Bidadari Keseleo Bag 4
Haiiiii readers, si tengil Kenzie datang lagi
Ada yang rindu? Oke happy reading yaa
Dalam sayang buat kalian 💜
"Sarah, kenapa malah bengong?" tanya mamanya heran.
"Hai, Sarah. Kita jalan yuk," ajak Kenzie menatap nakal padanya. Bru saja Sarah hendak protes, suara papanya membuat gadis itu diam.
"Sarah, Kenzie, papa tidak ingin kalian berlama-lama pacaran! Seperti yang papa sering bilang ke kamu, Sarah."
Sarah bergeming menatap kesal pada Kenzie yang justru nampak tersenyum.
"Kenzie, kalau kamu serius, sebaiknya datang ke sini bersama orangtuamu, kalau tidak, lebih baik kalian berhenti berhubungan. Karena Sarah akan segera papa nikahkan dengan orang lain. Paham?" tanya lelaki bijaksana itu menatap tajam ke Kenzie.
"Paham, Oom," jawabnya mengangguk.
Sementara Sarah berusaha bersikap tenang. Namun, tampak matanya sesekali membulat kearah lelaki berkulit bersih itu.
"Kalau gitu, malam ini kamu mau ajak putriku kemana?"
"Eum, ke rumah mama, Oom," jawab Ken gugup.
"Oke, hati-hati, jangan pulang terlalu larut," pesan sang papa di sambut anggukan keduanya. Setelah berpamitan Sarah dan Kenzie menuju mobil.
"Loe ngapain ke rumah? Nggak bilang-bilang lagi," protes Sarah manyun.
Kenzie menyipit menatap gadis di depannya.
"Bukannya elo yang nyuruh gue datang?"
"What? Big no!" elaknya.
"Terus? Oh my God! Kenapa gue nggak nyadar kalau lagi dikerjain Dea!" Kenzie menepuk keningnya terkekeh.
"Dea? Maksud loe, Dea ...."
"Yes, Dea telepon gue, dia bilang elo minta gue datang malam ini, sebab calon suami yang disiapkan papa loe bakal datang," jelas Kenzie terbahak.
Sarah mendengkus kesal, dia merasa Dea sedang tertawa saat ini.
"Terus sekarang loe mau bawa gue kemana?"
"Seperti yang gue bilang ke papa loe, gue mau bawa elo ketemu orangtua gue," jawab Kenzie ringan.
"What? Ngapain?"
"Udah, ikut aja! Lagian kita udah telanjur bohong, baik diteruskan aja, gimana?" Lelaki itu tersenyum nakal menatap Sarah.
"Ish, apaan sih!"
"Elah, jutek amat, loe!" Kenzie menyalakan mobil membawa mereka menuju kediamannya.
"Gue nggak sedang becanda, Ken! Elo serius mau bawa gue ke rumah loe?" Sarah tak percaya. Dia tak pernah yakin dengan ucapan lelaki tengil itu.
"Gue serius, Sarah! Elo harus tolongin gue kali ini."
"Tolongin apa? Bukannya udah ya, desain itu ...."
"Ck! Denger dulu, Bawel!"
"Elo ngatain gue, Ken?"
"Makanya dengerin dulu!"
"Oke, apa?"
Kenzie menceritakan hal yang kurang lebih sama seperti apa yang dialami Sarah. Bedanya Kenzie sudah memiliki pacar meski perempuan itu ternyata menghianatinya.
Mendengar penuturan sahabatnya itu Sarah tertawa. Kenzie menanggapi dengan wajah kesal.
"Puas loe ngetawain gue?" sindir lelaki itu.
"Sorry, terus elo ngajakin gue bersandiwara juga, gitu?"
"Bisa dibilang gitu."
"Oke, setelah ini aku rasa kita harus bicara jujur sama kedua orangtuaku, Ken!"
"Kita? Ogah loe aja kali!"
Sarah menatap Kenzie kesal, namun kemudian dia tersenyum.
"Oke, gue sendiri, tapi ke orangtua loe?"
"Ya gue sendiri juga lah! Gue nggak biasa nyusahin orang," sindirnya masih fokus mengemudi.
"Loe nyindir gue?"
"Kagak! Elo aja yang berlebihan," jawab Kenzie tenang.
"Loe bisa nggak sih agak bijaksana dikit, Ken!"
"Dan elo, bisa nggak diem bentar."
Sarah membetulkan letak duduknya, merapikan rambut kemudian menatap lurus ke depan. Tiba-tiba Kenzie meminggirkan mobilnya.
"Dengar, Sarah, papamu memaksa aku untuk segera menikahimu, buatku itu bukan hal yang bisa dianggap main-main. Dan aku, Steffi meninggalkan aku begitu saja tanpa alasan jelas, saat kedua orang tuaku berharap banyak padanya," Kenzie membuka suara.
"Berharap banyak? Mak_sud kamu?"
Lelaki itu menarik napas panjang, sudut bibirnya terangkat.
