3. Nisa' (Perempuan)
Pov' Nisa
Ziyyadah Khoirun Nisa'.
Sebuah nama yang dihadiahkan kedua orangku semenjak diriku terlahir di dunia ini, dengan harapan semoga aku menjadi seorang wanita yang akan terus bertambah kebaikannya.
Bukankah harapan orang tua terhadap anaknya itu tertuang dalam sebuah nama?
Begitulah memang pada kenyataannya.
Dikarenakan nenekku yang sakit-sakitan dan tak ada yang merawatnya. Jadilah aku tinggql kembali di tengah kota ini, untuk melanjutkan pendidikanku yang awalnya aku kuliah di kampung kedua orang tuaku.
Semenjak lulus MTs di kampung. Aku melanjutkan sekolah menengah atas di kota ini. Menemani nenekku yang telah ditinggal kakek seorang diri.
Karena aku merasa kangen dan ingin tinggal bersama orang tuaku, aku kembali ke kampung 2 tahun silam, untuk melanjutkan kuliah di sana.
Hidup jauh dari kedua orang tua dan adik-adikku bukanlah pengalaman baru buatku. Jadi prinsip hidupku, aku harus semangat menuntut ilmu di manapun aku berada.
Aku ingin mewujudkan cita-citaku bisa mendapatkan gelar sarjana.
Tapi tunggu.. tunggu. Bukan itu sih yang menjadi prioritasku saat ini. Tapi yang lebih utama adalah untuk menuntut ilmu agama sebagai bekal hidupku meraih ridhoNya.
Bukankah jika kita ingin memperoleh kebaikan dunia dan akhirat itu harus dengan ilmu.
📚📚📚📚
Sebagaimana sebuah pepatah Arab.
ﻣَﻦْ ﺍَﺭَﺩَ ﺍﻟّﺪُ ﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻭَﻣَﻦْ ﺍَﺭَﺩَ ﺍْﻻَﺧِﺮَﺓِ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠﻢِ ﻭَﻣَﻦْ ﺍَﺭَﺩَ ﻫُﻤَﺎ ﻣَﻌًﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ
Siapa yang ingin dunia (hidup di dunia dengan baik), hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin akhirat (hidup di akhirat nanti dengan senang) hendaklah ia berilmu, siapa yang ingin keduanya, hendaklah berilmu
Maka dari itu menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi semua umat islam, baik laki-laki atau pun perempuan.
Sabda Nabi saw.
ﻃَﻠَﺐُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻓَﺮِﻳْﻀَﺔٌ ﻋَﻠَﻲ ﻛُﻞِّ ﻣُﺴْﻠِﻢٍ
Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap muslim.
(HR Bukhari dan Muslim)
📚📚📚
Baru dua hari ini, kakiku menginjak tanah kampus ini. Keluar dari masjid selepas melaksanakan sholat dhuha, aku kehilangan note book.
Memang inilah salah satu sifat burukku. C E R O B O H. Tak pandang di mana dan kapan pun, sifat ini selalu mengikutiku.
Ya Allah Ampuni hambamu ini. Batinku.
"Kamu cari apa, Nis?"
Seorang perempuan berjilbab bertanya kepadaku saat melihat diriku yang sibuk menunduk mencari sesuatu.
Dira, temanku semenjak di SMA dan kebetulan saat ini dia kuliah dengan jurusan yang sama denganku. Jadi saat ini hanya dialah yang menjadi temanku satu-satunya yang kukenal.
"Note bookku hilang Di. Warna Hijau. Kamu ngeliat nggak?" Kutatap dia, dan dia menggeleng kepala.
"Ya udah, yuk ke kantin. Dari tadi aku cari sekitaran sini. Udah keliling-keliling juga nggak ada.
Mana di situ banyak catatan penting dan ada uangnya lagi, buat bayar kuliah semester ini." Kugaet lengannya menyerah dan memilih mengajaknya menjauh dari halaman Masjid.
"Yang sabar ya! Kok bisa hilang sih. Sejak kapan hilangnya?" Tanyanya mengusap lenganku.
"Kayaknya saat aku keluar dari masjid deh. Tadi setelah sholat masih ada kok di dalam tas. Tapi kalau memang bukan rizqiku. Aku bisa apa kan?" Aku tersenyum ke arahnya.
