4. Keresahan Hati

Cinta itu suci,
Maka jangan kau kotori ia dengan menuruti hawa nafsumu
yang menjerumuskannya ke lembah kemaksiatan

((Akhwatul_Iffah))

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hasbi Pov's

Langit-langit kamar menjadi pemandangan yang indah malam ini.
Membuatku tersenyum sendiri disaat wajahnya seakan tampak tersenyum di sana.

Manik matanya begitu indah berhiaskan celak.
Cantik wajahnya alami tanpa ilusi oleh polesan make up.

Astaghfirullahal'adhzim.
Aku terkesiap begitu menyadari kalau apa yang aku lakukan sekarang ini sebuah kekhilafan. Aku memikirkan seorang wanita yang sudah jelas-jelas bukan mahromku.

Ya Allah.....
Kenapa wajahnya kini terus terbayang di pelupuk mataku?
Baru kali ini hatiku terusik oleh seorang wanita.
Padahal wanita tadi tak menggodaku seperti yang dilakukan kebanyakan dari mahasiswiku.
Dia tadi hanya tersenyum dan bertutur kata sopan kepadaku.
Lantas, mengapa pikiran ini terus melayang mengingatnya?
Yaa Allah...
Sebenarnya apa yang terjadi pada hambamu ini???
Kuusap wajah ini kasar.

Kutengok jam di dinding pukul 5 lewat 30 menit.
Segera aku beranjak ke kamar mandi untuk bersuci dan bersiap untuk sholat Maghrib.
Mungkin dengan berwudhu' akan membuat pikiran dan hati ini lebih tenang, pikirku.

Nisa Pov's

"Hayooo kenapa ini cucu cantik nenek kok senyum-senyum sendiri?" Tiba-tiba nenek berada di dekatku. Aku terkesiap, langsung terduduk merubah posisiku yang semula rebahan di ruang tengah.

"Hehe nggak apa-apa kok, Nek." Aku menggaruk-garuk kepalaku yang tak gatal.

"Cucu nenek lagi jatuh cinta ya?" Nenek sekarang malah menggodaku dengan mengedipkan satu matanya menatapku.

"Ihhh... Nenek Apaan sih," ujarku salah tingkah dan berniat untuk mengambil remot TV, mengalihkan kegugupanku yang sebenarnya.
Kok bisa ya nenek langsung nebaknya tepat sasaran, batinku.

"Sudahlah Nisa', jangan bohongin Nenek. Ayo cerita, Laki-laki seperti apa yang sudah membuat cucu cantik Menek itu jatuh hati? Perasaan... kamu sering cerita ditembak cowok dan kamu selalu nolak."Nenek melipat kedua tangannya di dada sembari senyum-senyum.

"Hehe emang harus ya, Nek?"
Tampak ia mengangguk dan tersenyum ke arahku.

"Nggak ah. Nisa kayaknya nggak yakin deh kalau Nisa jatuh cinta. Masak iya sih, baru pertemu pertama kali udah main jatuh cinta aja."
Aku mulai tekan tombol power untuk meyalakan televisi.

"Nisa... itu namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, Sayang."
Aku mengalihkan pandanganku dari layar TV yang menyala menuju nenek yang kini menatapku intens.

"Kamu tadi senyum-senyum karena kebayang-bayang wajah dia kan?"
Aku mengangguk.

"Telinga kamu terngiang-ngiang suara dia kan?".
Kembali aku menganggukkan kepalaku.

"Kamu senang dan hatimu deg-deg an kan tadi saat ketemu dia?"

"Kamu tadi sempat bertemu pandang dengan dia?"

Tepat sekali. Apa yang ditanyakan Nenek semuanya benar dan aku hanya bisa menganggukkan kepala berulang kali.

"Apa kebaikan dia? Sehingga kamu bisa jatuh hati padanya? Bukan hanya karena ia tampan kan?"
Baru pertanyaan Nenek kali inilah membuat aku menggeleng.

"Dari pertemuan tadi. Nisa hanya bisa menyimpulkan kalau dia adalah laki-laki yang amanah, Nek.
Buktinya tadi dia mengembalikan buku Nisa dan malahan katanya sudah nyari-nyari Nisa beberapa hari ini.''
Entah mengapa jantungku berdetak cepat saat menceritakan ini. Kuambil nafas dalam, menghembuskan pelan lalu melanjutkan penjelasanku.

