Bidadari Keseleo part 15


Haiii, Sarah-kenzie datang lagi ...btw yg nungguin siapa hayoo, Jan lupa klik bintang yaaa



Sarah membuang semua testpack yang masih tersimpan rapi di nakas. Masih ada beberapa yang  baru, tapi ia enggan mencoba lagi. Entah sudah berapa testpack ia beli, setiap telat datang bulan cepat ia membeli dan mencobanya. Namun, lagi-lagi tak ada hasil yang di harapkan, hingga Sarah tak lagi mau membeli alat pendeteksi kehamilan itu. Hari ini Kenzie pulang larut malam, sore tadi ia telepon ada hal penting yang harus selesai.

Sarah membuang napas kasar, berkali ia memainkan tombol remote televisi menghilangkan rasa frustrasi. Namun semakin hatinya gelisah. Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam, sang suami belum juga pulang atau sekedar memberi kabar.

Wanita itu beranjak ke pintu menyibak gorden sedikit memastikan bahwa tak ada Kenzie di depan pagar. Kembali wajah itu kecewa, segera ia mematikan lampu, kemudian merebahkan diri di sofa. Berkali kali sebenarnya ia menghubungi sang suami, tapi tak satu pun panggilan atau pesan yang bisa sampai. Entah ada apa dengan ponsel Kenzie.
Lama menunggu membuat Sarah terlelap di sofa, hingga deru mobil membuat ia membuka mata. Jam dinding menunjukkan pukul empat subuh. Segera ia membuka pintu, dilihatnya sang suami turun dari mobil dengan wajah lelah.

"Kenapa baru pulang? Dari mana aja? Ponsel nggak bisa dihubungi kenapa?" cecar Sarah risau. Pria berkulit bersih itu melirik istrinya lalu tersenyum. Sambil mengusap puncak kepala Sarah Kenzie berkata, "Aku cerita nanti, yang jelas aku baik-baik aja."

Sarah tak lagi bertanya, segera ia menyiapkan air hangat dan baju ganti untuk sang suami.

***

Kenzie masih terlelap, saat ia sudah menyiapkan sarapan. Sarah mengerti suaminya itu pasti lelah setelah kemarin hingga subuh tadi baru pulang.

"Bangun Ken, sarapan dulu." Sarah mengguncang pelan tubuh pria yang tengah bergelung selimut itu. Tak ada reaksi apa pun, Kenzie masih nyenyak tertidur. Melihat suaminya masih lelap, Sarah memercik air di wajah Kenzie.

"Sayang, aku masih ngantuk," ucap lelaki itu seraya mencoba meraih tubuh Sarah, tapi cepat wanita itu menghindar. Kenzie membuka matanya malas menatap wajah cantik Sarah. Ia bangkit dari petiduran duduk bersandar di sandaran ranjang.

"Mendekat ke sini," ajaknya memberi isyarat.  Sarah mendekat mengikuti perintah suaminya. Ia duduk di samping Kenzie.

"Semalam ke mana sih? Kenapa susah sekali dihubungi?" suara Sarah terdengar manja. Kenzie mengusap pipi istrinya lalu merengkuh mesra. Pria itu menjelaskan bahwa semalaman ia berada di rumah sakit menemani Steffi yang tiba-tiba perdarahan saat mereka meeting bersama team. Perempuan masa lalu Kenzie pucat dan taka sadarkan diri saat itu, maka ia dan team segera membawanya ke rumah sakit.
Mendengar penuturan pria di sampingnya, wajah Sarah mendadak berubah.

"Jadi kamu semalaman di rumah sakit nungguin Steffi?" tanyanya meyakinkan kembali ucapan sang suami. Kenzie mengangguk tanpa beban. Segera Sarah beranjak dan berdiri meninggalkan kamar dengan mata berkaca-kaca. Ia tak memedulikan panggilan dari suaminya.

Sarah menuju dapur, diteguknya air mineral di meja, kini pipi mulus biru basah oleh air mata. Ucapan Kenzie benar-benar melukainya. Semalam ia menunggu kabar dan kedatangan sang suami. Tanpa dia duga Kenzie justru tengah menemani wanita bernama Steffi itu di rumah sakit.

"Sarah, kamu kenapa ninggalin aku gitu aja?" Pria itu sudah ada di dekatnya. Sarah tak menyahut, cepat ia usap pipi yang basah lalu mengambil potongan nanas di meja. Sambil tersenyum Kenzie menggodanya dengan mengatakan bahwa Sarah sedang cemburu.

"Sarah, aku di sana nggak sendirian. Ada beberapa rekan menunggu. Kondisinya saat itu sangat mengkhawatirkan, sambil menunggu kedua orang tuanya pulang dari Kalimantan, aku dan beberapa teman sepakat menunggu sampai mereka datang," jelas Kenzie panjang lebar. Penuturan itu sepertinya tak memengaruhi perasaan Sarah. Ia masih bergeming seolah tak mendengar. Melihat sang istri diam, Kenzie mengerti. Ia mencoba mengusap bahu Sarah.
Namun, wanita yang ia nikahi setahun lalu itu menghindar. Ia kembali meninggalkan Kenzie. Pria itu mengusap wajahnya kasar.

