27.

Hai! Marhaban ya ramadhan everyone!❤️

Btw maaf bgtbgt ya aku baru ngide, di bawah aku bakal curhat dikit (kl mau baca syukur, engga jg gapapa🙃)

Dan stay safe ya! Jangan keluar rumah kalo ga mendesak, pastiin pakai masker dan selalu bawa hand sanitizer kemanapun kalian pergi❤️

NIKI — I Like U

MOBIL yang dikendarai Ghazi sudah berhenti di tempat parkir sebuah hotel mewah di kawasan Pondok Indah. Ghazi langsung mematikan mesin dan menoleh ke gadis yang duduk di sebelahnya tengah melamun.

"Es," panggil Ghazi, serak. Mata laki-laki itu sesaat mengerjap, ia menggaruk kepalanya. "Kamu beneran nggaj kenapa-napa?" tambahnya, seolah dapat membaca isi kepala pacarnya.

"Nggak papa."

"Babe— you're not a good liar, you know that?"

"Lalu apa alasan aku untuk nggak baik-baik aja?"

"I just knew," Ghazi menjeda sejenak. "Aku tau kalau pacarku lagi nggak baik-baik aja."

"Zi?"

"Titip kado aja ya? Kita langsung pulang."

"Zi." Estrella memurar matanya, jengah.

"Kievlan pasti ngerti."

"Aku tuh ke sini bukan untuk Kievlan, tapi Giska."

"Terus gimana nanti? Apa kamu sanggup ketemu sama dia?"

Estrella terdiam, menatap Ghazi dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebenarnya, Estrella paham betul Dia yang dimaksud Ghazi siapa, tetapi Estrella memilih menepisnya diam-diam. Gadis itu tidak bisa memikirkan apa yang akan terjadi nanti jika ia bertemu dengan sosok itu. Ia terlalu takut untuk membayangkan pertemuannya dengan Widura dan Abel sekaligus.

"Aku yakin Giska ngerti," kata Ghazi.

"Aku tuh punya kamu, buat apa aku mikirin dia?"

"Ay."

"I'm fine. Totally fine." Estrella menghirup napas, suaranya berubah bulat.

"Yaudah yuk turun."

Estrella memerhatikan laki-laki berkemeja putih yang lengannya digulung itu menyambar jas hitamnya dari dashboard. Begitu keluar dari mobil, Estrella merunduk sambil membenarkan dress hitam selututnya.

Tak ingin melihat lengan kekasihnya terbuka, Ghazi memakaikan jasnya di tubuh gadis itu sebelum menggandengnya masuk ke dalam hotel. Perasaan gelisah Ghazi semakin jadi ketika ia merasakan keringat dingin yang membasahi kulit gadis itu.

Ghazi menghela napasnya, ia lalu melepaskan tangannya. Estrella bergeming, meski sebetulnya ia terhadap perbuatan Ghazi. Tetapi ia memilih bersikap seolah tak ada apa-apa.

Pintu lift terbuka, langkah Estrella dan Ghazi terhenti di dalam ruangan VIP yang berfasilitas aula, home theater, bahkan fire pit untuk memanggang marshmallow. High heels yang Estrella gunakan langsung menarik perhatian Ghazi sebelum mereka masuk lebih jauh untuk mencari Kievlan dan Giska.

"Kalo pegel bilang ya."

Estrella mengangguk. Ia mengelus pita gift box berbentuk kotak yang ia tenteng.

"Itu Kievlan."

Sosok laki-laki berjas silver yang berdiri di depan fondue coklat selaku yang punya hajat tengah menggaruk-garuk hidung dan pipinya bergantian sambil menyambut beberapa teman-temannya. Perhatian mereka juga teralih ke sosok gadis berdress pink satin yang berdiri di sebelah Kievlan— Giska.

"Mereka kayak lagi nikah ya?" Tambah Ghazi.

Estrella tertawa, membenarkan kata-kata Ghazi. Dengan sisa tawanya yang patah-patah, mata Estrella mengelilingi sekitar. Ghazi yang berdiri di depan Estrella meraih lengan gadis itu sebelum ia menyelipkan jemarinya.

Sebuah senyum simpul tersungging di bibir laki-laki itu saat mereka berdua melangkah, meski sadar jika ia sebetulnya dapat merasakan paksaan di genggaman gadis itu. Namun, ia menepis pikiran itu.

