2. Pencarian

"Awalnya memang dari mata. Barulah muncul desiran hati.
Maka dari itu, jagalah pandanganmu."

Akhwatul_Iffah

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌻🌻🌻🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Kucium mushaf suci ini begitu selesai tilawah. Sajadah biru yang menghadap kiblat, kini kulipat rapi kemudian meletakkannya di lemari kecil di samping kasur.

Beginilah rutinitasku setiap hari. Selepas sholat 5 waktu kuusahakan tak meninggalkan tilawah meskipun hanya beberapa ayat. Karena selain sebagai ladang pahala, juga kelak dialah yang akan menjadi penerangku di alam kubur.

📚📚📚📚📚

ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦَ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ ﺭﺿﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ‏« ﻣَﻦْ ﻗَﺮَﺃَ ﺣَﺮْﻓًﺎ ﻣِﻦْ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻓَﻠَﻪُ ﺑِﻪِ ﺣَﺴَﻨَﺔٌ ﻭَﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔُ ﺑِﻌَﺸْﺮِ ﺃَﻣْﺜَﺎﻟِﻬَﺎ ﻻَ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺍﻟﻢ ﺣﺮْﻑٌ ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﺃَﻟِﻒٌ ﺣَﺮْﻑٌ ﻭَﻻَﻡٌ ﺣَﺮْﻑٌ ﻭَﻣِﻴﻢٌ ﺣَﺮْﻑٌ ».

"Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ﺍﻟﻢ satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf. "
(HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami', no.
6469)

📚📚📚

Begitu netra ini menatap tas kerjaku,
Baru kuteringat akan buku catatan yang tadi pagi kutemukan.

Ku buka lembar demi lembar, berniat untuk mencari identitasnya.
Dari halaman pertama buku ini. Aku dapat menyimpulkan bahwa ini buku penting buat dia.
Ada jadwal kuliah dan kegiatan-kegiatan rutin tertuang di dalamnya.

Baru beberapa lembar kubuka,

Ziyyadah Khoirun Nisa'

Ukiran sebuah nama yang indah terpampang jelas.
Ternyata buku ini milik seorang wanita. Siapakah dia?
Nama yang tak kukenal.
Selama dua tahun aku mengajar, belum pernah ku ketahui nama ini.

Entahlah, aku tak mau terlalu ambil pusing memikirkannya.
Semoga Allah akan mempertemukanku dengan pemilik buku ini, agar aku bisa segera mengembalikannya nanti.

Segera kututup buku ini. Aku tak mau menjadi semakin lancang jika terus membuka dan membaca lebih banyak lagi tanpa seijinnya.
Bukankah manusia itu punya privasi? Jadi aku harus menghargai privasinya.

Tok tok tok..

"Hasbi, makan malamnya udah siap, Nak. Makan yuk"

"Iya Ummi."
Terdengar deru langkah menjauh begitu aku selesai menjawab panggilan Ummi.

Segera kuganti baju koko dan sarung dengan kaos dan celana selutut. Kemudian langsung melangkah ke meja makan.
Tampak Ummi sudah menunggu di sana seorang diri.

Ya Allah... aku kangen Abi. Biasanya di sini Ummi bersama beliau menungguku duduk dan tertawa berdua.
Sekarang Ummiku seorang diri.

Tampak senyumnya merekah. Begitu melihatku menghampirinya.

Tok tok tok
"Assalamu'alaikum,"
Belum juga kudaratkan pinggulku di atas kursi, sudah ada yang mengetok pintu depan rumah ini.

"Hasbi buka pintu dulu ya, Mi." Setelah kulihat Ummi menganggukkan kepala.
Aku menuju ruang tamu dan segera membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh."
Pintu yang menghalangi kini terbuka. Kutangkap sosok perempuan berdiri dengan senyumannya.

"Kak Himma," ucapku lalu membalas senyumnya, mencium tangannya. Kemudian menjabat tangan Kak Rizki, suami dari kakak perempuanku ini.

