Bidadari Keseleo Bag 3
E haiiiii apa kabar semuaaa ...
Ada yang kangen sama Kenzie dan Sarah? Cuss ya, happy reading guys 💜
Eitss, udah follow blm nih? Jangan lupa vote dan komentar 💜
Sarah masuk kembali ke rumah, ada rasa lega sekaligus bingung. Lega karena orang tuanya sudah tidak lagi bertanya hal yang sama, tetapi bingung karena pasti akan ada pertanyaan lebih berat lagi.
Dugaannya tidak salah, mamanya yang masih duduk di ruang tamu tersenyum menatap Sarah.
"Mama senang dengan lelaki pilihanmu itu, Sarah. Jadi kapan dia mau datang ke rumah dengan keluarganya?"
Tenggorokan Sarah serasa tercekat, perlahan dia menelan saliva. Gadis itu menatap mama, juga papanya yang baru saja keluar dari kamar.
"Ma, emang harus secepat itu ya?" ujar Sarah seraya duduk di samping Nora.
"Sarah, papa nggak mau kamu berlama-lama pacaran! Kalau kalian sudah cocok tunggu apa lagi?" Satrio ikut duduk bersama mereka.
Sarah membuang napas kasar. Benar ucapan Dea, ini bukan ide yang baik. Tetapi semua sudah terjadi, tinggal kembali memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya.
***
Satu pekan sudah setelah sandiwara itu berlalu, Sarah tak pernah bertemu Kenzie, desain seragam yang dia janjikan hanya dikirim lewat email, lelaki itu setuju dengan desainnya.
"Dari mana aja loe? Gue nunggu sampe kering," kesal Dea disambut tawa oleh Sarah. Gadis itu mengambil duduk di depan Dea, segera meminum orange juice di depannya.
"Gue dari rumah Loli," jawabnya singkat, mata Sarah menerawang. Melihat hal itu Dea paham, gadis di depannya pasti sedang memikirkan masa depannya.
"Jangan bilang kamu kembali dengan ketakutan tak beralasan itu, Sarah!"
Sarah tersenyum kecut, alih-alih berharap bisa memberikan support pada wanita-wanita yang terkena kdrt, tapi justru dia sendiri yang terkena imbas trauma. Menyaksikan wajah cantik Loli yang kini rusak terkena siraman air keras membuat hati gadis itu miris.
Bagaimana tidak, lelaki yang meminta dengan baik-baik pada orang tuanya, dibawa pergi tetapi akhirnya disakiti, dihancurkan masa depannya hanya karena alasan sepele. Sarah bergidik membayangkan.
"Sarah! Elo ngelamun? Ck, jangan bilang elo susah move on sama dengan korban-korban kdrt yang elo temui," sergah Dea.
Sarah tersenyum masam, tentu ucapan sahabatnya itu tidak salah.
"Terus, ada hal yang penting nih? Sepertinya elo lagi galau gitu gue lihat," ujar Dea lagi.
Sarah mengangguk cepat. Dia bercerita jika kedua orang tuanya mendesak supaya dia segera menikah dengan Kenzie. Mendengar itu Dea tak dapat menyembunyikan tawanan.
"Dea! Apaan sih, gue bingung elo malah ngakak, tega loe!" protes Sarah kesal.
"Gue bilang juga apa, jangan ngambil keputusan berbohong deh, nanti elo bakal kembali membuat kebohongan baru lagi! Nah terbukti kan sekarang?"
Sarah bergeming, tak mungkin menyesali yang sudah terjadi. Kini satu - satunya solusi adalah mencari pria yang mau menikah dengannya. Tapi di mana mencari lelaki yang tiba-tiba mau menikah? Dan Kenzie? Oh tidak pasti lelaki tengil itu akan menolak setelah menertawainya.
"Gue bingung, De,"
"Gue tahu."
"Terus menurut loe, gue harus gimana?"
"Loe nggak bisa meyakinkan orang tua loe? Supaya mereka bisa sabar?"
"Mereka udah nggak mau nunggu, De, mereka sudah merasa pas saat bertemu Kenzie!"
"What?"
Sarah mengangguk pelan.
"Congratulation, Sarah! Sebaiknya elo hubungi si tengil itu, bicarakan berdua,"
"Tapi Dea ...."
"Karena kalian berdua sudah kompak bersandiwara, jadi kalian berdua harus menjelaskan yang sebenarnya, itu sih menurutku." Dea menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah menikmati drama yang terjadi pada Sarah.
"Gue bingung, De,"
"Buruan, elo hubungi Kenzie, ceritakan aja apa adanya, beres kan?"
"Beres loe bilang?" sengit Sarah.
"Iya dong, kalau elo masih kayak gini nggak bakal bisa beres, dan mama, papa loe udah pasti akan terus bertanya dan berharap. Paham nggak sih loe?" Dea meninggikan suaranya.