"Aku sudah hampir menikah dengan Steffi, jika ...."
"Jika apa?"
"Jika saat itu dia tidak melihat kita berdua satu meja di restoran cepat saji tempo hari," ucapnya dengan suara tertahan.
Mendengar ucapan Kenzie, sontak Sarah menatap lelaki di sampingnya.
"Loe serius? Kenapa loe nggak jelaskan, Ken?"
"Sudah," jawab Kenzie.
"Lalu?"
Lagi-lagi Kenzie tersenyum miring.
"Dia tidak percaya, dan gue malas meyakinkan lagi."
"Loe cinta sama dia kan? Kejar dong!"
"Cinta? Mungkin waktu itu, sekarang sudah tidak lagi," elaknya.
"Kenzie, semudah itu kah elo ngilangin rasa cinta pada dia?" protes Sarah.
"Lalu, buat apa aku mencintainya jika dia sebenarnya yang telah berhianat?"
"Maksud loe?"
"Udah, gue nggak punya maksud apa-apa, kita lanjut ke rumah! Gue harap loe bisa bekerja sama dengan baik!"
Kembali Kenzie menyalakan mesin mobilnya dan meluncur ke tujuan semula.
"Ken, jadi semua ini salah gue ya, sorry." Ada nada menyesal diucapan Sarah. Dirinya tak menyangka jika upayanya untuk melindungi diri justru menjadi boomerang bagi Kenzie.
Mendadak Sarah merasa bersalah dan berjanji memperbaikinya dengan menyanggupi permintaan Kenzie untuk berpura-pura menjadi pacarnya.
***
"Ayo turun, kenapa bengong?" Suara Kenzie membuyarkan lamunan Sarah. Gadis itu terkesan mengetahui pintu mobil dibukakan Kenzie.
"Elo nggak apa-apa, Ken?"
"Apanya?"
"Gue bisa buka sendiri ini pintu," jawab Sarah.
"Ini sudah S.O.Pnya begitu, kan kita sedang bersandiwara," ujar lelaki itu santai. Sarah tersenyum masam mendengarnya.
"Sini tangan loe!"
Sarah menyembunyikan kedua tangannya ke belakang seraya menggeleng.
"Musti gandengan tangan ya?"
"Ck! S.O.P begitu, bisa ngikutin bentar kan?"
Dengan berat hati Sarah membiarkan tangannya digenggam erat oleh Kenzie. Tiba-tiba gadis itu merasa kikuk berada sangat dekat dengan lelaki di sampingnya. Aroma citrus dari parfum Kenzie membuat Sarah merasa lelaki tengil itu mempunyai sisi lain yang dia tak pernah tahu.
Tanpa disadari Sarah, ada sudut hati yang tiba-tiba menghangat saat ini. Gadis itu cepat menepis, menganggap dia hanya terjebak suasana. Segera dia menggeleng cepat.
"Loe kenapa?" tanya Kenzie heran.
"Nggak, udah ayo cepat kita temui orangtua loe, supaya elo nggak modus!"
"Modus?"
"Tangan gue keringetan elo giniin," protes Sarah merasa genggaman lelaki itu semakin kuat. Sementara Kenzie menahan tawa mendengar ucapan Sarah.
***
Rumah Kenzie sangat besar, dengan arsitektur minimalis membuat rumah bercat hijau itu terasa semakin lapang. Ada lukisan pemandangan besar menempel di dinding. Sementara aroma kemuning yang semerbak di halaman masuk menyapa penciuman siapa saja yang duduk di ruang tamu.
"Sepi, Ken?"
"Mama sama papa di halaman belakang, kan tadi aku bilang mereka sedang menunggu kita,"
"Kita?"
"Elo nggak nyambung juga dari tadi, Sar!" sahut Kenzie santai.
"Emang orangtua loe, udah tahu kalau elo sama Steff ...."
"Udah, dan mereka kecewa, mereka sudah terlanjur sayang sama Steffi," jawabnya.
Sarah mengangguk mengerti.
"Ayo, mereka di halaman belakang bersama Nia, adikku."
Kenzie masih menggenggam erat tangan Sarah, mengajaknya menuju halaman belakang.
Di sana nampak keluarga Kenzie sedang santai sambil membakar jagung. Mereka bertiga menyambut Sarah hangat. Kartika, ibu Kenzie menyambut dengan pelukan ke Sarah, demikian juga Nia.
"Kak Ken! Cepet banget dapat ganti Kak Steffi, lebih cantik lagi!" seru Nia menggoda Kenzie.
"Iya dong, siapa coba yang nggak terpesona sama kakak loe," timpal Kenzie memberikan jagung bakar yang sudah di oles mentega ke Sarah.
"Sombooong ...." ujar Nia tertawa, diikuti semua yang ada di situ. Sementara wajah Sarah memerah menahan malu.
"Sarah, sudah lama kenal Kenzie?" tanya Handoko, Papa Kenzie ramah.
"Eum ...."
