Bidadari Keseleo Bag 5

Ketemu lagi sama si tengil tp ketjeh Kenzie, hehe.

Hayuuuukkk, Happy reading guys 💜😘

"Lah salah gue di mana? Elo kalau mau bicara jujur ya bicara aja, ngapain minta bantuan gue, udah deh, kita makan dulu ya. Udah sampe nih," ujar Kenzie masih santai.

Sarah mencebik kesal.

"Ayo turun! Mau gue bukan lagi pintunya? Elo bilang kan bisa buka sendiri," seru Kenzie dari luar. Sarah masih duduk diam, hatinya kesal melihat ketidak seriusan lelaki itu. Sementara Kenzie sudah duduk dan memesan nasi goreng.

Gadis di dalam menilai itu semakin geram menyadari sikap Kenzie yang acuh. Mata Sarah tak sengaja melihat foto gadis cantik tergeletak begitu saja di dashboard depan kemudi. Cepat ia mengambil dan mengamati. Dia  menduga bahwa foto itu adalah Steffi.

Steffi, gadis cantik yang baru saja memutuskan hubungannya dengan Kenzie karena memergokinya berdua saat di restoran cepat saji waktu itu.

Saat dia tengah memperhatikan foto Steffi, ponselnya berbunyi.

"Hallo."

"___"

"Elo De, ngerjain gue ya?"

"__"

"Apaan, gue malah ketemu sama orangtuanya."

"__"

"Makin rumit tahu!"

"___"

"Apaan sih, loe!"

"___"

"Bye ...."

Ponsel di tutup ketika Kenzie selesai makan dan masuk kembali ke mobil. Matanya menyipit melihat foto Steffi ada di tangan Sarah. Namun, tak lama sudut bibirnya terangkat.

"Steffi?" tanya Sarah.

"Loe kenapa nggak turun makan bareng gue? Gengsi ya makan di pinggir jalan?" Kenzie tak menjawab pertanyaan Sarah.

"Ck! Ken, gue nanya, ini Steffi bukan?"

"Emang kalau iya kenapa, kalau bukan kenapa?" Kenzie santai menjawab.

"Ish! Elo ngeselin tahu nggak!"

"Emang elo nggak ngeselin?"

"Gue? Gue ngeselin apa?"

"Ditungguin nggak turun-turun," sahutnya menyalakan mobil.

"Gue nggak lapar!"

"Gue nggak ngajak elo makan, gue cuma minta di temenin," balas Kenzie tertawa.

"Kenzieee ...!" Gadis itu melayangkan tinjunya ke bahu Kenzie.

Sarah kembali dibikin kesal oleh lelaki itu.

"Oke, kemana kita sekarang?" Kenzie bertanya setelah mobil meluncur pelan.

"Pulang!"

"Ish, jutek amat!"

"Gue mau pulang, besok ada acara di gedung wanita," jelas Sarah tak menoleh.

Kenzie manggut-manggut.

"Apa yang loe dapat dari aktif di lembaga itu?"

Wajah Sarah berbinar mendengar pertanyaan lelaki di balik kemudi itu.

"Banyak! Salah satunya bagaimana supaya para wanita bisa lebih aware dengan dirinya, dan supaya para wanita memiliki keberanian mempertahankan haknya."

"Good"

"Pastinya, aku nggak bakal mau gabung jika bukan dengan tujuan yang baik!"

"Sombong loe!" seloroh Kenzie tersenyum.

"Biarin! Serah elo," balas Sarah keki.

"Ngambeeek ...."

"Nggak! Buat apa?"

Kenzie terbahak melihat ekspresi kesal Sarah. Mobil terus meluncur menuju rumah Sarah.

"Loe yakin bakal kasi tahu orangtua loe?" tanya Kenzie.

"Iya, gue nggak tega mereka jadi korban kebohongan gue," jawab Sarah merapikan rambutnya.

"Oke, semoga orangtua loe bisa terima."

Sarah mengangguk yakin. Setelah itu tak ada lagi pembicaraan diantara mereka, hingga sampai di kediaman Sarah.

"Mobil siapa, Sar?" tanya Kenzie melihat mobil asing di depan rumah Sarah. Mata gadis itu membulat dan menggeleng.