"Iya De, apa gue pasrah aja ya bakal dinikahin sama teman papa?" gumamnya sedih.
"Serah loe, itu untuk masa depan loe, Sarah. Gue sih nggak bisa merubah apa yang sudah elo putuskan."
"Jadi menurut loe? Gue harus menghubungi dia lagi?" tanya Sarah ragu. Dea tak menjawab, dia hanya menaikkan alisnya memberi isyarat.
***
Tiga minggu berlalu, Sarah tak jua menghubungi Kenzie seperti saran Dea. Dia masih ingin mencari solusi yang menurutnya lebih masuk akal daripada meminta Kenzie untuk meminangnya.
Kenzie, lelaki berwajah sedikit oriental, memiliki postur tubuh atletis, kulitnya yang bersih bisa dibilang mudah baginya mendapatkan wanita yang diinginkan.
Sarah belum tahu apa Kenzie telah mempunyai pasangan atau belum, sebab lelaki itu tak pernah serius jika diajak bicara, dia tahu itu.
"Sarah, Kenzie kenapa nggak pernah datang ke rumah lagi?" tanya mamanya saat mereka makan malam. Pertanyaan Mamanya membuat Sarah tersedak, buru-buru dia minum.
"Kalian bertengkar? Atau ...."
"Sibuk, Ma. Kenzie sibuk," sela Sarah cepat.
"Kalian kan pasangan, masa iya sibuk terus sampai nggak pernah ketemu?lagian, ini kan malam minggu," cecar mamanya lagi.
"Sarah, kapan Kenzie datang ke rumah dengan keluarganya?" pertanyaan kali ini datang dari papanya.
Sarah hanya tercenung tak bereaksi. Pertanyaan itu membuat dirinya mati gaya. Tak ingin terus didesak oleh pertanyaan yang sama, Sarah bergegas beranjak dari duduknya.
"Eh, Sarah! Mau kemana? Papa belum selesai bicara," panggil mamanya.
"Sarah pusing, Ma. Sarah ke kamar dulu ya," pamitnya melangkah meninggalkan meja makan.
Di kamar, gadis itu duduk menatap cermin. Kilasan sandiwara dia dengan Kenzie kembali tergambar. Ucapan Dea terngiang saat dia hendak mengambil keputusan untuk bersandiwara. Kini ia merasa sesal tak berguna. Diliriknya jam dinding di kamar, pukul 08.00 WIB. Otaknya berpikir sedang apa Kenzie sekarang? Mungkin dia sedang kencan dengan kekasih sesungguhnya. Setelah lama berpikir, Sarah memutuskan untuk bicara jujur pada kedua orangtuanya, bahwa dia telah melakukan kebohongan.
Gadis itu tak peduli apa nanti reaksi keduanya, yang penting dia tak lagi mencari alasan untuk terus berbohong. Malam ini dia putuskan akan mengatakan semuanya.
Sarah memutar knop pintu kamar, tapi mendengar ada suara lain di ruang tamu membuatnya mengurungkan niat itu.
Gadis itu mencoba mencari tahu siapa yang datang. Dia menempelkan telinga ke pintu kamar berharap mendapatkan jawaban. Terdengar nada riang dari suara mamanya. Gadis itu semakin penasaran.
"Sarah, buka pintunya, sayang, coba kamu lihat siapa yang datang!" ketukan pintu dan suara mamanya membuat Sarah gugup. Siapa yang datang? Sehingga sang mama nampak begitu antusias.
Cepat ia membuka pintu, nampak senyum lebar dari mama menyapa wajahnya yang penuh tanya.
"Kenapa masih bengong? Ganti baju, rambut dirapikan!"
"Emang siapa yang datang, Ma?"
"Eh, pake tanya, udah sana cepat siap-siap!"
"Tapi, Ma, Sarah lagi pusing," elaknya ragu.
"Mama tahu, kamu pusing kenapa, udah cepat, jangan banyak tanya!"
Mamanya menutup kembali pintu kamar, membiarkan Sarah penuh tanda tanya. Meski hatinya tak yakin, gadis itu mengikuti perintah sang mama.
Setelah rapi dengan dress berwarna peach dan rambut digerai seadanya, Sarah menuju ruang tamu.
Mata indahnya membulat mengetahui siapa yang sedang bertamu menunggunya. Jantung Sarah terasa berhenti seketika melihat lelaki tengah duduk bersama papanya itu sesekali tersenyum ke arahnya.
Sementara sang mama ikut tersenyum melihat pemandangan itu.
Bersambung.
Lanjutkan nggak yaaa
Colek akoh jika typo yaa ...
VoMen jangan lupa 💜, mamachihh readers tercinta 💜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top