"Sarah teman SMA Kenzie, Pa, cuma kita lama banget nggak ketemu," sela anak lelakinya.
Nampak Handoko mengangguk - angguk.
"Kalian saling mencintai, bukan?" tanya Kartika menatap keduanya bergantian, membuat Sarah tergagap.
"Tentu saja, ya kan, Dear?" Kenzie menatap Sarah memintamya cepat menanggapi. Sarah tersenyum mengangguk menahan wajahnya yang semakin memerah.
"Sebaiknya dalam membina suatu hubungan itu, ada rasa percaya di sana. Jika salah satunya tidak percaya, tidak mungkin bisa langgeng," ujar Kartika menasihati.
"Ken, mama sama papa berharap Sarah adalah pilihanmu yang tepat, demikian juga kamu, Sarah" papanya menimpali.
"Dan sebaiknya, segera dipercepat aja Kak Ken menikah, nanti keburu jadi bujang lapuk!" Nia berseloroh sambil menikmati jagung bakar.
"Eh, anak kecil ikut aja!" tegur Kenzie melotot ke arah adiknya.
"Betul itu kata Nia! Sarah, orangtia kamu tahu tentang hubungan kalian?" Kartika kembali bertanya.
"Tahu, Ma!"
"Mama tanya ke Sarah, bukan ke kamu."
Kenzie tersenyum kecut menggaruk kepalanya.
"Mereka tahu, Sayang?" ulang Kartika menatap Sarah.
"Tahu, Tante."
"Good! Mama lega dengarnya. Itu artinya mama dan papa Sarah tidak keberatan mempunyai calon menantu seperti Ken, 'kan?" Handoko menyela menatap Sarah.
Gadis itu mengangguk tersenyum kikuk. Dia merasa Ken benar-benar mengerjainya kali ini. Jauh di sudut hati, sarah semakin bingung, lengkap sudah kebohongan yang dia buat.
Mana mungkin bisa dia membiarkan para orangtua yang sangat baik ini terluka. Terlebih kini bukan tentang dia dan Ken, tapi juga tentang keluarganya.
"Oke, sekarang nikmati dulu jagung bakarnya, kalian selepas ini mau jalan-jalan?" tanya mamanya.
"Iya, Ma. Ken mau langsung jalan aja deh, nggak apa-apa kan, Ma?"
"Nggak apa-apa, jangan malam-malam, cepat antar Sarah pulang."
"Oke, Ma, ayo, Dear!" Kenzie meraih tangan Sarah menggenggamnya erat.
Keduanya meninggalkan rumah Kenzie menuju mobil. Seperti awal tadi, Kenzie kembali membuka pintu untuk Sarah.
"Thanks," ucap Sarah.
Kenzie membalas tersenyum.
"Ken, kenapa kita bikin kebohongan lagi sih?" protes Sarah.
"Ya terus?"
"Ish! Kita harus jujur, Ken. Gue nggak mau buat mereka kecewa."
"Ya udah, jujur aja, bagus deh!" Kenzie menyalakan mobilnya meluncur pelan.
"Oke, gue mau malam nanti bicara ke orangtua gue."
"Bicara apa?"
"Bicara yang sesungguhnya, kalau kita telah membohongi mereka. Bahwa gue nggak ada hubungan apapun sama elo," jelas Sarah.
"Dan menyaksikan mereka kecewa?" tanya Kenzie tanpa menoleh. Mendengar itu sarah terdiam.
"Oke, itu sih terserah elo. Kan elo udah bakal langsung dinikahkan sama temen papa loe itu, serah loe aja."
Sarah mendengkus kesal. Kembali ucapan Dea terngiang. Lagi-lagi gadis itu menyesal.
"Kita makan yuk! Loe masih suka nasi goreng di ujung jalan dekat sekolah kita waktu itu nggak? Kita makan di sana ya," ajak Kenzie santai.
Sarah menoleh menatap kesal pada lelaki tengil di sampingnya.
"Ken! Gue lagi serius, bantuin gimana caranya bicara ke orangtua gue, malah mikir makan loe!"
"Sarah, gue kalo lagi laper nggak bisa mikir! Kita makan dulu aja ya," sanggah Kenzie terkekeh, membuat Sarah semakin frustrasi.
"Elo, nggak pernah berubah ya," kesal Sarah.
"Nggak lah, emang loe mau gue berubah kayak siapa? Spiderman? Batman?"
"Kenzieee!" Sarah semakin kesal.
"Lah salah gue di mana? Elo kalau mau bicara jujur ya bicara aja, ngapain minta bantuan gue, udah deh, kita makan dulu ya. Udah sampe nih," ujar Kenzie masih santai.
Sarah mencebik kesal.
***
Hahaha, Kenzie tengil nggak bisa diajak serius😂
Ya udah, VoMen tercetar ditunggu yes, haha
Selamat menjalankan ibadah puasa ramadhan readers, love you all 💜. Seperti biasa colek cantik jika typo. Bye ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top