18 Khitbah
🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄🌄
Mentari pagi menyapaku yang baru saja usai kusingkap korden kamarku. Secerah hatiku pagi ini, netra ini menangkap pemandangan indah dihadapanku.
Kubuka kaca jendela ke samping, menghirup udara perlahan dan sedalam mungkin. Memejamkan kelopak mata, menikmati sejuknya udara pagi ini disertai hembusan angin sepoi menerpa kulit wajahku membuatnya terasa dingin.
Semalam hujan deras disertai petir, yang membuatku takut dan memilih meringkuk dibawah selimut di awal waktu menginjak malam.
Bibir tipisku kini yang tak luntur dari ukiran senyum sejak tadi. Kembali mengembang saat netra ini menangkap beberapa ekor burung yang bertengger di atas pohon. Mulai terdengar bunyi kicauan burung yang sepertinya sedang mengobrol atau malah mereka sedang menyandungkan sholawat atas Baginda Rosulullah SAW.
اللم صل على سيدنامحمد فى الاولين، وصل على سيدنامحمد فى الاخرين، وصل على سيدنا محمد فى النبيين، وصل على سيدنا محمد فى المرسلين، وصل على سيدنا محمد فى الملإ الاعلى الى يوم الدين .
Allahumma Sholli 'Alaa Sayyidinaa Muhammadin fil Awwalin, washolli 'alaa sayyidinaa muhammadin Fil Aakhiriin, washolli 'alaa sayyidinaa muhammadin Fin Nabiyyin, Washolli 'alaa Sayyidina Muhammadin Fil Mursalin, Washolli 'alaa Sayyidinaa Muhammadin Fil Mala il a'laa Ilaa yaummiddin.
Barangsiapa yang membaca sholawat ini 3 kali setiap pagi dan sore, maka akan dirobohkan semua dosanya, dihapus semua kesalahannya dll. Jawahir Lu'lu'iyyah
Bibirku mulai melantunkan sholawat pagi sore ini sebanyak 3 kali. Aku kan nggak mau kalah dengan makhluk Allah yang tak berakal itu.
Jadi jangan mau kalah dengan para binatang ya, yang setiap waktunya mereka isi dengan dzikir atau sholawat mengungkapkan rasa syukur atas limpahan nikmat yang telah Allah berikan secara cuma-cuma.
📚📚📚📚
Al-Isra' 17:44
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
(Bertasbih kepada-Nya) memahasucikan-Nya (langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya. Dan tak ada) tiada (suatu pun) di antara semua makhluk (melainkan bertasbih) seraya (memuji kepada-Nya) artinya mereka selalu mengucapkan kalimat subhaanallaah wa bihamdihi (tetapi kalian tidak mengerti) tidak memahami (tasbih mereka) karena hal itu dilakukan bukan memakai bahasa kalian. (Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun) karena itu Dia tidak menyegerakan azab-Nya kepada kalian, bila kalian berbuat durhaka.
📚📚📚📚📚
Berselang beberapa menit kemudian, diriku beranjak, hendak ke dapur. Rutinitas pagi yang tak pernah terlewatkan kecuali jika diri sedang berpuasa.
"Pagi Nek ...." Kucium pipi nenek setelah menyapanya.
"Pagi juga Sayang." Nenek membalas mengecup pipiku dan mengembangkan senyumnya.
"Mau bikin cake nih Nek?" Nenek hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaanku.
"Iya cucu Nenek sayang. Kan nanti kamu kedatangan tamu spesial," ucapnya sembari fokus mengaduk-aduk adonan di kedua tangannya.
"Kok tamu Nisa doang, tamu Nenek juga dong. Kan ini rumah Nenek."
"Iya ... tapi paling spesialnya buat Nisa seorang." Nenek mengedipkan satu matanya menggodaku, membuatku hanya menggeleng-gelengkan kepala, heran saja dengan pikiran Nenek yang bisa aja menggodaku.
"Nisa bantu apa nih?" Aku beralih berdiri di sisi kanan Nenek.
"Itu tolong matiin kompornya ya. Tiriskan ke cetakan yang ada di meja." Aku mengangguk kemudian melaksanakan sesuai petunjuk nenek.
Hampir setengah jam kami bergelut di sini. Sekarang tinggal nunggu matangnya cake pandan yang telah dimasukkan ke dalam oven.
"Nenek udah bikin Nasi Goreng tadi Nis. Kamu angetin bentar gih. Habis itu kita sarapan," ujarnya sembari mencuci tangan.
