Kebingungan
Aku mengerjapkan mata. Mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Aku merasa asing pada tempat ini. Aku kembali teringat kejadian beberapa waktu lalu sebelum kesadaranku mulai hilang.
Klek...terdengar suara pintu yang dibuka, aku mengernyit bingung.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Re," ucap seseorang itu seraya mendekat ke arahku.
Dia adalah Giza sahabatku. Hal ini tentu membuatku bingung, karena seingatku sebelum kesadaranku hilang aku masih bersama pria itu.
"Re, kamu tidak apa-apa?" tanya Giza terlihat cemas melihatku yang hanya diam saja.
"Giz, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku sambil menyandarkan tubuhku pada kepala ranjang.
"Tadi kamu pingsan, makanya kita sekarang masih di hotel. Aku tidak mungkin membawamu pulang dalam keadaan tak sadarkan diri," ucapnya menjelaskan.
"Bukankah aku tadi bersama pria itu sebelum aku pingsan, lalu kenapa saat aku siuman aku tak melihatnya?" tanyaku penasaran.
Giza hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku. Hal ini membuatku tambah bingung.
"Aku senang, Re, kalau kamu sudah mulai membuka hatimu," ucap Giza sambil menggenggam tanganku.
"Apa maksudmu,Giz, aku benar-benar tidak paham dengan ucapanmu," tanyaku penasaran.
"Sudahlah besok kita bicara lagi, malam ini kita menginap di sini, " ucap Giza sambil berbaring di sebelahku.
Aku tenggelam dalam lamunan. Kebingungan masih menyelimutiku. Harusnya aku bersyukur setidaknya tidak terjadi apa-apa padaku, tapi rasa penasaran dengan apa yang baru saja terjadi padaku mengusikku.
Aku ingin bertanya lebih lanjut pada Giza, tapi kuurungkan niatku saat melihatnya sudah terlelap.
Kupejamkan mataku berharap kantuk kan menguasai dan membawaku ke alam mimpi.
****
Pagi ini aku harus bertemu kembali dengan Pak Arga, karena kemarin ia membatalkan janji. Dia adalah marketing di hotel yang akan menjalin kerja sama denganku.
Aku sudah menyiapkan diri untuk hal ini. Aku begitu terkejut saat seseorang masuk ke dalam ruanganku yang di antar oleh karyawanku.
Aku memberikan kode kepada karyawanku untuk meninggalkan kami berdua. Ada kecemasan dalam diriku saat menatap manik hitam orang yang berdiri di depanku.
Aku memundurkan langkahku saat orang itu mendekatiku. Dia tampak menyeringai. Tubuhku bergetar samar karena ketakutan, namun aku mencoba terlihat santai.
Aku mempersilahkan dia untuk duduk di sofa yang ada di ruanganku. Aku bergidik ngeri saat dia menelusuri setiap jengkal tubuhku dengan mata liarnya.
"Sayangnya aku tidak bisa menikmatimu malam tadi," gumamnya sambil duduk di sofa.
Dia adalah pria semalam yang menyeretku ke kamar itu.
"Apa maksud Anda? jika tidak ada hal penting yang mesti dibicarakan tolong silahkan keluar dari ruangan ini, saya masih banyak urusan," usirku pada pria itu secara halus.
"Baiklah... sepertinya kerja sama kita tidak berhasil," ucapnya.
Aku bingung mencerna ucapan pria itu. Kerja sama apa yang dimaksudnya? aku merasa tak pernah mengajukan kerja sama dengan pria itu. Bukankah aku ada janji dengan Pak Arga, lalu di mana pria itu sampai sekarang tak kulihat kedatangannya.
"Mencari siapa nona manis?" tanya pria itu.
"Siapa Anda sebenarnya? dan apa maksud ucapan Anda soal kerja sama kita yang tidak berhasil?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Bukankah Anda baru saja mengusirku, bagaimana ada kerjasama jika tidak ada perlakuan yang baik dari salah satu pihak," jawab pria itu santai.
Pria itu beranjak dari duduknya, sebelum ia benar- benar pergi aku mencegahnya terlebih dahulu. Sebenarnya aku masih tidak paham dengan situasi ini.
Aku menghela napas, menetralkan emosiku.
"Bisa Anda jelaskan siapa Anda sebenarnya? karena saya sungguh tak pernah merasa ingin menjalin kerja sama dengan Anda," tanyaku minta penjelasan.
"Ayolah sayang, jangan bercanda, kamu melupakanku, bukankah semalam kita sudah bekerja sama," jawabnya.
Ada perasaan marah saat dia menyebutkan kata sayang untukku. Panggilan itu mengingatkanku pada Adam calon suamiku yang telah pergi.
"Semalam harusnya kita bisa bekerja sama di ranjang, tapi sayangnya kamu pingsan, dan lebih sialnya lagi sebelum aku berhasil menyentuhmu, perempuan sialan itu memergokiku dan berpikir aku adalah teman dekatmu," ucapnya panjang lebar.