Para tamu yang datang mengisi ruang VIP dengan euforia. Gabungan dari suara-suara obrolan mereka dan musik yang disetel menjadi keriuhan yang hingar bingar. Seakan mewakili euforia mereka, dentingan gelas dan gelak tawa di setiap sudut ruangan terus terdengar.

Namun, sebelum Estrella bersalaman dengan Kievlan, sosok laki-laki yang sejak tadi Estrella cari-cari—yang tidak lain adalah Widura tertangkap oleh kedua mata Ghazi . Laki-laki itu meregangkan genggamannya, dan melirik Estrella.

"He's here," bisiknya. "Daritadi kamu cari dia kan?"

Rayvanna Nabila: maafin aku ya ga bisa dateng temenin kamu🥺🥺🥺🥺🥺🥺

Widura: udah lah. Daritadi lebaran terus

Mungkin hampir lima belas menit sudah Widura menghabiskan waktu bermain ponsel di depan kaca wastafel. Terus terang, ia merasa agak risih saat menjadi sorotan beberapa pasang mata selama di ballroom tadi.

Ada 2 faktor sebetulnya:

Pertama, ia tak ada pasangan berdansa.

Kedua, risih saja jadi pusat perhatian beberapa pasang mata.

Memang sih, ia sudah biasa jadi pusat perhatian di sekolah. Tetapi, kan konteksnya berbeda. Karna Widura tak tahan jika harus menghadapi drama cemburuannya Abel season 2 nantinya, makanya Widura memilih di toilet saja, tak berdansa dengan siapapun.

Laki-laki berambut gondrong itu menyisiri rambutnya dengan jemari. Kemeja hitam polos yang ia pakai tidak dikancing sampai atas sehingga kaos putih yang ia kenakan terlihat. Lengannya tergulung sampai sikut dan satu gelang berwarna hitam serta jam tangan dengan warna yang senada melingkari tangan kirinya. Ia memakai sepatu putih bertali dan celana jeans.

Rayvanna Nabila: ya aku gamau pacarku betekk:<

Widura: abel

Rayvanna Nabila: sayang

Rayvanna Nabila: hehe

Rayvanna Nabila: gitu coba

Widura mengernyit. Senyum samarnya perlahan muncul.

Widura: apaan si

Rayvanna Nabila: ih cepet:<

Kali ini mendecak.

Widura: apaan lagi si elah?

Rayvanna Nabila: ikutin kayak aku tadiiiii:<<<<<

Lagi-lagi ia mengernyit. Kerutn dahinya lebih dalam dibandingkan yang tadi.

Widura: sayang hehe?

Rayvanna Nabila: HAHAHAHAHAHHA

Rayvanna Nabila: gemush bangeyyysyiii pacalkoee😘😘😘

Kedua ujung bibir Widura membentuk lengkungan, ia bisa membayangkan tampang sok gemesin Abel sekarang.

Widura: diem

Widura: geli bego

Rayvanna Nabila: tuhkan

Rayvanna Nabila: kasarin aja trs :<

Widura mengusap keningnya, dan menggeleng geli. Sebetulnya masih tak menyangka dengan status barunya yang sekarang.

Widura: alay

Rayvanna Nabila: tp you love me kan? Wkwkwkw

Widura: nenek lo gimana?

Rayvanna Nabila: ternyata karna tadi makan cumi sama telor puyuh, jd kolestrolnya naik :(

Widura: terus gimana jadinya?

Rayvanna Nabila: tadi disuruh bedrest sm dikasih obat-obatan gitu, jd ga dirawat di RS 🥺🥺🥺

Rayvanna Nabila: mau dateng ga nih ntar pulang dari acara?

Widura: ke mana?

Rayvanna Nabila: rapat majelis🙃🙃🙃🙂🙂🙂

Rayvanna Nabila: YA RUMAHKU LAH KAK WID SAYANG><

Widura: ngapain?

Rayvanna Nabila: jenguk nemer lah

Widura: nemer?

Rayvanna Nabila: nenek mertua😅😅😅😅😅

Rayvanna Nabila: hehehehehehehe

Belum sempat ia membalas pesan Abel, ia merasakan pundaknya ditepuk dari belakang, otomatis ia berbalik arah, mendapati dua orang teman angkatannya.