"Iya sih, tenang saja. Aku punya tabungan. Kalau kamu pakek dulu nggak apa-apa kok" kami duduk di kursi berhadapan dengan meja bundar di depan kami.
"Ah... kamu nih baik banget sih. Tapi nggak perlu lah. Aku mau usaha cari dulu aja."
Segelas minuman dingin disuguhkan di depan kami. Aku pun meraihnya kemudian menegaknya setelah membaca basmalah.
------***-------
2 hari berlalu.
Ini hari ke tiga pencarianku. Tapi nihil, belum ada tanda-tanda apa pun.
Aku sudah tanya ke sana ke mari. Hampir setiap pagi orang yang datang ke masjid ini aku tanyai.
Tapi semuanya menggeleng tanda tak tau.
Sampai akhirnya aku menghela nafas panjang dan ingin menyerah saja.
Selepas aku menunaikan sholat dhuha yang sejak kecil memang diajarkan oleh Ibu dan Bapak. Rutinitas pagi yang tak boleh terlewatkan sebelum kami beranjak aktifitas.
Kata bapak "Biar aktifitas hari-harimu berkah jika kita awali beribadah kepada Allah."
"Aku keluar dulu ya, Di. Kutunggu di depan."
Beres melipat mukenah aku jalan keluar melewati pintu masjid
Drrrrtt drrrttt
Ponselku bergetar. Segera kumengambilnya dan menggeser layar hijau dan menerima telepon dari nenekku.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."
/.../
"Iya in syaa Allah, Nek. Nisa nanti pulang jam 3 sore."
/.../
"Iya Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."
Kuletakkan ponselku buru-buru. Karena ada pemandangan di depan yang menarik netraku.
Ada apa ya? Kok rame? Batinku. Baru beberapa kakiku melangkah. Terdengar suara dari belakangku.
"Mbak... mbak... maaf ini dompetnya jatuh."
Kuputar badanku, menoleh ke sumber suara.
Degh...
Tak sengaja netra ini temu pandang dengan dia.
Maa syaa Allah... lelaki di hadapanku ini sangat tampan.
Hidung mancung, kulit putih bersih dengan rambut tipisnya. Jangan lupakan bulu"tipis di samping wajah beserta janggutnya.
Macam orang arab yang nyasar di kampus nih. batinku.
Astaghfirullahal'adhiim. Langsung kualihkan pandangan setelah menyadari bahwa ini tak boleh aku lakukan, berpandangan dengan lain jenis.
Kuraih dompet yang berada di tangannya. Kemudian mengucapkam terima kasih.
"Nis.... Nisaaaa."
Terdengar suara cempreng sahabatku dari arah belakangnya.
Dia berjalan cepat ke arah kami. Dan langsung menutup mulut begitu mengetahui laki-laki tampan di hadapanku ini.
"Eh, Pak Hasbi. Maaf, Pak. Tadi saya kira siapa." Tampak ia salah tingkah dengan cengirannya.
Tampak laki-laki di depanku itu tersenyum lalu mengangguk. Memudian pamit meninggalkan keberadaaan kami.
Aku dan Dira berdiri sejajar, tatapan kami mengikuti punggungnya yang telah melewatiku.
Tapi baru beberapa langkah ia berjalan, kakinya berhenti dan berbalik menghadap pada kami berdua.
Sontak kami pun merasa panik, segera mengalihkan arah pandang kami, menundukkan kepala.
"Maaf... tadi namanya Nisa' ya?". Pertanyaan yang sudah pasti ke arahku, karena nama itu adalah namaku. Aku pun hanya bisa menganggukkan kepala.
"Boleh tau nama lengkapnya?"
Degh.... jantungku bagai terhantam. Terkejut dengan pertanyaannya.
Untuk apa dia menanyakan nama lengkapku?
Apakah ia tertarik kepadaku?
Atau membawaku ke KUA?
huuaaaaaaa....
Apaan sih. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dengan menunduk dan memejamkan kedua mataku, mengingat pikiranku yang mulai ngawur.
Kurasakan bahuku disenggol oleh Dira, barulah aku tersadar dari lamunanku.
Aku mendongak, sekilas saja menatapnya lalu mengangguk.
"Nama lengkap saya.... Ziyyadah Khoirun Nisa''.
Kegugupanku sedikit teralihkan dengan kedua tanganku yang sibuk memilin ujung jilbabku.