"Sini, Kak. Biar Hasbi yang bawa barangnya." Kulihat kak Rizki yang kerepotan menggendong si kecil, Aqila.
Sedangkan kak Himma membawa sepaket buah-buahan.

"Assalamu'alaikum Ummi," ucap Kak Himma begitu masuk rumah dan langsung mencari keberadaan Ummi.

"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh.
Ya Allah Himma, kamu akhirnya datang, Nak." Dengan cepat Ummi beranjak dan menghampiri Kak Himmah. Ummi memeluk Kak Himmah begitu selesai punggung tangannya di cium.

"Maaf ya, Ummi. Himma baru bisa datang sekarang. Gimana keadaan Ummi?"

"Iya nggak apa-apa, Nak. Ummi paham kok. Lagian alhamdulillah Ummi sudah sehat sekarang." Kini bergantian Kak Rizqi yang berdiri di belakang Kak Himma mencium tangan Ummi.

Si kecil Aqila kini beralih di gendonganku.
Kami Asyik bercanda berdua, sampai terdengar gelak tawa darinya yang bikin aku semakin gemas.

Kuangkat dia tinggi-tinggi dan kembali kutimang-timang. Gelak tawanya semakin menjadi, sehingga perhatian orang sekitarku tertumpu pada keberadaan kami.

"Hasbi... sudah, Nak. Kasian Aqilanya sampek tertawanya kayak gitu.
Ayo makan dulu."
Ummi lalu kembali duduk dan diikuti oleh putra-putrinya.
Senyuman kami tak lepas menikmati kebahagiaan saat berkumpul seperti ini.

Momen seperti ini tak gampang kami temui. Mengingat Kak Himma sudah berkeluarga dan tinggal di luar kota.

"Kamu kapan, Dek? Mau bikin rumah ini jadi rame dengan adek-adeknya Aqila?" celetuk Kak Himma begitu kami selesai makan.

"Aish... Kakak nih. Nikah aja belum. Masak langsung anakin aja."
Aku yang baru menyudahi makanku kemudian beranjak menghampiri Kak Himmah yang mencuci piring.

"Hehehe... emang belum punya pandangan buat calon istri?" Kak Himmah mengambil piring yang berada di tanganku.

"Emmm belum, Kak." Aku kembali duduk di kursi meja makan memainkan ponselku.

"Makanya jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai-sampai cuek bebek sama cewek-cewek di sekitar kamu. Kamu kan nggak jelek-jelek amat. Masak iya nggak ada satu cewek pun yang ngintilin kamu, di kampus atau di kantor gitu?" Kak Himmah yang baru menyelesaikan menata piring menghampiriku, ikut duduk.

"Banyak sih, Kak yang caperan (cari perhatian).
Cuman yah... belum ada tuh yang nyentuh pintu hati Hasbi."

"Tuh kan... kamunya aja berarti yang pilih-pilih." Tangannya memukul pundakku tampak ia kesar. Aku hanya bisa mempersembahkan cengiran khasku untuknya.

Kak Himmah yang mendengar tangisan Aqila yang sedari bersama Kak Riski dan Ummi segera beranjak meninggalkanku.

-----***-----

"Sholat Merupakan ibadah yang pertama kali dihisab kelak.
Maka dari itu.
JANGAN MENINGGALKAN SHALAT."
Kalimat akhir inilah yang menjadi penekanan penjelasanku hari ini.

"Meninggalkan shalat?
Al'iyazu billahi min dzalik.
Tidak bisa dipungkiri, perbuatan itu adalah pelanggaran yang serius dalam Islam.
Hadis-hadis menghukumi pelakunya kufur dan lepas dari naungan Allah SWT serta rasul-Nya."

Aku beranjak. Kemudian mengelilingi mahasiswa yang tertib di bangkunya masing-masing. Setelah presesntasi perkelompok usai. Kulihat, merekea semua menyimak kesimpulan dari materi pagi ini.

