1. Note Book Hijau
"Lelahku mencari nafkah. Akan terobati saat melihat senyummu. Ibu"
🐾🐾🐾Hasbi🐾🐾🐾
🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇
Kulepas kacamata yang sejak tadi bertengger di atas hidung.
Kurentangkan kedua tangan, menguraikan otot-otot yang sedari tadi kaku akibat duduk terus beberapa jam.
Pagi-pagi sekali, aku telah sampai di kampus ini. Mengoreksi tugas-tugas dari mahasiswa-mahasiswi yang telah menumpuk, karena selama 3 hari kemarin aku izin tak mengajar.
Ummi masuk rumah sakit karena mengidap DBD. Jadilah aku sebagai anak laki-laki satu-satunya yang tinggal bersamanya, berkewajiban untuk menjaganya di rumah sakit.
Abiku sudah meninggalkan dunia ini 2 tahun yang lalu.
Kakak Perempuanku telah berkeluarga dan belum bisa menemani Ummi selama di rumah sakit.
Musim hujan seperti sekarang sudah seharusnya kita semua waspada dengan penyakit yang satu ini. Kita harus pandai-pandai menjaga kebersihan. Agar di sekitar rumah kita tidak di huni oleh nyamuk-nyamuk yang bisa menimbulkan berbagai macam penyakit itu.
Jadi tidak salah, jika ajaran Islam menjadikan kebersihan sebagian dari iman. Karena dengan kebersihan, manusia akan memperoleh banyak manfaat.
Bukankah sejak dulu kita telah mengenal kata bijak bahwa "Kebersihan pangkal kesehatan"
Siapakah yang diuntungkan di sini?
Kita, diri kita sendiri kan?
Dengan kita menjaga kebersihan, maka kita akan terhindar dari yang namanya penyakit. Selain itu, kita akan disukai oleh Allah jika kita senantiasa hidup bersih.
📚📚📚
"Diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah Saw. :
Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu"
(HR. Tirmizi)
📚📚📚
"Pak Hasbi sudah masuk kampus hari ini?"
Begitu keluar dari ruangan. Aku berpapasan dengan wanita cantik, tapi sayangnya dia tak berhijab, namanya Mira Purnama Sari. Dosen mata kuliah sastra indonesia itu dengan senyuman khasnya menyapaku.
"Iya, Bu Mira alhamdulillah."
"Bagaimana kabar ibunya, Pak?" Dia berdiri di depanku dengan jarak beberapa jengkal, mendekap beberapa buku di kedua tangannya.
Tampaknya ia baru saja selesai mengajar pada jam pertama.
"Alhamdulillah sudah membaik.
Maaf ya Bu Mira, saya tinggal dulu. Masih ada urusan."
Segera aku berbelok ke arah kiri menjauh dari keberadaannya.
Entah mengapa, setiap aku berdekatan dengan seorang wanita. Aku merasa risih dan ingin segera berlalu dan menjauh darinya. Apalagi jika wanita itu tak menutup auratnya.
Astaghfirullohal'adhzim. Rapalan kalimat thoyyibah inilah yang menghiasi bibirku seiring langkah ini menuju masjid kampus, tempat yang kini aku tuju.
Kurang lebih 20 menit, waktu yang aku butuhkan melaksanakan ibadah sunnah di waktu pagi ini.
Kutengok jam yang bertengger di lenganku ini menunjukkan pukul 8 lewat 50 menit.
Itu berarti 10 menit lagi aku ada jam mengajar.
Saat baru satu langkah kakiku menapaki tanah.
Kakiku sepertinya menginjak sesuatu.
Benar saja, saat kutengok. Ada benda persegi panjang berwarna hijau yang sedikit terkena injak kakiku pada bagian ujungnya.
Kuraih benda itu. Ternyata sebuah note book berwarna hijau muda. Ada gambar menara eifel di bagian cover depannya.
Kubolak balik benda pipih ini guna mencari identitasnya. Tapi nihil, tak kutemukan.
Akhirnya aku memutuskan melanjutkan langkah segera menuju ruanganku, mengingat sebentar lagi aku harus masuk kelas.
