahu, De. Gue juga bingung," jawabnya.
Dea kembali bercerita tentang Kenzie, sambil terus menyetir.
"Udah dua hari loe pergi dari rumah, sebaiknya loe balik deh, Sar." Sahabatnya itu melirik ke Sarah, "loe nggak kangen dia apa?" sambungnya lagi.
Sarah bergeming, ia menatap ke arah jendela. Jauh di hati Sarah sebenarnya merasa rindu dengan pria itu. Namun, di sisi lain ia masih kesal karena merasa Kenzie telah mengabaikannya.
"Ya sudah, gue nggak maksa, apa pun keputusan loe, gue harap yang terbaik. Tapi satu yang loe harus ingat, gue rasa saat ini Kenzie menyesal," papar Dea.
Sarah menoleh menatap wanita yang telah lama menjadi sahabatnya itu.
"Dari mana loe tahu dia menyesal, De?"
"Loe tahu, Sar? Dia tiap hari nungguin gue di kantor! Nanyain loe terus," jawabnya.
Sarah tersebut lalu kembali memandang ke arah jendela.
🌼🌼🌼
Kenzie baru saja pulang dari kantor. Pria itu merebahkan tubuhnya ke sofa. Saat telepon genggamnya berbunyi segera ia menerima.
"Dea?"
"__"
"Serius loe?"
"__"
"Oke, oke! Tunggu gue!"
"___"
Kenzie menyambar kunci mobil bergegas keluar menuju dan meluncur ke tempat yang disebutkan Dea.
🌼🌼🌼
Terjeda
Terima kasih untuk apresiasi teman teman.
Cilok jika typo yaa
I love you
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top