Setelah diperkirakan sudah hangat, kami pun sarapan bersama dengan menu nasi goreng sayur dengan telur dadar di atasnya.
Nenek selalu berusaha menyajikan makanan rumah yang menyehatkan. "Kalau bikin makanan itu jangan hanya yang 'halalan' tapi juga 'toyyiban', karena dengan begitu kita termasuk hamba yang bersyukur atas nikmat Allah dengan cara menjaga kesehatan."
"Memang sih sakit dan sehat itu merupakan ketetapan Allah. Tapi tak ada salahnya kan kita terus ikhtiyar menjaga kesehatan, agar ibadah kita bisa dilakukan dengan baik dan semaksimal mungkin."
Begitulah titah panjang lebar Nenekku saat aku sakit di awal-awal aku tinggal bersamanya, memang saat itu aku paling nggak mau kalau disuruh makan sayur, sedangkan makanan yang paling kusuka yaitu mi instan. Makanan favorit yang kata Nenek nggak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi terus menerus.
Maka keluarlah dari lisan bijaknya menasehatiku agar menjaga kesehatan yang salah satu caranya dengan menjaga pola makanan yang bersih dan juga yang kaya akan vitamin.
"Nak Hasbi sudah ngabarin kamu, Nis? pasti datang hari ini kan?" Kini kami bersantai di ruang tengah, setelah beres sarapan dan juga beres dengan semua urusan dapur kami
"Iya Nek. Semalam beliau telpon Nisa, katanya 'in syaa Allah pagi ini sekitar jam 9 nan ke sininya."
Nenek tersenyum menatapku. Mengusap pucuk kepalaku kemudian mengecupnya.
"Apapun yang terjadi nanti, semoga Allah memberikan kelancaran dan yang terbaik ya."
"Aamiin," ucapku sembari memeluk nenek dari arah samping dan menyandarkan kepalaku di bahunya.
"Ya sudah ... kamu siap-siap gih. Udah jam 8 lewat nih. Jangan lupa sholat dhuha terus di baca surat Al Waqi'ahnya ya." Aku tersenyum kemudian mengangguk.
Ketahuan nih kalau aku sering lupa nggak baca surat Al Waqiah setelah Sholat Dhuha. 😄
🍒🍑🍒🍑🍒🍑🍒
"Maa syaa Allah anak laki-laki Ummi. Kamu tampan sekali pagi ini, Nak." Aku yang baru menuruni anak tangga dari kamar mendapat tatapan takjub dari Ummi yang langsung berdiri dan menangkup kedua pipiku.
"Alhamdulillah ... emang kemarin-kemarin Hasbi nggak ganteng ya Mi?" Senyumku merekah, Ummi langsung melepaskan tangannya dari mukaku.
"Emmm ganteng sih. Cuman auranya beda Nak. Pagi ini wajah kamu tampak cerah. Hatinya lagi berbunga-bunga ya." Ummi mulai meledekku, Aku yang baru selesai memakai jam tangan di pergelangan tangan pun mengangguk salah tingkah.
"Ya udah yuk Mi. Kita berangkat." Beliau menganggukkan kepala dan Aku mulai menggandeng lengannya.
"Oh iya Mi. Ini menurut Ummi gimana?" Begitu kami di dalam mobil. Kusodorkan sebuah kotak biru berukuran kecil kepadanya.
"Maa syaa Allah Bagus Has. Ini nanti kamu langsung tunangan?" Aku tersenyum kemudian menyalakan mesin mobil dan mulai membawanya keluar dari halaman rumah.
"Iya Mi. Bukankah lebih cepat lebih baik ya. Sebagai bukti aja sih, kalau Aku dan Ziyya sudah terikat."
"Iya sih. Toh Nak Ziyya sudah jelas nerima khitbah Kamu kan nanti?"
"Iya In syaa Allah Mi. Doakan Hasbi ya." Aku melirik Ummi sejenak, yang sedari terus mengukir senyum.
Aku sangat Bahagia melihat pemandangan ini, Ummi turut berbahagia atas apa yang aku pilih.
Gadis itu yang selalu membuat anganku melayang, mengingatnya dan tak lupa kuselipkan namanya di setiap doaku. Kupinta ia lewat doa-doa yang kupanjatkan secara rahasia kecuali hanya dengan-Nya.
Kini ... pagi ini aku akan meminta langsung dia kepada walinya. Semoga Allah mempermudah jalan kami untuk bersatu. Aamiin
--**--
"Assalamu'alaikum." Kuucapkan salam di depan pintu yang memang tak tertutup sejak aku sampai di sini.
