Sebelas November

Seyra.

Gadis itu menatap kosong ke arah RSJ Sekar Madu.

Ia ragu untuk menjejakkan kakinya ke sana.

Tiba-tiba,

"Seyra," gumam Brilyan.

Seyra berbalik ke belakang, matanya berkaca-kaca, dan tangisnya tak dapat dibendung lagi.

"Kak, hiks. Ayah kak, ayah pergi ninggalin kita, hiks hiks."

Isak tangisnya terdengar pilu.

Brilyan kaget mendengar berita ini.

Lelaki brengsek itu, ah ayahnya. Ayahnya telah meninggal dunia.

Bisa dianggap apa kabar ini untuknya?

Kabar duka?

Atau,

Kabar bahagia?

Tidak, tidak ada yang dapat menjawab pertanyaan itu.

Brilyan hanya terdiam, dan menatap sendu ke arah adik tersayangnya itu.

Dia sedih.

Di lain sisi,

dia bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top