4. Maaf Dan Terimakasih

Suasana gelap dan jalanan yang becek. Masih tersisa tetesan air dari pohon-pohon yang jatuh ke tanah. Bhuvi mencari celah jalan yang tidak becek agar sepatunya tidak kotor.

Angin masih berhembus membawa sisa-sisa hawa hujan. Hembusan yang cukup kencang membawa kertas gambarnya melayang ke udara.

"Aduh, jangan sampai basah. Bunda belum lihat," dengan hati-hati Bhuvi mengambil kertas gambarnya. Ia menaruh dua bungkus kacang kulit di tepian sumur. Namun lagi-lagi angin berhembus menerbangkan kertas gambar Bhuvi lebih tinggi. Kertas itu tersangkut di bebatuan balik sumur. Namun Sumur itu terlalu tinggi. Bhuvi perlu naik keatas batu besar untuk menggapainya.

Sayang sekali tangannya kurang panjang, Bhuvi harus naik lebih tinggi agar mencapai kertasnya di tepi sumur yang berseberangan dengannya. Sumur itu sudah tua, terlihat dari lumut yang tumbuh di sekitar bebatuannya. Ketika kaki Bhuvi berusaha menginjak batu, sepatunya yang licin membuat tubuhnya tidak seimbang dan jatuh kedalam sumur. Tangannya tak sempat menggapai apapun selain sebungkus kacang kulit yang sudah terbuka plastiknya.

Bhuvi panik berteriak sekuat tenaga. Kaki dan tangannya bergerak tak beraturan membuat kecipak air yang riuh. Air merenggut tenaga dan kesadarannya.

°°

Bhuvi mengingat kembali kenangan buruk yang ia pikir sudah hilang. Sumur ajaib tidak ada. Bhuvi sejak awal tidak punya kemampuan menghilangkan kenangan buruk. Ingatan kejadian naas itu hilang bersama nyawanya hari itu juga.

Anak Panti Asuhan Sinar Bunda Tenggelam di Sumur Tua.

"Bhuvi berumur 9 tahun, Pak Bimin. Penulisnya salah," ucap Bhuvi dengan suara pelan.

Pak Bimin melihat tulisan di koran lalu tersenyum. "Waktu kejadian kamu belum ulang tahun. Masih 8 tahun."

Bhuvi mengangguk pasrah. Benar. Ia berulang tahun dua Minggu setelah kejadian itu.

"Maaf ya Pak, sudah bikin Jeka dalam bahaya dan dijauhi teman-teman yang lain. Terimakasih juga sudah bantu Bhuvi. Sekarang Bhuvi tau alasan orang-orang mengabaikan Bhuvi, termasuk Bunda," pandangan Bhuvi menerawang jauh ke langit.

Pak Bimin mengangguk. Ia sedih juga lega. Bhuvi harus tau yang sebenarnya agar semua kembali pada tempatnya. "Bapak yang tutup sumurnya. Bagaimanapun hari terakhir kamu dan kenangan paling buruk ada disana. Bapak minta maaf sudah bikin Bhuvi sedih."

"Bhuvi mau titip salam ya Pak untuk Bunda dan Jeka. Mau titip salam juga buat teman-teman di sekolah. Mereka pasti ketakutan karena Jeka suka ngobrol sendiri dan panggil-panggil nama Bhuvi," senyum Bhuvi mengembang mengingat Jeka yang terus mengajaknya bicara dan memanggil namanya dengan kencang.

"Nanti Pak Bimin sampaikan. Pak Bimin harap Bhuvi bisa beristirahat dengan tenang. Bunda, Jeka dan Pak Bimin akan selalu berdoa untuk Bhuvi," ucap Pak Bimin dengan senyum andalannya.

Bhuvi tersenyum dan perlahan sosoknya menghilang. Pak Bimin menatap kosong bangku disampingnya. Bhuvi pernah disana, tersenyum dan tertawa bersamanya. Hari dimana ia harus menggendong tubuh kecil Bhuvi yang dingin adalah hari yang ingin ia hilangkan. Jika memang sumur ajaib itu ada, Pak Bimin ingin punya kemampuan menghilangkan kenangan buruk. Ia ingin menghilangkan kenangan buruk itu. Namun nyatanya kenangan buruk itu bukan untuk dihilangkan, tapi di ikhlaskan. Seperti Bhuvi yang ikhlas menerima takdirnya, semua orang juga harus ikhlas dengan kepergiannya.

Fin
Areviska/25/02/2023

Terimakasih sudah membaca sampai akhir. Terimakasih juga untuk yang sudah vote dan komen. Cerita ini masih jauh dari kata sempurna. Ada beberapa plothole yang perlu di perbaiki. Namun aku tetap mau mengucapkan selamat untuk diriku yang dengan berani menamatkan cerita ini dan mempublish nya. See you on the next project 💕💕

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top