Dua Belas November

Sudah 3 bulan sejak kematian ayahku.

Tidak ada yang berubah memang.

Hanya saja.

Aku merindukan mereka,

yang bisa disebut 'keluarga'.

Flashback on

"Ayah, coba lihat! Lyan dapat peringkat 1 di kelas."

"Mana sini ayah lihat," jawab pria yang dipanggil dengan sebutan 'ayah' itu.

"Minta hadiah apa, Lyan?" tanya ibunya.

"Lyan minta adek!"

Ayah dan ibunya, saling bertatap dan kemudian suara tawa terdengar di antara mereka.

"Kenapa ingin punya adek?" tanya ayahnya.

"Lyan pengen punya temen main," ucapnya dengan wajah menggemaskan.

Flashback off

"Assalamualaikum, Kak Brilyan!"

Ah, suara ini. Selalu saja datang tiba-tiba.

"Bengong aja dari tadi, Kak."

Perempuan pemilik senyum manis yang pernah kuceritakan dulu.

"Kenapa?"

"Hehe, ngga ada. Cuman pengen mampir kok."

"Emang tiap hari bisa disebut mampir?"

"Ih, Kakak mah," gerutu Nara.

"Jalan-jalan yuk Kak, di taman katanya mau diadakan bazar."

Aku hanya mengangguk menanggapinya.

***

"Kakak sudah mulai ada kemajuan yah? Udah sering senyum, udah mau ngomong, mau diajak jalan, mau.."

"Iya," potongku dengan cepat.

"Kak, Seyra ngga ngunjungin kakak lagi?"

"Ngga tau."

"Padahal ngobrol sama dia enak tau, ngga kayak ngobrol sama Kakak,"

"Duduk di sana yuk, Kak!"

Tanpa persetujuanku, dia langsung menarik lenganku, menyebalkan memang.

"Kakak, duduk di sini, aku mau beli jagung bakar dulu, oke?"

"Hm."

Dia berlalu begitu saja.

Nara.
Perempuan yang selalu datang untuk menghibur pasien RSJ, di kala waktu senggangnya.

Dia, perempuan yang pandai menyembunyikan.

Senyumnya.

Wajah cerianya.

Semua itu,

palsu.

Dia, perempuan yang dibuang keluarganya sendiri.

Dari yang aku tahu,

dia pernah menjadi pasien di RSJ Sekar Madu, karena mengalami depresi dan trauma di masa lalunya.

Keluarganya sudah tidak peduli lagi dengannya.

Satu-satunya orang yang dia anggap keluarga adalah Bu Irsa, pemilik RSJ Sekar Madu.

Bagaimana aku tahu mengenai ini semua?

Tentu saja dari Bu Irsa.

Nara adalah perempuan yang sangat kuat menurutku.

Sekarang,

Aku bangga bisa mengenalnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top