Ternyata rumah sakit jiwa tak seburuk yang ada di pikiranku.
Bagiku, tempat ini adalah tempat yang terbilang nyaman.

Aku sudah berada di sini selama 3 minggu, dan aku juga mulai menjalani terapi skizofreniaku ini.

Sedikit ada perubahan memang, ya hanya sedikit, terkadang suara-suara dan hal-hal aneh itu masih sering menggangguku.

Bicara tentang skizofrenia, aku jadi teringat bagaimana aku bisa mengidap gangguan jiwa ini.

Ibuku meninggal dunia, ketika umurku 14 tahun, di sekitar hutan kota, karena mengalami kecelakaan yang cukup parah. Saat itu hujan deras, tidak ada satu orang yang berniat menolong kami.

Aku menangis, berteriak sekencang mungkin. Mobil yang sengaja menabrak ibuku sudah pergi.
Pergi meninggalkan semuanya, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Trauma masa kecilku, masih tergambar dengan jelas. Tentang bagaimana ibuku yang pergi meninggalkanku, dan tentang ayahku yang mulai menjadi pria brengsek.

Sejak kejadian itu, semuanya berubah, aku yang terlalu takut dengan masa laluku, dan semua orang yang satu-persatu mulai tak acuh padaku.

Aku depresi dan mengalami perasaan yang aneh.

Seringkali jika aku melewati hutan kota dan tempat yang sepi, aku melihat ada bayangan ibu.

Bayangan itu terus muncul, tetapi aku yakin, itu bukan ibu. Ketika aku sendirian, aku merasa ada yang mengawasiku, mengikutiku, bahkan muncul dalam bentuk bayangan maupun suara.

Sedangkan ayahku... ah pria brengsek itu mana mau mengakuiku sebagai anaknya, bahkan ia yang menyebabkanku berada di rumah sakit jiwa ini.

Ketika umurku menginjak 16 tahun, aku mulai dikatakan mengidap skizofrenia.

Mencoba menyakiti diri sendiri.

Sangat takut berinteraksi dengan orang lain.

Dihantui oleh suara dan bayangan yang terus-menerus menggangguku.

Pada akhirnya,

Aku lelah dengan hidup.

Tetapi aku yakin,

Bahwa Tuhan, tidak akan pernah meninggalkanku.

Semua kejadian yang kualami, membawaku sampai saat ini.

Membawaku untuk membuka harapan baru.

Akan kubuktikan,
aku tidak gila,
aku sama seperti mereka,
dan aku memiliki hak untuk dianggap sebagai 'manusia'.