Mungkin memang sengaja kali ya. Karena akan datang kedatangan calon suami, batinku
Aku menggeleng-gelengkan kepala pelan, sembari tersenyum dengan pikiranku yang konyol ini.
Tak lama aku berdiri, terdengar suara jawaban salam dari arah dalam. Disusul kemudian tampak sosok seorang wanita paruh baya, menyambutku dengan senyuman hangatnya.
Dia menangkupkan kedua tangan ke arahku dan kemudian menjabat tangan Ummi berlanjut cipika cipiki (cium pipi kanan dan pipi kiri).
"Mari-mari masuk, silakan duduk.," ucapnya mempersilahkan dan kami pun duduk berhadapan tapi tersekat meja yang sudah tertata rapi di atasnya beraneka macam cemilan dan cake.
Kayaknya sudah di siapin ya untuk menyambut kedatanganku sama Ummi. Ini berarti bukan hanya Aku dan Ummi yang antusias dan berbahagia atas pertemuan ini. Tapi keluarga ini juga, pikirku menerka-nerka.
"Oh iya Nek. Ini kenalin Ummi saya. Ummi Hasanah dan ini Nenek nya Ziyya, Mi." Keduanya pun saling menyebutkan nama kemudian mengangguk dan tersenyum ramah.
"Maaf Ya Bu Hasanah. Ibu dan Bapak nya Nisa nggak bisa datang ke sini, karena sekarang masih sanga sibuk panen. Maklum bu, di kampung."
"Iya Bu. Nggak apa-apa, Kami bisa mengerti. Lagian ini juga sebenarnya bisa dikatakan kesalahan kami, yang begitu mendadak datang kemari."
"Ini tadi dari rumah langsung ke sini?" tanya Nenek Ziyya mulai basa basi.
"Iya Nek ... maaf jika baru sekarang kami datang kemari dan sempat menunda kemarin." Aku yang berucap merasa tak enak.
"Iya Nak. Nggak apa-apa namanya juga manusia. Hanya bisa berencana, tapi tetap hanya Allah penentu terlaksana atau tidaknya rencana kita." Begitu bijaknya Nenek Ziyya dalam menanggapi setiap hal.
Dari awal bertemu dengan Beliau, membuatku kagum kepada sosoknya yang sabar dan bijak.
"Oia sebentar ya. Saya panggil Nisa dulu. Silakan dinikmati makanan dan minuman ala kadarnya ini." Beliau mengedarkan tangannya ke arah meja, dengan sopan mempersilakan kami untuk menikmati hidangan.
Hatiku mulai berdebar kencang kembali mendengar namanya disebutkan. Apalagi dia akan dipanggil untuk kemari, membuatku grogi plus gugup saja.
"Minum dulu Has. Biar nggak terlalu gugup," ujar Ummi yang mulai menyesap teh hangat lebih dulu, tapi netranya melirik ke arahku menggoda.
"Ah Ummi ini tau aja." Cengiran mengikuti ucapanku.
"Gini-gini Ummi kan dulu pernah muda Nak." Ummi kembali meletakkan gelas di atas meja, aku pun melakukan hal yang sama.
Tak berselang lama, tiba-tiba datang sosok seseorang mendekat ke arah kami. Sedangkan aku masih sibuk menelisik bingkai foto yang ada di seberangku.
"Assalamu'alaikum." Suara lembut tertangkap pendengaranku, memutuskan netraku dari bingkai foto Habaib yang terpajang di ruangan ini, lalu beralih ke asal suara.
Maa syaa Allah ... pagi-pagi gini kok ada bidadari di sini ya? Tapi bidadarinya tak bersayap, batinku. Mataku tak berkedip menatap sosok wanita yang telah sukses menjerat hatiku.
Cantik ... iya ... sangat cantik malah, ia saat ini berdiri dengan balutan gamis lebar berwarna abu-abu kombinasi warna navy, senada dengan kerudung lebar yang ia pakai. Sederhana memang, tapi dari kesederhanaan itulah semakin memancarkan cantik alaminya.
"Waalaikumsalam warohmatullah wabarokatuh." Dengan serempak aku dan Ummi menjawab salamnya.
"Ehm ...." Lengan Ummi menyenggol lenganku sembari berdehem, menyadarkanku agar kutundukkan pandangan.
Tampak tangan Ummi kemudian membalas uluran tangannya, yang mencium tangan Ummi dengan ta'dhzim.
"Maa syaa Allah ... cantiknya calon mantu Ummi." Ummi mengusap pipinya dengan lembut, penuh kasih sayang. Membuat ia bersemu kemerah-merahan.