"Sarah, tunggu dulu. Dengarkan penjelasanku, aku belum selesai," serunya mengikuti Sarah. Perempuan itu membalikkan badan menatapnya.

"Seharusnya aku tahu, bahwa separuh hatimu masih ada padanya, aku memang bodoh, Ken!" Mata wanita itu terlihat berkabut.

"Sarah, dengar. Ponsel aku low batt, dan aku tidak tahu jika kehabisan baterai," ucap Kenzie berusaha meyakinkan sang istri. Namun, lagi-lagi Sarah tak bisa menerima alasan apa pun. Ia memilih pergi mengunci diri di kamar. Sementara Kenzie kembali mengusap wajahnya dan menghempaskan tubuh ke sofa.

***

Hari sudah sore, tapi tak ada tanda-tanda Sarah keluar kamar. Hal itu membuat Kenzie gelisah. Sejak siang tadi ia mengetuk pintu mengajak untuk makan tapi sama sekali tak ada sahutan dari dalam.

"Sarah, ini sudah sore, kamu belum makan apa pun sejak tadi. Ayo sayang, buka pintunya," suara Kenzie terdengar khawatir. Berkali-kali ia mengetuk pintu agar Sarah membuka, tapi sia-sia.

"Sayang, oke maaf. Aku minta maaf, aku nggak bakal ngulangin lagi. Sekarang tolong buka pintunya, Sarah." Kenzie semakin resah, ia mondar mandir di depan kamar Sarah. Tak ingin sesuatu yang buruk terjadi, ia bermaksud mendobrak pintu itu. Namun, suara ketukan di pagar membuat Kenzie mengurungkan niatnya. Seorang penjual rujak menunggu dibalik pagar.

"Ada apa, Bu?" Kenzie bertanya heran.

Perempuan bertubuh subur itu mengatakan bahwa sudah tiga hari ini Sarah meminta dirinya setiap sore agar mengantar rujak buah pesanannya. Kenzie mengangguk mengerti, setelah membayar seharga yang diminta, kembali pria itu masuk ke rumah. Wajahnya cerah melihat kamar telah terbuka. Ia menyapu setiap ruangan mencari Sarah seraya memanggil namanya.

"Kamu mau ke mana?" Kenzie melihat sang istri tengah mengemas barangnya. Sarah tak menanggapi, ia sibuk mengatur pakaian untuk dimasukkan ke dalam koper.

"Tunggu-tunggu, kamu mau pergi?" Kenzie menahan tangan istrinya. Melihat pipi Sarah basah dengan mata berkaca-kaca, segera ia merengkuh bahunya. Namun, Sarah berontak. Ia menolak menjauh dari Kenzie. Pria itu duduk di tepi petiduran sambil mengacak rambut.

"Maaf, Sarah. Maafkan bila ceritaku membuatmu marah, tapi tidak aku tidak bohong, aku jujur mengatakan apa yang sebenarnya terjadi," suara Kenzie terdengar lirih, ada nada penyesalan di sana.

"Sayang, aku bermaksud menolong, itu saja. Lagipula aku nggak sendirian di sana, aku hanya menolongnya ...."  sambungnya lagi mencoba meyakinkan, tapi cepat di potong Sarah.

"Aku tidak marah, nggak apa-apa. Aku paham posisimu. Sekarang kamu bisa kembali ke rumah sakit, temani dia!" sungut Sarah masih mengemas perlengkapannya.

Kenzie mendekat menyentuh bahu istrinya. Perlahan ia memutar tubuh Sarah lalu mengusap pipi basah itu.

"Izinkan aku menenangkan diri. Aku hanya tak ingin membuatmu merasa terkekang," ucapnya melipat wajah.

"Maafkan aku, jangan pergi. Percayalah, aku tidak punya perasaan apa pun lagi kecuali padamu," bisiknya lembut.

Terdengar suara ponsel Kenzie, lelaki itu memberi isyarat agar Sarah tetap di tempatnya. Terdengar suara syukur dari bibir pria itu setelah menerima panggilan itu. Kenzie meletakkan ponsel kembali di meja. Matanya mencari sosok Sarah, ia tersenyum mendekat saat melihat istrinya sedang duduk di sofa.

"Aku mau pergi, tolong. Izinkan aku," ucapnya tanpa menatap sang suami.

"Yang telepon tadi Steffi, 'kan? Dia sudah memberi kabar bahwa anaknya sudah lahir, 'kan?" sambung Sarah lagi.

Kenzie membuang napas kasar. Ia sama sekali tak bermaksud hendak melukai Sarah. Sebagai kawan yang saat itu berada di lokasi, melihat Steffi lemah dengan kondisi mengkhawatirkan membuatnya mau tak mau harus menolong. Jika Sarah cemburu, ia pun bisa memahami hal itu.

"Sarah, baik jika semua yang aku lakukan menurutnu salah. Aku minta maaf, aku mohon jangan pergi, bagaimana cara supaya aku bisa membuatmu percaya bahwa aku tidak ada hubungan apa pun dengan Steffi?"

Sarah bergeming, jemarinya saling bertautan sementara matanya kembali mengembun.

***

Udahan ...
Cilok jika typo 😁
Btw part ini agak serem ya, si Sarah 😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top