"Orang-orang yang meninggalkan shalat lima waktu akan banyak kerugiannya, diantaranya adalah:
1. keberkahan umur dan rejekinya akan disirnakan Allah SWT.
2. Doa-doa orang shaleh tidak berlaku untuknya, apalagi doanya sendiri. Amal perbuatan baiknya tidak diganjar.
3. Ia akan mati dalam keadaan haus, lapar dan terhina.
4. Kuburnya menyempit dan gelap gulita.
5. Allah SWT takkan sudi memandangnya apalagi membersihkannya.
Dan yang paling menakutkan yaitu, sudah sediakan baginya azab yang mahadahsyat. (Kutipan kitab "Irsyâdu al-'Ibâd)

Kembali aku berdiri di depan white board menghadap para mahasiswa yang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing dalam menanggapi keteranganku.

Ada yang sibuk mencatatnya, ada yang hanya melongo dan ada yang dengan muka tegang dan santainya mendengarkan sanksi peninggal sholat.

"Esensi shalat adalah hudhur (hadirnya hati), tafahum (penghayatan), pengagungan, pengharapan dan ketulus-ikhlasan kepada Allah SWT. "
Tanganku bergerak menyelaraskan apa yang baru saja kukatakan.

"Sebuah hadis melukiskan bahwa Allah SWT berkenan menyambut orang yang shalat selama ia tidak menoleh.
Hadis yang lain menyebutkan bahwa Allah SWT takkan memandang shalat yang di dalamnya si pelaku tidak menghadirkan hatinya." Lanjutku.

"Hal senada juga dituturkan oleh Ibnu Abbas, Dua rakaat dengan durasi sedang disertai tafakur lebih utama daripada berdiri sepanjang malam sedangkan hati dalam keadaan lupa."

"Inilah kesimpulan dari presentasi kalian tadi mengenai pentingnya mendirikan sholat.
Semoga bermanfaat dan semakin semangat dalam memperbaiki ibadah sholat kita."

"Aamiin." Serentak suara ini menggema.

Kembali langkahku ke meja depan tempatku meletakkan beberapa buku. Kemudian membereskannya.

Jam di pergelangan tanganku kini menunjukkan pukul 9, ini berarti telah usainya waktu pertemuan hari ini.

Aku pun beranjak meninggalkan kelas ini setelah berucap salam.

Aku masuk ke ruanganku, merapikan buku-buku dan menghempaskan tubuhku terduduk di kursi yang lumayan empuk ini.

Kutengok tas hitamku. Kutemukan lagi buku warna hijau. Aku teringat niatanku akan mencari sang empunya note ini hari ini juga.

Aku yang berani mengambil saat menemukannya, berarti sudah menjadi kewajibanku untuk tanggung jawab mencari pemiliknya.
Apalagi mengingat di saku bagian sampul belakang ini ada beberapa lempar uang ratusan.

Kasian yang kehilangan, pasti dia sangat membutuhkan ini. Pikirku

Kutekan tombol on di layar komputer yang berada di atas meja sampingku. Mulai kucari data mahasiswa yang kuliah di Universitas ini dari beberapa fakultas.

Kuketik Nama 'Zayyidah Khoirun Nisa' di kolom pencarian nama. Ku tunggu sebentar, keningku berkerut saat mengetahui ternyata namanya tak ditemukan.

Kok bisa ya?? Masak iya sih. Dia bukan mahasiswi sini?. Batinku.

Aku berpikir sejenak. Lalu di mana ya aku harus mencari dia?? Bagaimana caranya? Apa harus aku umumin di mading kampus?. Ribet ah. Nanti malah heboh mahasisiwinya. Batinku.

Enggan aku berurusan dengan orang banyak. Apalagi mengingat mahasiswi yang centil-centil suka menggodaku saat melewati koridor kampus.
Jika tak ada jam mengajar. Malas rasanya aku lewat di sana.

Aku beranjak keluar ruangan. Lebih baik aku tunaikan dulu sholat dhuha, sebelum kehabisan waktu karena memikirkan siapa pemilik buku ini.