Aku mengepalkan tanganku untuk meredam amarah, pria di depanku ini benar-benar kurang ajar.
Ketukan pintu menginterupsi perbincangan kami. Ada rasa lega karena setidaknya ada seseorang yang akan membantuku kalau-kalau pria di hadapanku berbuat hal yang tidak sepantasnya.
Aku mempersilahkan orang itu masuk. Dira salah satu karyawanku memberitahukan bahwa Pak Arga baru datang.
"Maaf Bu, diluar ada Pak Arga, beliau datang terlambat karena ada masalah dengan mobilnya," kata Dira kepadaku.
Aku meminta Dira untuk mengantar Pak Arga ke ruanganku. Sebelumnya aku harus segera menyelesaikan masalahku dengan pria ini.
"Sepertinya tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, jadi saya mohon dengan hormat kepada Anda untuk meninggalkan ruangan ini," ucapku sesopan mungkin.
Lagi-lagi, pria di depanku membuatku mengepalkan tangan untuk meredakan amarahku. Dia tidak peduli dengan semua ucapanku. Dia bahkan mengeluarkan rokoknya dan dengan santainya dia merokok di depanku.
Aku mempersilahkan seseorang yang mengetuk pintuku untuk masuk. Dan betapa terkejutnya saat kulihat Pak Arga menundukkan kepala tanda hormat pada pria itu.
"Maaf Bu Rea, Pak Devan, atas keterlambatan saya, saya sudah menyiapkan berkas-berkas kerja sama yang sudah dibicarakan sebelumnya, semua sudah tercantum dikontrak, dan Bu Rea bisa membacanya sebelum tanda tangan," ucap Pak Arga panjang lebar.
Setiap satu tahun sekali pihakku dengan pihak hotel yang bekerja sama denganku akan merombak sistem kontrak. Ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas jasa yang akan kami tawarkan kepada konsumen. Seperti simbiosis mutualisme, hotel membutuhkan travel agent untuk meningkatkan hunian kamar, sedangkan untuk tour dan travel sendiri untuk memberikan kemudahan konsumen dalam mendapatkan penginapan.
"Maaf Pak Arga, sepertinya Anda begitu menghormati orang di depan saya," tanyaku penasaran.
"Pak Arga silahkan kembali ke hotel saja, biar ini saya yang tangani, " ucap pria itu tanpa memberikan kesempatan Pak Arga untuk menjawab pertanyaanku.
Pria itu menatapku seolah ingin mengintimidasiku. Namun, aku berusaha terlihat biasa. Aku membaca kontrak yang ada di depanku sebelum aku menandatanganinya. Aku tidak ingin terlalu lama berada satu ruangan dengan pria asing ini.
Setelah semua selesai, pria itu mendekatkan jarak padaku.
"Semoga kita bisa bekerja sama dalam hal lain nona manis, oh ya aku belum memperkenalkan diriku, aku Devan Putra Raliant, " ucap pria itu sambil mengangsurkan tangannya.
Namun aku menolaknya, meski aku tahu siapa dirinya sekarang. Dia adalah pengusaha di bidang perhotelan yang belakangan ini namanya sering muncul di berbagai media, meski demikian, aku tak pernah tahu wajahnya karena aku tak pernah memperdulikannya.
Sejak kapan pemilik hotel mau turun langsung untuk menangani kontrak semacam ini? Aku tidak bisa memikirkan alasannya dan aku tidak mungkin bertanya padanya.
Ku akui memang pria ini cukup tampan, berkulit putih, tinggi kekar dan tentunya manik hitamnya yang akan membuat perempuan meliriknya.
"Mengagumiku nona manis," ucap pria itu membuyarkan lamunanku.
"Sepertinya urusan kita sudah selesai tuan Devan," ucapku.
"Mungkin untuk urusan ini sudah selesai, tapi urusan kita semalam belum selesai nona," ucap pria itu semakin mendekat padaku.
"Jangan kurang ajar, atau aku akan berteriak," ucapku mengancamnya agar dia tidak berbuat nekat.
Pria itu hanya tertawa, ia berdiri dari duduknya. Ia beranjak ke arah pintu keluar dan sebelum itu ia berucap,"Suatu saat akan ku buat kamu bertekuk lutut padaku nona manis."
Aku terkulai lemas, kebingungan ini menyergapku. Apa yang baru saja ku alami tak pernah terlintas sedikitpun olehku, di perlakukan dengan tidak sopan di ruanganku sendiri.
Aku pejamkan mata ini untuk mengusir bayangan yang baru saja ku alami. Bertemu dengan pria kurang ajar seperti dia, membuatku ketakutan.
Aku terlonjak kaget saat mendenger ponselku berbunyi. Aku mengangkatnya, namun aku semakin sesak napas dengan kabar yang kuterima. Hanya buliran air mata yang menjadi saksi betapa sakitnya hati ini.
TBC.
Maafkan daku jika typo di mana- mana, cerita gaje. Maklumlah masih amatir... Yang mau baca monggo gak jg gpp hehehe...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top