Prolog

Muhammad Hasbi Zayyad, M.Pd.I

Papan nama dari kayu yang bertuliskan namaku itu, dengan setianya bertengger di atas meja. Menemani hari-hariku setiap aku berada di kampus.

Di usia yang belum genap 22 tahun ini, aku telah menjadi seorang dosen Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah yang juga merupakan tempatku dulu menimba ilmu untuk menjemput gelar sarjana beberapa tahun silam.

"Hasbi." Ummi tiba-tiba duduk di sampingku yang sedari tadi duduk di ruang keluarga, sudah cukup lama aku sibuk menatap layar laptop dan tangan ini menari-nari di atas keyboard.

"Iya, Ummi?"
Aku langsung menoleh ke arah wanita yang merupakan malaikat tak bersayapku ini, meski sebenarnya enggan, karena pekerjaanku yang terkejar waktu.

Tapi bagaimana pun keadaannya, disaat seorang ibu yang telah melahirkan ke dunia ini memanggil kita, sudah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi panggilannya dengan bersikap sopan dan santun pula.

📚📚📚📚📚📚📚

Seperti tersurat dalam surat al-Israa' ayat 23-24, Allah Ta'ala berfirman:
ﻭَﻗَﻀَﻰٰ ﺭَﺑُّﻚَ ﺃَﻟَّﺎ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﺇِﻳَّﺎﻩُ ﻭَﺑِﺎﻟْﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ ﺇِﺣْﺴَﺎﻧًﺎ ۚ ﺇِﻣَّﺎ ﻳَﺒْﻠُﻐَﻦَّ ﻋِﻨْﺪَﻙَ ﺍﻟْﻜِﺒَﺮَ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻛِﻠَﺎﻫُﻤَﺎ ﻓَﻠَﺎ ﺗَﻘُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺃُﻑٍّ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﻨْﻬَﺮْﻫُﻤَﺎ ﻭَﻗُﻞْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻟًﺎ ﻛَﺮِﻳﻤًﺎ ﻭَﺍﺧْﻔِﺾْ ﻟَﻬُﻤَﺎ ﺟَﻨَﺎﺡَ ﺍﻟﺬُّﻝِّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﺔِ ﻭَﻗُﻞْ ﺭَﺏِّ ﺍﺭْﺣَﻤْﻬُﻤَﺎ ﻛَﻤَﺎ ﺭَﺑَّﻴَﺎﻧِﻲ ﺻَﻐِﻴﺮًﺍ
"Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.'"
[Al-Israa' : 23-24]

📚📚📚📚📚📚📚

"Kamu sibuk terus dengan pekerjaanmu, Nak. Sampai-sampai kamu seperti lupa memberikan hadiah untuk Ummi seorang menantu," ucapnya sembari mengusap lengan ini dengan lembut, mata teduhnya ikut menatapku lekat.
Aku tersenyum membalas tatapannya yang tampak penuh cinta dalam tatapan itu.

"Maafin Hasbi ya, Mi. Bukannya Hasbi lupa. Hanya saja, belum menemukan yang menyentuh hati Hasbi. Doakan Hasbi ya, Ummi."

Ummi mengangguk kemudian tersenyum.
"Pasti, Sayang. Doa Ummi akan selalu menyertai setiap langkahmu."

Memang beginilah diriku, selama ini hanya sibuk kerja menggantikan Abi dan fokus merawat Ummi yang tak muda lagi.
Belum lagi aku yang sibuk di kampus.
Belum sempat rasanya berpikir untuk menikah.
Toh usiaku masih tergolong muda kan?

Untuk masalah cinta dan ketertarikan kepada wanita. Bukannya aku tak normal, hanya saja selama ini aku belum serius dalam menanggapi rasa simpati kepada wanita-wanita yang pernah muncul di sekelilingku.

Prinsip hidupku hanya satu mengenai cinta kepada seorang wanita
"Jika suatu saat nanti aku mengalami desiran hati yang beraromakan cinta kepada seorang wanita, maka aku langsung akan mendatangi orang tuanya, menikahinya".

Bagaimana perjalanan Hasbi menjemput jodoh?

Penasarankah?

Yuk lanjut bacanya ya.

Semoga bermanfaat dan suka ya!

Seperti cerita sebelumnya.
In syaa Allah akan ada ilmu atau pelajaran disetiap partnya.

Jangan lupa vote dan komentarnya ya 😉😉😉

Syukron

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top