"Eh, Wid!" Sapa seorang laki-laki berkemeja maroon—Aldi.

"Yo!"

"Daritadi coy?" Kalau ini suara Yudhis.

Ia mengobrol singkat, sekadar membalas basa-basinya Aldi dan Yudhis yang baru saja memasuki toilet.

"Anjir ya nih hotel toiletnya yang di bawah segala rusak. PR bener mesti naik ke atas dulu demi kencing," tambah Yudhis, ia membenarkan gulungan kemeja LV-nya.

"Padahal sekelas borju, parah bener," sahut Aldi.

"Lah lo nggak balik lagi ke dalem, Wid?"

"Udah beres emang dansanya?" Sahut Widura.

"Bentar lagi paling," Aldi melirik arolji Harley Davidson-nya.

"Sotoy lu... ini mah lama pasti."

"Kan gue bilang paling, Samadi."

"Emang kenapa malah nunggu kelar dansa, Wid?"

"Tau. Lo ada gacoan kan padahal?"

Widura mengerutkan keningnya, mulai malas dengan arah pembicaraan.

"Dia gak ikut."

"Oh."

"Kenapa?" Yudhis kepo.

Widura mengedikkan bahunya lalu pamit, "Gue duluan."

Sambil melangkah keluar kamar mandi menuju lift, tangan Widura mengunciri rambutnya. Pandangannya berhenti di belakang sekumpulan bapak-bapak yang sedang menunggu lift juga.

Sebelum lampu angka di atas pintu lift berkedip-kedip Widura tidak sengaja melirik ke arah kanan bapak-bapak berkepala pelontos. Di sana ia mendapati Estrella sedang berdiri dengan pandangan fokus pada ponsel yang ia pegang.

Widura menghela napas. Perasaan aneh dari tadi malam masih menghantuinya meski waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Mimpi semalam belum ia ceritakan ke siapa-siapa. Ia sendiri masih bingung kenapa ia bisa-bisanya memimpikan seseorang yang tak ia begitu gubris keberadaannya.

Dari jarak yang tak begitu jauh, Widura memandangi gadis itu dalam diam.

Sorotnya tak meneliti, namun ada satu hal yang memang patut Widura akui—Estrella terlihat sangat cantik malam ini.

Saat pintu lift terbuka, orang-orang yang menunggu langsung masuk meski hanya diisi satu orang di dalam. Widura melangkahkan kakinya sambil merogoh ponsel di dalam saku, kemudian setelah ia berdiri di dalam lift ia langsung membalik tubuhnya.

Sedangkan Estrella yang tadinya terlalu fokus pada ponsel, langsung menoleh merasakan ada siku bapak-bapak yang menyenggolnya.

Namun saat ia menoleh sekitar, pandangannya terkunci pada sosok yang tengah bersandar di pojokan lift.

Sosok yang membuatnya menangis semalam tadi.

Pintu lift tertutup, sekitar enam orang pria dan wanita masuk ke dalam lift yang sudah terisi lima orang dan hal tersebut mengharuskan Estrella mau tidak mau harus mundur ke belakang.

Ia mundur.

Mundur terus karena ada wanita lansia yang menggunakan kursi roda memaksakan diri untuk masuk. Ia mundur sampai bagian punggungnya menyentuh dada seseorang dan hal tersebut reflek membuat laki-laki itu menoleh.

"A—Maaf." Ucapnya.

Estrella tidak mengira kalau jarak diantara wajahnya dengan wajah laki-laki yang berdiri di belakangnya ternyata hanya tinggal beberapa senti. Perempuan itu langsung menegang dan ingin keluar dari lift saat itu juga setelah kejadian satu detik tersebut. Selain karena jarak di antara mereka terlalu dekat, ternyata orang yang berdiri di belakangnya itu adalah Widura.

Ya Tuhan!

"Toilet cewek rusak juga?"

Suara Widura yang terdengar begitu dekat di telinga kanan Estrella membuat bulu kuduknya meremang. Ia menelan ludah dan berusaha untuk bicara santai walaupun dari luar perempuan itu terlihat tetap gugup.

"Iya."