"Kalau masalah ilmu dan Akhlaknya. In syaa Allah tak usah diragukan lagi, Nek. Karena dia dosen lulusan sarjana agama yang terkenal disiplin, tegas dan sangat menjaga jarak dengan perempuan-perempuan yang bukan mahromnya. Itu sih Nisa tau dari cerita Dira tadi, Nek." Aku membetulkan posisi dudukku mengahadap Nenek kali ini.

"Nisa mungkin hanya kagum aja kok, Nek sama dia. Setelah Dira cerita soal dirinya tadi." Aku menatap Nenek yang kini tersenyum lalu mengangguk.

"Iya bisa jadi itu, Nis. Tapi kamu harus tetap Hati-hati ya, Sayang. Allah saat ini menguji hatimu. Jangan sampai kamu terlarut didalamnya sehingga kamu zina hati. Karena rasa kagummu itu bisa jadi nanti akan berubah simpati dan selanjutnya akan menjadi cinta. Nah.. cinta sebelum adanya ikatan halal itu berbahaya, Sayang, itu ujian dari Allah. Kenapa begitu?"

Aku hanya diam. Lalu Nenek menggengam kedua telapak tanganku dan melanjutkan ungkapannya

"Bisa jadi cinta itu akan menyakitimu jika dia tak jadi milikmu dan bisa pula cinta itu akan mengundang obsesi yang akan menghalalkan segala cara agar ia menjadi milikmu."

"Ya Allah... Na'udzubillah min dzalik. Terus Nisa harus gimana, Nek?"
ucapku khawatir dan takut seraya menangkup wajahku dengan kedua tanganku.

Beginilah keberuntunganku memiliki seorang nenek yang faham agama dan juga seorang hafidhzoh. Selalu menasehatiku agar tindakanku tak keluar dari syari'at agama yang Allah murkai.

Beliau selalu membimbingku dalam hal ibadah dan amalan-amalan sunnah Nabi, serta selalu memberi semangat untukku menghafalkan Al Qur'an dengan stor setiap hari ba'da sholat subuh kepadanya.

"Berusahalah, Sayang, agar pikiranmu tak sibuk dengan hal ini. Alihkan jika kamu mengingatnya. Perbanyaklah baca dzikir dan Al Qur'an. Dan jangan lupa berdo'alah. Mintalah kepada Allah, agar Allah menjaga hatimu dari cinta kepada makhluk yang melebihi cintamu kepada-Nya." Mataku berbinar, hatiku mulai merasa tenang. pencerahan dari nenek berhasil menghilangkan sedikit kegelisahan hatiku.

Kulakukan apa yang beliau anjurkan tadi. Dzikir selepas sholat Maghrib kemudian tilawah Al Qur'an setelahnya.
Alhamdulillah... ketenangan merasuki hatiku. Membuat bibir ini tak henti mengulum senyum, merasa lebih dekat dengan Dia, Sang pemberi Cinta.

Tak lupa, setelah sholat fardhu maghrib berjama'ah bersama Nenek tadi, aku melaksanakan sholat sunnah ba'diyah maghrib dan sholat sunnah awwabin.

Semenjak tinggal bersama Nenek. Aku banyak diajari beliau untuk rutin melaksanakan sholat sunnah rowatib yang merupakan sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, hukumnya sunnah Muakkad dimana Rosulullah tak pernah meninggalkan sholat sunnah ini setiap harinya. Salah satu keutamaannya sholat ini yaitu sebagai penyempurna Sholat Fardhu.

📚📚📚📚
1

Allah Ta'ala berfirman,
ﻗُﻞْ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺤِﺒُّﻮْﻥَ ﺍﻟﻠﻪَ ﻓﺎﺗَّﺒِﻌُﻮﻧِﻲ ﻳُﺤْﺒِﺒْﻜُﻢُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭﻳَﻐْﻔِﺮْ
ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ، ﻭَﺍﻟﻠﻪُ ﻏَﻔُﻮْﺭٌ ﺭَﺣِﻴْﻢٌ

"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
(QS Ali 'Imran:31).



Keesokan harinya

Langkah kakiku kini melewati koridor kampus dengan cepat.
Aku sampai kampus kesiangan karena tadi macet di jalan.

Astaghfirullahal'adhzim aku telat 10 menit nih.
Gumamku dalam hati saat kutengok jam di pergelangan tanganku yang menunjukkan pukul 7 lewat 40 menit.

Langkahku semakin cepat dan akhirnya sampai di depan kelas yang pintunya kini tertutup. Hal ini menandakan bahwa sang dosen kini telah memulai pelajaran.

