Kenangan

10 tahun lalu...

Aku duduk menantikan kedatangannya, ia berjanji padaku akan menemuiku di taman dekat sekolahku. Aku tidak tahu bagaimana wajahnya, perawakannya ataupun kulit tubuhnya.

Aku berkenalan dengannya lewat dunia maya. Awalnya aku cuma iseng mengirimkan chat secara random ke seseorang. Tak kusangka lewat keisenganku itu aku bisa berkenalan dengan seseorang yang mengaku bernama Dev.

Awalnya aku tak percaya dengan apa yang kurasakan, aku tak mungkin menyukai seseorang yang belum ku kenal secara nyata sebelumnya. Bisa saja ia berbohong selama ini. Ia mengaku padaku bahwa dia laki- laki.

Awalnya aku ragu, tapi aku semakin percaya saat kuterima surat darinya, di surat itu ia menuliskan tentang dirinya, tentang kekagumannya padaku, dan tentang rasa nyaman yang timbul saat kami saling mengobrol di dunia maya.

Aku menunggunya hingga mendung mulai menyapaku, bergelut dengan angin yang menerpa wajahku. Semakin lama ku lihat langit menampakkan amarahnya menumpahkan tangisnya lewat hujan yang mengguyur tempatku duduk.

Ia telah berjanji akan menemuiku. Dia berjanji akan datang membawakanku setangkai Bunga Mawar sebagai tanda awal kisah kita di dunia nyata. Tapi sampai tubuh ini basah dan kembali kering, ia tak pernah datang.

Semenjak kejadian itu tak pernah lagi ku dengar kabarnya. Semua hilang tak berbekas. Semua hal yang bisa menghubungkanku dengannya tak juga bisa kugunakan lagi.

Harapanku untuk mengenalnya secara nyata pupus sudah. Tapi hati ini terlanjur berharap, hingga rasanya terlalu sakit. Tak ada lagi yang menyapaku dipagi hari, tak ada lagi yang memperhatikanku, tak ada lagi yang bisa menjadi tempatku berkeluh kesah.

Kupandangi surat darinya, kenangan terakhir yang kupunya dari seseorang yang telah lancang mencuri hatiku. Seharusnya ini tak boleh terjadi, karena aku tak begitu mengenalnya, hingga kesakitanlah yang aku dapatkan saat ini.

****
Aku sedang menyesap kopiku, saat Giza duduk di sebelahku. Aku baru saja menemaninya melihat-lihat gaun pengantin, dua bulan lagi sahabatku ini akan melangsungkan pernikahan.

Hati ini sedikit tercubit, merasa sedikit iri, tapi aku tak bisa terus menyalahkan takdir. Meski demikian aku tetap ikut bahagia.

"Giza, kira-kira kamu mau honeymoon kemana? biar aku siapkan dari sekarang," tanyaku padanya.

"Aduh, Re, aku belum kepikiran, aku sih ikut saja, kamu kan paling tahu soal tempat-tempat honeymoon yang bagus," ucap Giza santai.

Kami membicarakan banyak hal hingga lupa waktu. Aku segera pamit pada Giza untuk pulang, karena malam telah datang. Di dalam mobil, dalam keheningan, kilasan 10 tahun silam kembali berputar di ingatanku.

Masih tak ku percaya semua kenyataan ini, dan berharap bahwa dugaanku salah. Sekuat tenaga aku ingin melupakannya. Meski aku sempat merajut mimpi dengan orang lain kenangan itu tak pernah hilang dari hatiku.

Akhirnya aku sampai rumah dengan selamat, meski tadi aku mengendarai mobil dengan sesekali melamun. Setelah aku membersihkan diri, aku merebahkan diri di ranjang. Ku tatap pigura yang menampilkan kemesraanku dengan Adam. Aku merasakan pedih yang teramat dalam. Saat aku mulai mengikhlaskan kepergiannya justru kenangan yang lain datang mengusikku.

Karena terlalu lelah larut dengan masa lalu akhirnya aku tertidur.

****
Siang ini aku sedang menikmati makan siang di sebuah restoran dekat kantorku. Aku ingin menikmati kesendirian, saat aku sedang menyantap makan ada seseorang yang tiba-tiba duduk di depanku.

Aku hampir saja tersedak, saat tahu orang yang tengah duduk di depanku. Lagi-lagi aku harus berhadapan dengan pria ini, pria yang aku harap bukan dari masa laluku.

"Sepertinya makanan itu enak sekali?" tanya pria itu padaku.

Aku tak mengacuhkannya dan melanjutkan makanku. Namun, yang membuatku tercengang ia dengan santainya meminum minumanku. Aku tak habis pikir dengan tingkah pria di hadapanku.

Kalian pasti tahu siapa pria ini?ya, ia adalah Devan, orang yang selalu mengusik ketentraman hidupku. Aku memanggil pelayan untuk meminta bill. Lagi-lagi aku harus mendecak kesal, karena ternyata ia sudah membayarkan makanan yang ku pesan.

Karena kesalnya aku pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih, ia mengikutiku dari belakang. Karena langkahnya yang lebar ia dengan mudahnya menyamai langkahku dan menghentikan jalanku.

"Tolong menyingkir dari hadapan saya," ucapku pada Devan.

Dia mengacuhkanku, ia mencekal tanganku agar aku mengikutinya. Ia memaksaku agar masuk ke dalam mobilnya. Aku menolaknya dengan keras.

"Apa yang anda inginkan hingga anda selalu menggangguku?" tanyaku mulai frustasi.

"Aku hanya ingin memberi pelajaran pada wanita yang sok suci sepertimu," ucapnya sambil tersenyum miring.

"Apa maksud anda? aku mohon menjauhlah dari kehidupan saya dan jika saya telah melakukan kesalahan, saya minta maaf," kataku panjang lebar.

"Tidak semudah itu, tangan mulusmu telah berani menampar wajahku yang tampan, dan bagiku itu adalah sebuah penghinaan," ucap Devan sambil membawa tanganku dan menempelkan di wajahnya.

Tiba-tiba dia meremas tanganku yang ada di pipinya dengan kencang. Aku berteriak kesakitan. Ia melepaskannya begitu saja dan pergi menjauh dariku dengan sorot kebencian.

Aku tidak pernah tahu jika sebuah tamparan bisa membuatku mendapatkan perlakuan kasar dari seorang laki-laki. Mungkin aku tak akan sesakit ini jika ini di lakukan oleh orang lain, tapi hati kecilku meyakinkanku kalau dia adalah 'Dev' ku, masa laluku.

Tapi aku harus memastikan bahwa dia bukan orangnya, karena aku tak kan sanggup mendapatkan tatapan kebencian darinya.

****
Aku mengernyitkan keningku saat kulihat setangkai Bunga Mawar di beranda rumahku. Tak ada pengirimnya, karena, tak ku temukan kartu atau surat di sekitar bunga itu. Aku mengedarkan pandanganku. Mataku menangkap sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari rumahku. Dan sepertinya aku mengenali mobil itu.

Saat aku ingin memastikan dugaanku, mobil itu melaju dengan kencangnya, aku hanya menatapnya dari kejauhan. Kudekap Mawar itu dengan sepenuh hati...
"Apa kamu mengingatku," batinku.

TBC...

Maaf ya lama update...
Banyak typo di mana-mana

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top