"Kamu sendirian ke sininya?" Sebetulnya, Estrella sedikit ragu menanyakan hal ini.

"Iya."

"Oh," Estrella menghela napas pelan-pelan. "Kirain sama pacar."

Widura hanya menanggapinya dengan kekehan singkat dan suara itu langsung membuat Estrella kehilangan fokusnya. Hal tersebut semakin membuat ia merinding. Suaranya begitu enak didengar, dan membuatnya ketagihan.

Widura melihat jas hitam yang bertengger di lengan Estrella. Secara singkat, hal itu memberitahunya bersama siapa Estrella ke sini— yakni si pemilik jas hitam tersebut, Ghazi.

Dua menit berlalu dalam ketegangan yang menyelimuti Estrella. Di setiap lantai menuju lantai satu lift selalu berhenti. Namun dari sekian banyaknya orang yang ada di dalam ruang sesempit itu, hanya tiga orang yang keluar. Semua orang ingin menuju ke lantai dasar.

Tuhan, tolong hentikan waktu.

ANGIN pukul setengah sembilan malam yang berembus dari kolam renang membuat rambut Estrella ikut tertiup, berkali-kali menutupi wajahnya yang sudah masih dilapisi make up tipis.

Gadis berambut curly wave itu masih mengenakan dress, ditambah jas hitam yang bertengger di pundaknya. Pemilik jas itu berdiri di sebelah Estrella. Lengan kemajanya digulung sampai siku dan beberapa rambutnya dibiarkan menutupi bagian dahi.

Ghazi menyangga kedua sikunya pada pagar pendek berwarna hitam di hadapannya, menundukkan wajah dan memikirkan tentang apa yang harus ia lakukan setelah ini.

"Soal tadi, aku cuma bercanda," kata Ghazi, laki-laki itu mengangkat wajahnya dan membenarkan posisi berdiri.

"Soal apa?" Estrella menoleh.

Ghazi terdiam. Ia hanya menghela napasnya.

"Kamu paham maksud aku."

Giliran Estrella yang menghela napasnya.

"Udahlah. Tadi katanya cuma bercanda kan?"

"Tapi kali ini aku serius, Es. Aku takut."

"Takut apa?"

Ghazi menelan ludahnya. "Aku takut kamu masih ada rasa sama dia."

Estrella menahan napasnya. "Zi."

"Kamu udah gak mikirin dia kan?"

"Zi, kenapa sih?"

"Aku masih cemburu, Es liat kamu sama dia."

"Zi..." Estrella memutar matanya.

"Kalo dia tiba-tiba suka sama kamu gimana?"

Estrella berdecak. "Ya biarin? Kan yang penting kamu pacarku," ujarnya, berusaha menenangkan Ghazi yang sempat berpapasan dengan Widura yang juga keluar dari lift yang sama dengan Estrella.

Sebelum mereka kembali ke dalam ballroom dan berdansa lagi, Estrella langsung menceritakan detailnya, meskipun nada Estrella bercerita memang datar sekali tetapi yang Estrella ceritakan sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Sama sekali tak ada yang ditambah atau kurangkan.

Bukannya apa-apa, Estrella khawatir Ghazi keburu marah. Meski pada akhirnya ia tahu Ghazi akan tetap marah.

"Lagian dia kan udah ada pacar."

"Emang kalo udah ada pacar bisa menjamin dia gak bakal suka kamu gitu?"

"Zi, yaudah lah... kan ini hal sepele?"

"Lagipula kalau kamu masih ada rasa sama dia ya tinggal bilang."

"Apa sih, Zi?"

"Emangnya dia nggak tau apa kalo kamu kesini sama aku?"

"Zi, ya ampun masih dibahas aja."

"Aku cemburu, ngerti nggak sih? Liat kamu sama dia itu lebih sakit buat aku, Es. Ketimbang liat kamu sama Kievlan." Ghazi mengusap wajahnya sekilas. "Aku tuh tau Es gimana spesialnya dia buat kamu."

"Cukup ya." Estrella terkejut mendengar Ghazi bicara demikian. "Aku nggak suka kamu kayak gini."

"Iya aku tau aku overthinking atau drama lah," sahut Ghazi. "Tau gitu kamu ke toiletnya tadi aku anter. Biar pas di lift nggak bareng—"

"Zi!"