Kugeser pintu kemudian mengucapkan salam.
Terdengar suara serentak seluruh penghuni kelas ini menjawab salamku.

Aku melihat ke arah dosen cantik yang berjalan mendekatiku.

"Maaf, Bu. Saya terlambat karena tadi macet." Tampak ia tersenyum.

"Namanya siapa? Mahasiswi pindahan?" Aku mengangguk.
Memang baru kali ini kami bertemu. Minggu kemarin beliau tak hadir dan hanya memberikan tugas.

Aku segera merogoh tasku, mengambil makalah yang harus aku kumpulkan hari ini.
Kusodorkan kepadanya dengan menunduk.

"Ziyyadah Khoirun Nisa'."
Dosen yang kuketahui namanya Wardatul Musrifah ini menyebutkan namaku saat makalahku telah berada di tangannya.

"Silahkan masuk. Lain kali jangan terlambat lagi ya." Membuatku mendongak kemudian mengangguk.

"In syaa Allah saya usahakan, Bu. Sekali lagi saya minta maaf." Ucapku.
Tampak ia mengangguk lalu menggeser tempat berdirinya memberikan jalanku untuk masuk.

Kegiatan pembelajaran pun berjalan selama 90 menit. Setelahnya, para mahasiswa di kelas ini berhamburan keluar kelas.

Jam kosong sampai ba'da Dhuhur nanti.
"Ke kantin yuk, Nis," seloroh Dira yang tiba-tiba berada di bangku depanku duduk.

"Aku mau ke Masjid dulu, Dir. Tadi belum sempat sholat dhuha soalnya," ucapku seraya menutup resleting tas selempangku.

📚📚📚📚

Sebagaimana hadist yang menerangkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
Dari Abi Dzar ra, Rasulullah saw bersabda, "Bila engkau melaksanakan dua rekaat shalat Dhuha maka engkau tidak dicatat sebagai hamba yang lalai, atau empat rekaat maka engkau akan dicatat sebagai hamba yang muhsinin (berbuat baik), atau enam rakaat engkau akan dicatat sebagai hamba uang taat, atau delapan maka engkau akan dicatat sebagai hamba yang juara (Sukses), atau sepuluh maka pada hari ini dosamu tidak dicatat, atau dua belas rakaat maka Allah akan membangunkan rumah disurga"

📚📚📚📚

"Oia aku juga. Hampir aja aku lupa, yuk aku ikut. Nanti setelah sholat kita ke kantin ya."
Aku mengangguk kemudian beranjak, dia mengikuti langkahku.

Krak...
Terdengar suara sesuatu saat kakiku tak sengaja menginjaknya.

Saat kutengok, ternyata botol air minum yang telah kosong di buang di sembarang tempat.

Kuraih botol itu. Kubawa, kembali berjalan menuju tempat sampah. Lalu membuangnya.

"Ngapain sih, Nis. Buangin sampah yang bukan punya kita sendiri. Kayak nggak ada kerjaan lain aja." Sembari sibuk merogoh saku celananya. Dira mengomentari apa yang aku perbuat barusan.

"Selama kita mampu melakukannya. Nggak ada salahnya kan, Dir?.
Lagian jika kita senantiasa menjaga kebersihan, itu berarti kita termasuk hamba yang beriman kan?
Ingat kan hadits Nabi :
النظافة من الايمان
Kebersihan itu sebagian dari iman."
Tampak ia mengangguk lalu cengengesan.

"Memang sebel sih. Kalau ada orang buang sampah sembarangan kayak gini. Tapi ya mau gimana lagi. Yang buang juga sama-sama mahasiswa kan? Sama-sama ngerti akibatnya. Sama-sama ngerti dalilnya." Kuambil nafas, ngomongku kujeda sembari langkah kaki berbelok kanan.

"Nggak mungkin kan kita cari pelakunya untuk mengingatkan dia. JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN!!.
Iya kalau dia mau nerima, kalau nggak? Jadi berabe kan urusannya? Jadi.. bar nggak ribet dan nggak cari ribut. Kita buangin aja deh. Toh itu tadi cuma satu botol." Aku berseloroh kepadanya seraya terus melanjutkan langkahku yang tak terasa kini kita telah sampai di halaman Masjid

"Hehehe iya sih." Tampak ia menggaruk kepalanya yang tertutup jilbab.

Bersambung

💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖💖

24 Robiul Akhir 1440 H.

Assalamu'alaikum.
Alhamdulillah up ya.
Semoga suka dan menambah manfaat ya. 😉😉😉

Jangan lupa voment nya 😊
Syukron

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top