"Alhamdulillah ... Ummi juga terlihat makin cantik pagi ini. Ummi sehat kan?"
"Iya Sayang. Alhamdulillah Ummi sehat, Kamu juga sehat kan?" terdengar ucapan hamdalah juga dari lisannya.
"Silakan Ibu Hasanah, Nak Hasbi dicicipi cake-nya," timpal Nenek. Kemudian kami mengangguk dan meraih potongan cake yang berwarna hijau di atas piring.
"Wah ... Ibu Zainab pandai buat cake ya. Enak bu. Rasa manisnya pas." Komentar Ummi mulai membahana. Sedangkan aku mengunyah cake nya dalam diam.
Berusaha menetralkan detak jantungku yang sedari tadi berdegup begitu kencang, membuatku gugup dan lidah ini kelu hendak berucap meski satu patah kata pun.
Kulafalkan sholawat dalam hati berulang kali beberapa menit. Alhamdulillah ... kini detak jantungku mendekati normal.
Kuhembuskan napas perlahan setelah menyesap teh manis di tanganku.
Setelah obrolan ringan mereka bertiga selesai. Ummi mempersilahkanku untuk mulai menyampaikan apa maksud kedatangan kami ke sini.
Aku sedikit beranjak, memposisikan tempat dudukku ke zona nyaman, biar rileks.
"Nenek dan Ziyyadah mungkin telah mengetahui tujuan Saya dan Ummi kemari. Tapi saya ingin menyampaikan secara pastinya bahwa kedatangan kami ke sini untuk ...." Kuhela napas sejenak kemudian lanjut berucap.
"Melanjutkan ta'aruf kita ke jenjang selanjutnya yaitu Khitbah." Aku menoleh ke arah Ziyya yang terlihat menyimak, tapi menunduk setelah sesaat netra kami bertemu pandang.
"Jadi saya ke sini berniat ingin mengkhitbah kamu, Ziyyadah Khoirun Nisa'. Maukah kamu menjadi pendamping hidupku untuk menyempurnakan agamaku?
menjadi makmumku dan menjadi Madrosatul Ula bagi anak-anakku kelak? serta menjalani salah satu sunnah Rosul untuk menggapai Ridho Allah subhanahu wata'ala?" Tak kusangka aku bisa mengucapkan kalimat yang lumayan panjang lebar untuk sebuah pinangan terhadap seorang gadis.
Aku menatap dia sedari tadi yang tertunduk. Tampak gugup dan gusar pada awalnya tapi dia kini mulai memberanikan diri balas menatapku dan nampak tertegun mendengar setiap kata yang terucap dari lisanku.
"Nisa ... dijawab Sayang." Tampak Neneknya memegang punggung tangannya yang berada di pangkuannya.
Dia menoleh ke arah Nenek kemudian mengangguk gugup.
Dia menundukkan pandangan sebentar, kemudian tampak menghela napas sebentar.
"Bismillahirrohmanirrohim." Suaranya terdengar lirih, terlihat dia kembali menghela napas. "Sa-saya." Gugup, iya terlihat gugup dan salah tingkah.
"Maaf saya nggak bisa-" Dia menatapku lekat, dan aku pun menatapanya. Ia kemudian menunduk.
Jawaban beberapa kata itu sontak membuatku panas dingin. Kenapa dia bilang nggak bisa?
Aku masih terdiam, tubuhku menegang karena terkejut, membuatku terpaku memandangnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(Dikira bersambung ya??? Belum kok 😉😄😄. Lanjutkaaaan. 😊)
"Nggak bisa nolak." Bibirnya tersenyum manis begitu ia menyelesaikan kalimatnya. Membuatku otomatis membalas senyumnya tak kalah merekah. Bahagia sekali hatiku, benar-benar bahagia.
"ALHAMDULILLAH." Serempak kami mengucapkan puji syukur atas-Nya.
Tampak Nenek sempat memukul lengannya pelan.
"Kamu ini bikin Nenek ikutan tegang aja tadi." Tampak ia terkekeh.
Maa syaa Allah ... pemandangan yang baru kali ini aku lihat. Dia terkekeh sampai terlihat gigi putihnya yang rapi, hanya sedikit tertutup oleh tangannya. Semakin cantik calon istriku, batinku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
26 Rojab 1440H
Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Alhamdulillah selesai langsung publish cerita ini ya.
Gimana menurut kalian cerita ini???
Kurang seru kah?
Kalau ya.
Bikin serunya kira-kira gimana ya???
Jangan lupa.Vote dan Komentarnya ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top