"Jam berapa sekarang, Ken?"

"Setengah sepuluh, kenapa?"

"Loe antar gue masuk, please!" Sarah meraih tangan Ken, dan menariknya keluar.

"Bentar, Sarah! Gue kunci pintu mobil dulu!"

"Buruan!"

"Et dah! Iyaa, Bawel!"

Sarah menggenggam erat tangan Kenzie dan menariknya melangkah masuk ke rumah. Di dalam rumah tampak beberapa orang yang Sarah kenali sebagai teman papanya. Mereka semua menatap ke arah Sarah. Sedangkan gadis itu mencium gelagat tidak baik, sehingga Sarah semakin mempererat pegangannya pada Kenzie.

"Sarah, ini ada Mas Renggo yang papa pernah cerita tempo hari. Kamu masih ingat kan?" ujar papanya menyambut kedatangan Sarah. Gadis itu tersenyum mengangguk.

Lelaki bernama Renggo itu berdiri mengulurkan tangannya kepada Sarah. Dengan ragu, gadis itu menyambutnya.

"Apa kabar, Dek Sarah?" sapa lelaki sedikit botak itu.

"Ba_ik, baik, Oom."

"Kok Oom? Panggil saya Mas Renggo aja," ujar lelaki itu tersenyum.

Sarah menatap papa dan mamanya  bergantian.

"Ayo, duduk dulu di sini, Ken, kamu nggak keburu pulang kan?" tanya Papa Sarah.

Sejenak Kenzie diam, tangan lelaki itu kembali diremas kuat Sarah.

"Eh, iya, Oom, saya nggak keburu kok," sahutnya cepat.

Kenzie mengambil duduk di sebelah lelaki bernama Renggo, setelah mereka bersalaman sebelumnya. Sementara Sarah memilih duduk di samping mamanya.

Setelah semua duduk dan berbagai basi sebentar, Satrio, Papa Sarah menjelaskan kedatangan Renggo ke rumah mereka. Rupanya lelaki beranak lima, bercucu satu itu ingin menjadikan Sarah istri. Meski pada awalnya Satrio telah menyampaikan bahwa putrinya telah memiliki calon pasangan hidup, tetapi Renggo tak menyurutkan niatnya begitu saja.

"Bagaimana, Sarah? Ini Pak Renggo yang pernah papa ceritakan padamu, beliau ingin mendengar penjelasan langsung darimu," ujar Satrio menatap Sarah. Gadis itu diam, nampak jelas wajahnya penuh kebimbangan. Sesekali dia melirik Kenzie yang tertunduk menatap karpet yang diinjaknya.

"Iya, Dek Sarah, saya ingin mendengar langsung dari Dek Sarah, apapun jawaban Dek Sarah nantinya akan saya terima dengan lapang dada." Renggo menimpali. Sarah menarik bibirnya terpaksa.

"Eum, maaf, apa saya harus jawab sekarang?" tanyanya ragu sambil matanya terus menatap Kenzie.

"Iya, lebih cepat saya mendengar keputusannya akan lebih baik," sahut Renggo.

"Eum ...."

"Maaf, Mas Renggo! Tapi Sarah adalah calon istri saya, kami akan segera melangsungkan pernikahan secepatnya," Kenzie cepat menyela ucapan Sarah.

Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kenzie, Sarah menelan salivanya, mata indah gadis itu menatap Kenzie tak percaya. Sang Mama yang sedari tadi diam, segera memeluk putrinya bahagia. Sementara Satrio tersenyum bijaksana.

"Oh, jadi kamu calon suami Dek Sarah?" tanya Renggo menoleh ke Kenzie. Cepat lelaki itu mengangguk kemudian menatap Sarah yang masih tegang.

Renggo mengangguk mengerti.

"Tapi saya belum mendengar jawaban dari Dek Sarah, siapa tahu jawabannya berbeda dengan Mas Kenzie," ujar lelaki itu lagi.

Sontak semua yang ada di ruangan itu mengalihkan pandangan ke Sarah.

"Bagaimana, Dek Sarah?"

"Sarah, jawablah, apa keputusanmu," ucap papanya.