Untuk sementara note book ini kuletakkan di meja kerjaku. Setelahnya, aku bergegas menuju ruangan dengan langkah panjang. Seperti biasa, banyak pasang mata yang menoleh saat aku melintasi koridor kampus. Di mana banyak mahasiswi yang berkelompok berdiri di depan kelasnya masing-masing.
Mungkin beginilah nasib menjadi seorang dosen muda yang mempunyai rupa ganteng dengan postur tubuh gagah dan menjulang tinggi.
Astaghfirullah, tak boleh ujub Has, batinku mengingatkan pikiranku yang mulai ngelantur.
Sebagian dari mereka ada yang berani menyapa, sedangkan yang lain hanya menatapku terpukau.
"Pagi Pak," sapa salah satu murid semester Akhir yang selalu berusaha mendekatiku.
"Pagi ... dosen ganteng,"
"Selamat pagi, Pak."
"Ya."
Hanya satu kata inilah yang biasa terucap oleh bibirku menanggapi mereka.
Jadi tidak salah kan jika aku terkenal sebagai dosen yang cuek, disiplin dan tegas di seantaro kampus ini.
------***------
"Assalamu'alaikum Ummi." Kucium tangannya yang kini menyambut kedatanganku dari kantor ayah.
Iya, selepas sholat dhuhur di kampus. Mobilku langsung melaju menuju kantor.
Begitulah kegiatan rutinku setiap tuga hari dalam sepekan sibuk di kampus lalu ke kantor.
Dua hari yang lain fokus di kantor ayah. Sedangkan sabtu dan ahad, kuhabiskan hariku bersama Ummi tercinta jika tak ada acara lain.
Jika ditanya kenapa aku masih menjadi dosen? Sedangkan aku harus meneruskan bekerja di kantor ayah?
Maka jawabannya adalah aku ingin mengamalkan ilmu yang aku miliki, serta meneruskan dakwah Rosulullah dengan mengajarkan ilmu-ilmu yang berkenaan dengan syari'at Islam.
Karena dengan begitu, berarti aku menabung pahala, beramal jariyah dengan ilmu yang in syaa Allah bermanfaat bagiku dan bagi orang lain. Serta ini adalah salah satu wujud cintaku kepada Rosulullah SAW.
📚📚📚📚📚
1
Dari 'Abdullah bin 'Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat " (HR. Bukhari no. 3461).
2
Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻤَﻠَﻪُ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ ﺛَﻼَﺙٍ .....: ﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ
"Apabila seorang keturunan Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalnya, kecuali tiga perkara; satu di antara ketiganya adalah.... ilmu yang bermanfaat ."
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah r.a.)
📚📚📚📚📚
"Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh. Alhamdulillah kamu udah pulang, Nak?" Ummi mengusap lenganku, kemudian aku mengikuti langkahnya setelah menutup pintu.
"Iya, ini Ummi. Hasbi beliin klepon kesukaan Ummi." Kuserahkan satu kantong plastik dan diterima Ummi dengan wajah berbinar.
"Terima kasih ya, Nak. Kamu tau aja. Ummi udah kangen sama makanan bulat ini." Aku menganggukkan kepalaku.
"Keadaan Ummi gimana sekarang?" tanyaku setelah menyesap teh hangat yang telah tersedia di atas meja makan.
"Alhamdulillah, Nak. Ummi sudah sehat. Apalagi kamu beliin Ummi klepon. Berasa tambah sehat aja nih badan," ucapnya sebelum tangannya hendak menyuapkan lagi makanan bulat hijau itu ke mulutnya.
Aku terkekeh, senang melihat tingkah Ummi yang begitu gembiranya saat aku membelikan makanan kesukaannya itu. Layaknya seorang anak kecil yang berbinar-binar kegirangan saat mendapatkan permen atau coklat.
Alhamdulillah ya Allah... Engkau masih memberikan hamba kenikmatan bisa menyenangkan Orang tua hamba ini.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Assalamu'alaikum
Alhamdulillah Up lagi ya.
Mudah-mudahan suka dengan cerita ini.
Semoga bermanfaat.
Jangan lupa vote dan komentarnya ya 😄😄😄
Jadikanlah Al Qur'an bacaan setiap hari 😉
Syukron
Wassalam
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top