"Assalamu'alaikum, Pak"
Dua Mahasiswi bergamis menyapaku.

"Pagi, Pak." Seorang cewek berkacamata juga menyapaku.

"Wah..... Pak Dosen ganteng lewat ini. Hai Paaaak." Desas desis gerombolan cewek tak ketinggalan menyapa.

Berbagai sapaan inilah yang kutemukan begitu aku keluar ruangan menuju masjid.

Aku hanya menganggukkan kepala dan menjawab salam mereka singkat.

Ini tumben ya. Jalanan sini ramai mahasiswa, biasanya juga sepi. Ada acara apa?. Batinku bertanya-tanya tanpa ada yang mampu menjawabnya.

Tanpa ragu lagi. Langkah ini lebih cepat menuju Masjid yang jalan menujunya telah lengang.

Segera aku menyucikan diri dan mendirikan sholat sunnah 8 rokaat dengan 2 kali salam ini.
Selepas berdoa dan membaca surat Waqi'ah, aku pun beranjak.

"Mbak... mbak... dompetnya jatuh," panggilku saat menemukan sebuah dompet yang terjatuh dari tas perempuan yang baru saja berjalan di depanku.

Dia menoleh dan tatapan kami bertemu.
Degh...
Kurasakan sentakan di jantungku, di ikuti deguban jantung yang mulai cepat memompa, saat netra ini menangkap tatapan mata berlensa coklat itu.

Wajah yang berbalut jilbab hitam itu tampak bersih murni tanpa balutan make up.
Jangan lupakan bulu mata yang lentik menambah aura kecantikannya.

Segera kualihkan pandangan ini, lantunan istighfar dalam hati terus terlafalkan, mengingat berpandangan dengan lawan jenis itu haram.
Begitu pun dia, tampak langsung menunduk.

📚📚📚📚

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepada Ali Radhiyallahu Anhu, "Wahai Ali, janganlah kamu ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang pertama itu boleh (dimaafkan) sedangkan yang berikutnya tidak."
(HR. Tirmidzi dan Abu Dawud dan dinyatakan hasan oleh al-Albani).

📚📚📚📚

"Terima kasih," ucapnya begitu dompetnya telah berada di tangannya.

"Iya sama-sama."

"Nis.... Nisa." Panggil suara wanita terdengar dari arah belakangku.
Tak lama setelahnya, ia tiba-tiba berada di dekat kami.

"Eh... ada Pak Hasbi. Maaf, Pak tadi saya kira siapa." Perempuan berkerudung biru laut ini tiba-tiba menutup mulutnya seketika saat menyadari keberadaanku.

Aku hanya tersenyum, mengangguk lalu melangkah menjauh dari keduanya.

Tapi... tunggu dulu. Langkahku terhenti saat mengingat sesuatu. Kuputar kembali tubuh ini menghadap ke arah kedua wanita yang telah berdiri sejajar menatapku.

Keduanya menunduk saat mengetahui aku berbalik menghadap mereka.

"Maaf tadi namanya Nisa?"
Tampak wanita yang berhijab hitam ini mengangguk dalam tunduknya.

"Boleh tau nama lengkapnya?"
Tidak.. aku tak menatap wajah cantiknya saat ini. Cukup tadi tatapan tak sengaja kami.
Dari gerak geriknya tampak ia gugup.

.
.
.
.

*Ada apa ya kok pak Hasbi nanyain nama lengkap nisa?

.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
14Robi'ulakhir1440H

*(Abirama
*https://cahayanabawiy.com/harmonisasi-hati-dan-jasmani/))

*Assalamu'alaikum sahabat pembaca
Alhamdulillah bisa up hari ini 😊

Semoga suka dan bermanfaat ya.

Jangan lupa tuk baca Al Qur'an tiap hari ya.

Di tunggu vote dan komentarnya 😉😉😉
Syukron
Wassalam.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top