"Alhamdulillah."
Tampak ia melipat kedua tangannya.
Dahiku berkerut, bingung dengan tanggapan hamdalah darinya.
"Memangnya kenapa,P ak?"
Pertanyaan ini bukan aku yang berucap, tapi Dira yang melontarkan.
"Kamu bisa ikut ke ruangan saya sebentar?"
Ha????
Dia menunjukku yang membuatku tergagap.
Tapi serta merta kepalaku mengangguk. Saat dia hampir membalikkan badan, tapi urung dan berucap lagi.
"Kamu juga ya." Kali ini berucap ke arah Dila.
Kuhembuskan Nafas lega, karena aku tak seorang diri ke ruangannya. Aku juga nggak bisa membantahnya tadi jika hanya aku seorang diri ke sana.
Entahlah. Mendadak lidah ini kelu tak mampu berucap. Aku masih bergeming, meski netra ini hanya mampu menatap punggungnya yang semakin menjauh.
Tiba-tiba sebuah tangan menyeret lenganku. Menyadarkan diri dari keterpakuanku.
"Ayo, Nis. Kita ditinggal tuh." Aku hanya mengangguk dan mengikuti langkah Dira.
"Kira-kira ada apa ya? Kok Pak Hasbi nyuruh kamu ke ruangannya?" Aku hanya menghendikkan bahu.
"Kamu pernah ada masalah dengan dia." Aku langsung menggeleng. Boro-boro bermasalah. Bertemu aja baru kali ini. Batinku.
"Kamu diem aja dari tadi. Kenapa? Terpesona?" Aku melotot ke arahnya dan menangkap Dira yang malah terkekeh.
"Apaan sih.
Aku terkejut dan bingung aja. Kenapa dia nanya nama lengkap aku? Dan ini malah disuruh ikut keruangannya.. Seingatku aku nggak pernah tuh ketemu dia sebelumnya." Sekali ngomong. Aku langsung bicara panjang kali lebar. Ini berarti kegugupanku kini telah berkurang.
"Mari masuk," ucapnya begitu kami sampai di depan ruangannya dan kami hanya diam berdiri.
Kami pun mengangguk dan ikut melangkah masuk ruangan yang kira-kira berukuran 3 meter persegi ini.
"Silahkan duduk."
Kami pun menyeret kursi, memberi ruang lewat kemudian duduk tepat di hadapannya.
Tampak ia merogoh tas hitam kemudian membuatku kembali terkejut saat netra ini menangkap sebuah benda yang ia raih dengan tangannya.
Mataku berbinar senang. Saat dia menyodorkan note book hijau yang selama ini aku cari-cari.
"Ini milikmu kan?" tanyanya kemudian dia kembali duduk.
Aku mengangguk cepat kemudian meraih benda persegi panjang itu.
"Alhamdulillah.... terima kasik, Pak," ucapku memeluk buku kesayanganku ini. Senyumanku merekah menatapnya yang juga tersenyum kemudian mengangguk.
"Coba kamu cek dulu isinya. Maaf saya sempat menggeledah dan membaca isi buku itu untuk mencari identitas pemiliknya."
"Iya pak nggak apa-apa. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Pak. Isinya Alhamdulillah masih lengkap." Setelah ku buka lembaran- lembaran ini untuk memastikan isinya.
"Iya sama-sama. Lain kali jangan ceroboh ya," ucapnya menatapku membuat aku menunduk malu.
Kuanggukkan kepala.
"Iya in syaa Allah."
Kumasukkan note book ini ke dalam tas.
"Kalau begitu kami permisi, Pak. Jazakallah khoir."
Aku beranjak dari tempat dudukku setelah terlihat dia menganggukkan kepala.
----***-----
"Hayooo kenapa ini cucu cantik Nenek kok senyum-senyum sendiri?" Tiba-tiba Nenek berada di dekatku. Aku terkesiap, lalu terduduk yang semula rebahan di ruang tengah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Nisa' kenapa ya???
Mau tau.
Tunggu part selanjutnya ya. 😉in syaa Allah.
17Robi'ul Akhir 1440H.
*Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Alhamduliah up lagi ya.
Semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat ya. 😉
Jangan lupa untuk baca Al Qur'an setiap hari.
Di tunggu vote dan komentarnya ya 😄
Wassalam.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top