"Sarah ..., Sarah akan menikah dengan Kenzie .... " ujarnya seraya mengatur napas yang memburu karena gugup. Gadis itu tidak berani menatap Kenzie, dia yakin lelaki itu tengah tersenyum geli mendengar ucapannya barusan.

Mendengar kalimat Sarah, Renggo bisa memahami, setelah semua penjelasan didapat, Renggo pamit pulang. Tak lama Kenzie pun menyusul.

"Ken! Thanks alot, elo udah bantu gue lagi," ujar Sarah saat dia mengantar Kenzie ke mobil.

Kenzie tak dapat menyembunyikan tawanya kali ini.

"Loe tahu, Sarah, gue nggak bisa ngebayangin elo nikah sama dia, jujur gue kesian aja liat elo, jadi gue langsung potong aja kalimat loe tadi," ujarnya terkekeh.

"Ken! Elo bisa kecilin nggak suara loe! Ini udah malam, nanti kalau orangtua gue denger gimana?" Sarah kesal.

Masih terkekeh tapi dengan suara kecil Kenzie berkata,  "udah, gue pulang ya, nanti kita pikirkan gimana caranya bisa keluar dari kerumitan ini."

Sarah mengangguk mengerti.

"Selamat malam, Sarah."

"Malam, eh tunggu Ken!"

"Apa lagi? Loe nggak pengen gue pergi?"

"Ish! Apaan sih!"

"Terus?"

"Kalau orangtua gue tanya kapan elo sama orangtua loe ke sini gimana?" Sarah mulai resah.

"Ya jawab aja nanti akan ada info selanjutnya," jawab Kenzie santai.

"Ken! Serius ini," sergah Sarah.

"Iyaaa, gue serius! Udah ya, gue pulang, tidur gih, jangan mimpi si Renggo ya, mimpiin gue aja," seluruhnya seraya kembali tertawa meninggalkan Sarah.

***

Sudah satu minggu berlalu sejak kedatangan Renggo. Untuk sementara hidup Sarah aman, kedua orangtuanya tak lagi bertanya tentang pernikahan. Kesibukan Sarah di butik semakin meningkat, belum lagi acara sosial yang dia geluti.

"Sarah, jangan lupa hari ini kita ada kunjungan ke rumah Ibu Sari yang putrinya jadi korban pelecehan oleh ayah tirinya," ujar Maya mengingatkan.

"Oke, nanti siang dari butik aku langsung ke lokasi."

"Good, oke, gue cabut dulu ya," pamit Maya meninggalkan Sarah yang masih duduk di meja cafe pagi itu.

Sarah sedang menunggu klien yang meminta desain baju pengantin, mereka sepakat bertemu di cafe tersebut.

Tak lama muncul sang klien, seorang wanita cantik dengan dandanan maksimal sedang tersenyum menggandeng lelaki yang tak asing baginya. Sejenak mereka saling menatap, tapi cepat Sarah mempersilahkan keduanya duduk, setelah saling bersalaman.

Wanita bernama Lenny adalah calon mempelai perempuan yang ingin mengenakan baju pengantin rancangannya.

"Saya suka rancanganmu, ada beberapa teman saya pernah memesan ke butikmu, Mbak Sarah," ujar Lenny tersenyum.

"Terima kasih, Mbak, saya senang jika Anda mempercayai saya untuk memberi keindahan di hari bahagia Mbak," sahut Sarah tanpa menatap lelaki di sampingnya.

"Mas, ayo, bantu aku pilihkan gaun yang cocok untuk hari bahagia kita, aku ingin nampak luar biasa di hari itu," ucap Lenny manja menatap lelaki calon suaminya.

"Tentu, Sayang, kamu pasti cantik dengan gaun apapun, apalagi dengan rancangannya," sahut lelaki itu seraya merengkuh Lenny.

****

  Bersambung

Wkwkwk, siapa lelaki ituh?

Kenzie kah? Atau .... Mahardhika?

Stay tune, btw akan aku up sampai aku liat vote yang bagus, jika vote kurang,  aku istirahat dulu, 😂

Mamachihh udah mampir membaca, luv you all readers 💜😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top