"Kok jadi kamu yang marahin aku sih?" Alis Ghazi mengerut.

"Kamu berlebihan. Aku nggak suka cara kamu kayak gini. Selama ini kita gak pernah berantem, sekalinya berantem malah permasalahin hal nggak jelas."

Ghazi menoleh menatap Estrella. "Namanya juga cemburu."

"Terus kamu mau aku gimana?"

"Peluk."

Estrella terkejut. "What?"

Ghazi bergeming.

"In public?"

Masih sama.

Alih-alih menghela napasnya, gadis itu pun menurut dan mengalungkan lengannya di leher Ghazi. Begitu erat, Ghazi merengkuh pinggang gadis itu. Suasana hatinya yang sempat galau disertai dengan kekhawatiran yang kerap hadir. Ia tidak suka Estrella ada kaitan apapun dengan Widura.

Meskipun, ia sendiri sadar jika ia tidak bisa mencegah hal itu terjadi.

"Jangan suka sama dia ya, ay."

"Zi." Estrella terkekeh. "Kalo gitu aku boleh suka sama orang lain, dong?" ucapnya.

Gadis itu hendak melepas belitannya, namun Ghazi menahannya.

"Coba aja kalo tega," ujar Ghazi.

Estrella terkekeh lagi, kali ini ia melepas belitannya, dan Ghazi tak menahannya.

"Aku ngomong begini gak semena-mena biar aku lega. Tapi, aku pengen kita baik-baik aja."

Mendengar itu, suasana hati Estrella perlahan-lahan berubah. Ghazi ada benarnya. Mengungkapkan perasaan tak melulu berarti menuntut sikap dari yang mendengarkan. Estrella sadar, Ghazi bicara bahwa ia cemburu agar dirinya terbebas dari rasa yang mengganggu. Dan sejujurnya Estrella juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin nanti juga sama. Jika dirinya di posisi Ghazi, ia akan melakukan hal ini.

Tangan Ghazi bergerak menepuk puncak kepala Estrella dan mengelusnya sebelum kembali mendekati kekasihnya. Ia mulai mengerti. "Prioritas hubungan ini kan kepercayaan ya?"

Yang perempuan mengangguk.

"Aku miris aja gitu kalo tiba-tiba kamu berduaan sama Widura."

"Zi, ah!"

"Iyaiya," ujar Ghazi, sembari berusaha tersenyum menatap kekasihnya. "Aku sayang banget sama kamu, ay."

Estrella mengangguk lagi, kali ini sambil menahan senyum karena ia tidak menyangka kalau suasana akan langsung berubah jadi haru biru.

"Iyaa."

Dan, Ghazi tersadar jika Estrella yang bisa menjadi kekuatan sekaligus kelemahannya di waktu yang bersamaan.

"Peluk lagi dong."

"Is!"

Tak pedulikan ucapan Estrella, Ghazi malah menarik Estrella ke dalam pelukannya.

"Thank God I'm alive." Ghazi menghela pelan.

Merasakan gesekan dagu Ghazi di puncak kepalanya, tangan Estrella perlahan terangkat mengusap tengkuk laki-laki itu. Namun, ia tetap menunduk, menikmati debaran jantung yang seirama dengan kekasihnya.

"Pulang yuk?" Ajak Estrella, tiba-tiba.

"Nanti dulu."

Estrella memukul pelan dada Ghazi, lalu ia mengeratkan pelukannya saat merasakan tangan Ghazi mengusap rambutnya sambil mengecup ujung kepalanya. Dan, Estrella juga tidak dapat mengelak nalurinya, ia tersenyum dengan posisi wajah di dada Ghazi.

Sementara dibalik kebahagian mereka, keduanya tidak menyadari jika di belakang mereka ada seseorang laki-laki gondrong tengah memandangi mereka dengan sorot tak terbaca.

Ada yang panas tapi bukan api🤔

Gimana gais part ini? Yg dulu minta scene Widura mergokin Ella-Ghazi dah aku turutin loh ya😶

Btw, maaf ya aku belakangan ini kayak kurang bersemangat gt untuk nulis. Tp ya aku bakal pastiin cerita ini gak berakhir gantung, tenang aja

Hehe makasih ya udah setia sm mereka!🖤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top